I Want To Spend My Lifetime Loving You.
Moon so bright, night so fine/Keep your heart here with mine/Life's a
dream we are dreaming.
Race the moon, catch the wind/Ride the night to the end/Seize the
day, stand up for the light
I want to spend my lifetime loving you/If that is all in life I ever
do.
Heroes rise, heroes fall/Rise again, win it all/In your heart, can't
you feel the glory?
Through our joy, through our pain/We can move worlds again/Take my
hand, dance with me
I want to spend my lifetime loving you/If that is all in life I ever
do/I will want nothing else to see me through
If I could spend my lifetime loving you
Though we know we will never come again/When there is love, life
begins/Over and over again
Save the night, save the day/Save your love, come what may/Love is
worth everything we pay
I want to spend my lifetime loving you/If that is all in life I ever
do/I want to spend my lifetime loving you
If that is all in life I ever do/I will want nothing else to see me
through/If I can spend my life time loving you
=============== 15 ==========
... Susan, aku cuma ingat-ingat mirip siapa. Dia mirip dengan Ira
yang mengantarkan ku malam minggu lalu." ujarku lembut. Wajah Susan
sedikit "redup" hanya gara-gara pandangan ku sama waitress,
oh...iya..ya cemburunya berlebihan. (Bersambung)
=============================
Lama dia memandangi ku dengan wajah cembrut, sementara buku menunya
dibiarkan diatas meja tanpa disentuh. Aku pura-pura serius membuka
buku menunya sambil melirik kearah Susan, tatapan mata-sendu- masih
kewajah ku. Dalam hatiku, mantan pacarku --masih gadis--tidak
seperti nyonya ini rasa cemburunya. Susan menarik tanganya dari atas
pahaku, dia melipat tangannya diatas dadanya, wajahnya masih cemberut.
"Susan, kita kesini mau makan, bukan mau cubit-cubitan, cemberut-
cemberutan." ucapku.Ok..kalau Susan nggak mau makan,biar aku sendiri
yang makan, kalau kamu tega.
Aku baca daftar makan dengan bersuara, tahu...tempe...pecal...dan
ikan teri." Aku mau yang ini sajalah," ucapku, aku ngomong sendiri.
Aku pura-pura panggil waitressnya dengan suara pelan, takut
kedengaran, nanti datang pula.
Susan menolehku wajah cembrutnya mencair, " Zung, itu yang membuat
aku semakin "jatuh hati" pada abang."
" Itu nya apa, ngomong yang jelas." ucapku pura-pura serius. Dalam
hati, temunya baru dua hari jalan, kok langsung punya kesimpulan
seperti itu?.
" Abang bisa segera meneduhkan hati. Manalah ada dibuku menu makanan
seperti abang baca barusan."
" Susan, sok tahu. Kamu sendiri belum baca daftar menunya. Mau
taruhan?"
" Taruhannya apa dulu bang." tanyanya.
" Cium dagu!"
" Aku mau.!"katanya, langsung "menyerbu" daguku.
****
Kali ini dia lebih menghormati ku, tidak seperti sebelumnya
menggangap aku sebagai mahasiswanya. Sebelum Susan memilih jenis
makanan kesukaannya, dia menyerahkan buku menunya , " Zung, kali ini
kamu yang pilih makanan untuk kita."
" Susan, pilihanku selera orang kampung."
" Zung, aku nggak suka hal yang lalu diungkit-ungkit. Kan, kemarin
abang sudah menegurku " ujarnya mengiba sembari mencubit paha ku
karena menyebut "kampung".
" Aku paling suka ngusilin orang supaya paha ku dicubitin." ucapku
" Zung tadi bilang, kita kesini mau makan, bukan mau cubit-cubitan."
ucapnya gemas, kini tangannya pindah mencubit lenganku.
" Terserah Susan sajalah, apa yang kamu suka, aku pasti suka." ujarku.
" Abang serius nih ?" tanyanya, nada suaranya melemah. Susan
menyandarkan kepalanya disisi bahuku sesaat, aku tahu maunya, aku
tempelkan bibirku ke ujung hidungnya.
Susan memilih beberapa jenis makanan, tak ketinggalan anggur merah, "
Zung mau anggur putih?"
" Nggak, aku tadi bilang, apa yang kamu suka pasti aku suka, kamu
suka anggur putih?" Pada hal sesungguhnya, memang aku tak suka anggur
putih, bisa-bisakunya itu kemarin malam minta anggur putih.
Ketika "waitress" mengantar makanan, aku tak berani lagi
memandangnya, takut cemburunya "kambuh" lagi. Sengaja wajahku
kumiringkan kearah Susan sambil menatap wajahnya.
Susan heran, "kenapa bang? abang nggak suka makanannya ? Tadi abang
bilang, makanan apa aku suka abang juga suka, sekarang kok... ?"
"Iya aku suka, yang aku tidak suka wajah perempuan tadi. Kan, aku
nggak boleh menatap wajah perempuan lain kecuali menatap wajahmu.!"
" Halahhh...abang buat aku deg-degan saja. Aku kirain abang marah."
" Siapa pula bisa marah sama tuan putri."
" Zung.... ayo kita makan, abang pintar ber "gurindam," ujarnya
tersenyum.
Susan mengisi piring ku dengan beberapa irisan "beefsteak" yang
dipotongnya. Aku diam, menunggu Susan selesai memotong untuknya
sendiri.
Hmmm.... Susan menaruh lauk kemulutku dengan garpu. Aku menolak.
Susan kaget...bang ayo buka mulutnya....Aku tetap menutup mulutku
sambil memandanginya. Susan menyerah, kami saling menatap. " Zung
apalagi nih., abang memang nggak suka pesanan ku? Tadi kan aku
bilang, biar abang yang pilih." ujarnya memelas. ( Bersambung)
Palam Spring, September 03, 2008
Tan Zung
Dosenku Pacarku (16)
Label:
Kisah Sahabat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar