Dosenku Pacarku (26)


"Truly Madly Deeply"

Mau Mendengar Lagunya, Klik Disini

I'll be your dream/I'll be your wish/I'll be your fantasy./I'll be
your hope/ I'll be your love
Be everything that you need./I love you more with every breath/Truly
madly deeply do..
I will be strong I will be faithful/'Cos I'm counting on a new
beginning./A reason for living./A deeper meaning.

* ) I want to stand with you on a mountain./I want to bathe with you
in the sea./I want to lay like this forever./Until the sky falls down
on me...

And when the stars are shining brightly/In the velvet sky,/I'll make
a wish/Send it to heavenThen make you want to cry..
The tears of joy/For all the pleasure and the certainty.
That we're surrounded/By the comfort and protection of../The highest
power./In lonely hours./The tears devour you..

back to*)
Oh can't you see it baby?/You don't have to close your eyes/'Cos it's
standing right before you./All that you need will surely come...

I'll be your dream/I'll be your wish/I'll be your fantasy./I'll be
your hope/I'll be your love /Be everything that you need.
I'll love you more with every breath/ Truly madly deeply do...
back to*)

================= 25 ============
"Ira, nanti aku panggil, kalau abang mau tambah." ujar Susan kepada
Ira yang berdiri kebingungan.
" Iya..bu." ujar Ira meninggalkan kami. (Bersambung)
==================================
" Zung, sudah marahnya ?. Boleh aku bicara.?"
" Apalagi yang Susan mau bicarakan?"
" Sebelum kesini, aku tadi mampir dirumah mu. Aku lama bicara dengan
ibu kostmu. Aku sudah mengerti, kenapa namboru/tante mu
panggil "bapa' kepada abang. Aku sudah minta maaf kepada ibi itu.


Selama ini aku tidak mengerti banyak tentang jenjang kekerabatan
didalam sub etnik Tapanuli. Benar, ibuku berasal dari Tapanuli,
tetapi ibu tak pernah mengajar kami perihal kekerabatan itu. Tadi aku
pikir, tante panggil kamu "bapa" seperti lazimnya suami isteri."

"Susan, bagaimana mungkin itu terjadi , marganya sama dengan aku. Itu
sebabnya aku panggil dia namboru/tante."
" Aku tak tahu sebelumnya. Itulah Zung, aku baru tahu setelah
dijelaskan. Kebetulan tante sudah janda, pikirananku macam-macam bang
dan ...."
" Karena aku buaya......?" ucapku sebelum dia mengakhiri ucapannya.

" Zung....aku mohon maaf. Silahkan kalau memakiku, aku terima." ujar
Susan serius, suaranya tersendat.
" Memaki..? Bukan kebiasaanku, meski kamu anggap aku bandit.
Marah...iya aku bisa marah."

"Terserah abang mau apakan, aku siap. Aku sadar telah menyakiti
hatimu. Itulah sebabnya aku tadi datang kerumah abang, ingin minta
maaf'."
" Susan, selama beberapa hari bersama dengan kamu, cemburu mu
keterlaluan."

" Iya...aku juga tidak mengerti, kenapa aku begitu cemburuan. Mungkin
aku terlalu mengharap banyak dari abang."
" Apa yang kau harap dari seorang bandit, buaya lagi."

" Zung.., sudahlah. Maafkan aku." ucapnya sambil menyeka air matanya,
seraya menambahkan, Aku tahu abang sakit hati atas ucapanku. Seperti
tadi aku katakan, aku terlalu banyak mengharap. Aku juga tidak tahu
kenapa aku jatuh cinta kepada abang." ucapnya. Susan menutup wajah
dengan kedua tangannya, mulutnya sesugukan.

"Susan, kamu pikir tangisanmu dapat mengobati hujatan sadis kemarin
malam.?"
" Zung, tolonglah.... maafkan aku. Aku terlalu sayang pada abang, aku
terlalu banyak mengharap darimu, aku juga nggak tahu kenapa. Salahkah
aku mengharap dari seseorang yang aku cintai?"

" Tidak salah.! Tetapi Susan, apa yang kamu harap dariku, perjalanan
hidupku masih belum jelas.Sementara kamu sudah mempunyai"tambatan"
abadi, lupakanlah harapmu itu. Sekedar berteman ok. Aku juga tidak
mengharap lebih dari persahabatan biasa.!"

Masih dengan suara tersendat, kedua tangannya meraih tanganku, "Abang
mencintaiku..?"

" Tidak tahu, hingga sekarang aku juga tak begitu jelas apa itu
cinta...!" Yang aku rasakan, cinta bisa membahagiakan tapi sering
pula ia menyakiti. Keduanya aku telah "nikmati". Sementara ini,
bagiku, cinta itu adalah permainan perasaan."

Susan terdiam, dia menyeka airmata, menghela nafasnya dalam,
tangannya memegang kedua telapak tanganku erat.
"Zung... sejak aku es-em-a hingga tammat kuliah, aku belum pernah
jatuh cinta dengan lelaki. Aku terlalu sibuk dengan kuliahku hingga
aku berangkat ke luar negeri."

" Kamu belum pernah jatuh cinta dengan seorang pria.?"
" Sebelumnya tidak, kecuali terhadap abang...!"
" Hahh....kamu jatuh cinta sama aku sejak kapan ? Sejak kemarin
dulu.?"
"Bukan..! sejak abang pertama datang mengantar bahan skripsimu.
Ketika itu, abang selalu curi-curi pandang dan selalu memperhatikan
ku."

"Susan salah "menterjemahkan". Aku selalu menatapmu kagum,karena
dengan usia muda menjadi dosen dan bergelar master. Itu saja.
Lalu, bagaimana seandainya aku masih berteman dengan Magdalena,
apakah Susan juga mencintaiku?"
" Iya... aku akan tetap mencintaimu, meski itu akan aku kubur "hidup-
hidup".

" Susan, aku semakin tak jelas apa itu cinta."
" Jadi, bagaimana Susan menikah dengan suamimu. Bukankah pernikahan
itu perwujudan cinta yang terjalin? Kalian tidak ada komitmen dalam
pernikahan.?"

Susan menggelengkan kepalanya, menatap mataku dengan bibir gemetar.
"Jadi..........?"
( Bersambung)

Los Angeles, September 11, 2008

Tan Zung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar