Dosenku Pacarku (17)


Bed of Roses
Sitting here wasted and wounded/At this old piano/Trying hard to
capture/The moment this morning I dont know
cause a bottle of vodka/Is still lodged in my head/And some blond
gave me nightmares/I think shes still in my bed
As I dream about movies/They wont make of me when Im dead

With an ironclad fist I wake up and/French kiss the morning/While
some marching band keeps/Its own beat in my head
While were talking/About all of the things that I long to
believe/About love and the truth and/What you mean to me
And the truth is baby youre all that I need

*) I want to lay you on a bed of roses/For tonite I sleep on a bed on
nails
I want to be just as close as the holy ghost is/And lay you down on
bed of roses

Well Im so far away/That each step that I take is on my way home/A
kings ransom in dimes Id given each night/Just to see through this
payphone/Still I run out of time/Or its hard to get through/ Till the
bird on the wire flies me back to youIll just close my eyes and
whisper,/ Baby blind love is true
*)
.................
================ 16==============
Susan kaget...bang ayo buka mulutnya....Aku tetap menutup mulutku
sambil memandanginya. Susan menyerah, kami bertatapan. " Zung apalagi
nih.. abang memang nggak suka pesananku? Tadi aku bilang, biar abang
yang pesan," ujarnya memelas ( Bersambung)
================================
Tampaknya Susan kehabisan akal, mulutnya berdesah. Kedua tangannya
diletakkan diatas meja, lemas.

" Zung ayo kita pulang. Aku nggak suka kita terus -terus begini."
Sengaja dia aku kerjain, sekaligus"menguji" hatinya.
" Zung, bilang apa yang kurang. Atau aku pesan makanan lain. Apa
kesukaanmu...ayo. sayang...!" bujuknya.

" Susan, semua makanan pesanan mu, aku suka."
" Suka...? Kenapa abang nggak mau makan.?"
" Begitu "kotor"kah mulut ku sehingga kamu memberiku makan dengan
garpu.?

" Zung....aku tak mengerti apa maksudmu, ayo bang...mau mu
apa...sayang ?

Dengan tangan telanjang, aku ambilkan sepotong lauk ke mulutnya.
Susan membuka mulutnya, dia tersenyum....sambil mengangguk-anggukkan
kepalanya. Aku susul suapan yang kedua, tetapi dia menolak dengan
mengatupkan bibirnya.

"Lha, kenapa? Begitu nistakah tanganku, sehingga kau menolak makanan
dari tanganku.?" tanyaku pura-pura serius. Susan kelenger, semua
serba salah.

" Bang...aku sudah ngerti. Ayo ..bang nih..." ujarnya sambil
menyuapkan makanan ke mulutku dengan tangannya tanpa garpu. Susan
tersenyum setelah aku menerima suapannya.

Susan mengambil lauk lainnya, " lagi bang....!"
Susan ( aku jugalah)..hahha..menikmati makanan berikut suasananya.
Dia menyuguhkan gelas berisi anggur merah kesukaannya ke mulutku.

Gantian aku mengangkat gelas air putih kemulutnya, Susan tak dapat
menahan ketawanya, dia tutup mulutnya dengan serbet. " Zung, aku
kasih kamu anggur merah, masa aku disuguhin air putih.?

Aku mainkan "gurindam dua belas": "Itu tanda kemurnian dan
kebeningan hatiku. Ayo ..sayang buka mulutnya. Aku kira, hatinya
pasti berbunga-bunga dengan "gurindam" ku."

"Iya...iya...bang" ujarnya mulutnya pun dibuka.
Beberapa pasang mata melirik kearah kami, mendengar suara sedikit "
gaduh" gara-gara ulahku. Hah...manisnya bercinta dengan nyonya.

Memang, sejak aku bicara-- lewat telephon--dengan suami Susan di
London, "beban" moral sedikit berkurang. Sejak saat itu pula hati
Susan semakin berbunga-bunga, oalah... cinta, tak mengenal status.

Susan semakin terbuka, dia selalu menjawab apapun yang ku tanyakan
meski menyinggung "privacy". Mengenai usia kami ternyata hanya
terpaut lima tahun, "not bad" lah, bukankah cinta itu soal hati.?

Pantasan" galak"nya nggak jauh dengan ku pikirku, heheheh.
Dengan suaminya? Belum ada selah menanyakan berapa usianya,tapi
menurut perhitunganku sekitar
limapuluhan.
****
" Zung, bagaimana, kamu setuju pindah dari rumah kost mu sekarang?"
" Kenapa harus pindah, aku tak mengerti. Aku merasa nyaman disana,
aku butuh tempat jauh dari keriuhan manusia sekitar."

" Tetapi tidak seperti itu, jauh kepelosok, abang menyiksa diri
sendiri. Menurut abang, tempat kost mu tak punya televisi dan hanya
punya lampu petromak. Bang, sekarang jamannya elektronik, kapan abang
tahu perkembangan, kalau televisi pun tak punya.?"

" Iya..aku tahu, biarkan aku menikmati "kemiskinan" itu, aku ingin
kembali ke masa silamku puluhan tahun lalu, sekaligus merenung
perjalanan hidup. Ada saatnya kelak, aku menikmati seperti yang Susan
miliki, asal Susan mau membantuku.!"

" Maksud abang?"
Bantu aku menyelesaikan skripsi ku, bantu aku nanti persiapan meja
hijau. Kelak. setelah tammat, aku akan berjuang dengan keringatku
sendiri. Terlalu lama aku menyiksa orang tua ku. Aku tak dapat
menghitung berapa biaya habis selama aku sekolah dari es-em-a hingga
ke universitas.

Susan, aku masih punya enam adik ingin sekolah seperti aku. Aku
ingin menyelesaikan perkuliahan ku segera. Tekad ku, ingin membantu
orangtua menyekolahkan adik-adikku."

" Zung, apa hubungannya dengan tempat tinggal mu sekarang.?
" Tadi aku sudah katakan, aku tahu diri. Inilah kemampuanku. Delapan
tahun (sejak es-em-a- hingga beberapa bulan lalu ) aku tinggal
dirumah gedongan dengan biaya hasil keringat orang tuaku.

Susan, ini saatnya aku hidup dengan sederhana. Sebenarnya, orangtua
ku, keberatan aku tinggal ditempatku sekarang. Tapi akhirnya, ayahku
mengerti, bahkan dia terharu ketika kujelaskan, seperti baru ku
utarakan.

Susan, biarkanlah hidup ini mengalir sebagaimana ada. Aku juga tahu
ukuran baju yang pas untuk ku."
"Bang, sudah...aku mengerti keputusan mu.!" ujarnya sambil menyeka
air matanya.( Bersambung)

Palm Spring, September 03, 2008

Tan Zung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar