Dosenku Pacarku (37)


"Antara Cinta dan Dusta"

Mau dengar lagunya, klik disini

Hati siapa yang takkan hancur/ bila didepan mata dia bercumbu
Insan yang mana yang tak jadi benci/bila cinta yang indah jadi begini
Kau yang kusayang mengapa berdusta/tak cukupkah satu untuk dirimu
Inikah sumpahmu/yang kau ucap dulu/sehidup semati kita berdua
Belum sudah mati/ kau berbuat begini/apalagi bila aku mati

*) pandainya matamu/menyimpann dia yang lain/
seakan tak pernah aku ada dihatimu
pandainya lidahmu/ memutar balik kata/
kau kejam kau sakiti insan lemah ini
kau kejam/ seakan tiada mata hatimu

jangan bicara cinta lagi/telah tertutup pintu hati ini/
jangan lagi kau datang disini
telah ku hapus namamu dihati/jangan lagi kau datang disini
telah ku hapus namamu dihati

=========== 36 ========================
" Oh...iya, aku akan utarakan, tetapi kita makan dulu. Aku sudah
siapkan dimeja, ayo bang," ajaknya seraya menarik lenganku. " Tapi
abang mandi dulu," tambahnya. (Bersambung)
========================================
" Susan sudah mandi ? kok nggak sama?" tanyaku sekedar menggoda.
Beberapa hari sebelumnya, Susan mengajakku mandi bersama tetapi aku
tolak.

" Halah..abang bisa aja, kemarin dulu diajak mandi sama, abang nggak
mau.!" ucapnya.
Seperti beberapa hari sebelumnya, Susan tidak pernah membiarkan
pembantunya menyiapkan makanan untuk kami.Aku dan Susan duduk
berdampingan menikmati makanan malam.

Aku menunggu waktu yang tepat, kapan aku harus "memancing" cerita
pernikahannya, sementara dia masih bicara perihal teman-teman arisan
ketika di Berasatagi.Hmm...sampai kapan aku bersabar menunggu omong-
kosong ini pikirku.

Usai makan, aku mulai mengalihkan pembicaraan. Satu-satu cara aku
harus melibatkan emosinya. Tetap dengan cara apa?. Ah..sebentar juga
mengalir, pikirku. Aku ajak dia menuju bar kecilnya sembari tanganku
melilit pinggangya, mesra.

"Susan, sebelum aku keperaduan, aku ingin menikmati indahnya malam,
diringi senandung dan tentu saja dengan minuman kesayanganku"
chivas", setuju.?" tanyaku.

" Susan menatapku seraya mengganguk kepalanya tanda setuju."
Tahap pertama berhasil aku lalui, sukses. Tinggal menunggu waktu.
Tetapi aku harus mengatur strategi bagaimana dia "terlelap" dalam
pangkuanku atau setidaknya dia harus bersandar diatas dadaku,
pertanda kepasrahan. Aku siapkan dua gelas setelah aku memutarkan
lagu kesayangannya.

"Zung, kamu saja yang minum, tadi suamiku mengingatkan lewat telephon
supaya aku membatasi minum." ucapnya menolak.

Hohohohh..ini jalan masuk dan langkah yang paling aku suka.
Sorongkan "kuda" sekaligus mengancam "raja dan benteng" nya, sampai
dia bertekuk lutut.

"Susan...! yang mengajak kamu minum bukan suamimu, tetapi buah
hatimu.!" suaraku menggelegar.

Susan kaget dengan pernyataanku, sembari aku setengah berteriak,
" bukankah Susan telah meluapkan isi hatimu diiringi air mata, bahwa
yang bernama Tan Zung adalah cinta pertama mu? apakah airmata yang
tercucur malam itu, air mata buaya.? Susan, sekarang aku tahu siapa
sebenarnya diantara aku dan kamu yang berpura-pura." ucapku sengit
sambil beranjak dari bar mini meninggalkannya.

Susan buru-buru mendekapku, erat sekali. Pelukannya semakin erat,
ketika aku meronta melepaskan pelukannya.
" Zung..suamiku tidak melarang aku minum denganmu, tetapi ini demi
kesehatannku."

"Ahhaa..Susan, jadi kamu membiarkan aku minum sendirian sekaligus
membunuh diriku sendiri, begitu maksmudmu, bukan!?"

" Tidak bang, kenapa pikiranmu sebegitu jauh...? Aku juga mendengar
nasihatmu. Sejak abang melarangku merokok, aku telah berhenti."
ujarnya dengan suara memelas seraya menambahkan, " Iya..bang malam
ini aku temani abang minum."

Aku meninggalkan Susan di bar mini setelah dia melepaskan pelukannya.
" Zung...apalagi sayang, iya..aku mau menemani abang minum."

Aku seakan tidak mendengar bujukannya. Aku rebahkan tubuhku diatas
sofa yang telah banyak"merekam" cerita Susan dan aku dalam beberapa
malam. Susan membawa kedua gelas yang telah berisi minuman. Dengan
suara bergetar, Susan membujukku, sementara mataku nanar menatap
langit-langit rumahnya.

" Zung, duduklah, ayo kita minum bersama...nanti aku putarkan lagu
kesayangamu..iya bang!?"

Aku bergeming, diam membisu. Akhirnya, Susan bertekuk disamping sofa,
dia mendekapkan wajahnya diatas dadaku. Aku merasakan cairan hangat
mengalir diatas dadaku.

"Zung, kenapa begini jadinya...Ayo..jawab aku...bang.! Apa lagi yang
abang mau ?" tanyanya, sambil mendekatkan wajahnya kewajahku. Aku
merasakan getarangan tangan dan bibirnya ketika dia menatapku,
memelas. Susan kembali sesugukan diatas dadaku ketika aku masih belum
menghiraukannya.

"Zung duduklah..aku mau minum," ujar Susan sambil mengangkat
gelasnya. Diiringi linangan air mata, Susan menyuguhkan gelasnya
kemulutku setelah dia meminumnya terlebih dahulu.

Hah...langkah kudaku berhasil memporak-porandakan pertahanannya. Kini
dia "bertekuk lutut" .

" Nih..Zung minumlah," bujuknya ulang. Susan merasa lega setelah aku
membuka mulutku menerima suguhannya. Segera dia memelukku erat
setelah dia meletakkan gelasnya dimeja, " Zung..kenapa abang marah-
marah belakangan ini. Apa salahku..bang" tanyanya seraya menatapku
persis didepan matanya. " Katakan bang, apa salahku..." tanyanya
ulang.

" Tidak ada yang salah. Kamu benar, mengikuti apa kata suamimu.!"
" Bang..sudah..nggak usah dibicarakan lagi, aku minta maaf, kan aku
sudah mau minum dengan abang."

" Susan, "game" apa yang kita sedang mainkan ini.Seperti aku katakan
dulu, kamu punya suami tetapi kamu sendiri mengutarakan isi hatimu,
bahwa akulah cinta pertamamu. Katakan sejujurnya, apa yang terjadi
dalam rumahtanggamu.

" Zung...ceritanya sangat panjang. Iya aku pasti kututurkan kepada
abang, pertanda aku memang mencintaimun sepenuh hati. Tapi
bang.....kenapa akhir-akhir ini abang marah terus?.

Sejak aku menyatakan cintaku yang tulus sama abang, aku juga sudah
katakan, aku tak perduli abang mencintaiku atau tidak. Tetapi
Zung..jangan marah-marah seperti ini," isaknya sambil merangkulku.
( Bersambung)

Los Angeles, September 18, 2008.

Tan Zung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar