"I knew I loved you"
Mau Mendengar Lagunya Klik Disini
Maybe it's intuition/But some things you just don't question/Like in
your eyes/I see my future in an instant
And there it goes/I think I've found my best friend/I know that it
might sound more than a little crazy/But I believe
I knew I loved you before I met you/I think I dreamed you into life/I
knew I loved you before I met you/I have been waiting all my life
There's just no rhyme or reason/Only this sense of completion/And in
your eyes/I see the missing pieces
I'm searching for/I think I've found my best friend
I know that it might sound more than a little crazy/But I believe
I knew I loved you before I met you/I think I dreamed you into life/I
knew I loved you before I met you/I have been waiting all my life
A thousand angels dance around you/I am complete now that I've found
you
I knew I loved you before I met you/I think I dreamed you into life/I
knew I love you before I met you/I have been waiting all my life
============= 27 ==========
" Nanti ku akan suruh sopir mengantarkan abang pulang."
Susan pindah duduk dekatku setelah melihat rasa dongkolku surut.
" Bang kepalaku pusing.." ucapnya sambil menyandarkan kepalanya
diatas dadaku.( Bersambung)
==========================
INI salah satu kelemahanku, sejak aku berteman dengan perempuan,
betapapun besanya persoalan, aku pasti"lumpuh"ketika kepala bersandar
diatas dada atau bahuku, dan Susan tahu itu sejak dua malam lalu.
"Susan, aku minta minum lagi iya, perasaan nggak enak nih, masa kita
hanya duduk ."
" Iya bang .Tapi jangan minum terlalu banyak, nanti abang minum
dirumah sebelum diantar pulang."ucapnya, suaranya lemah. Aku mersakan
keningnya sedikit hangat. Benar, Susan kurang sehat.
" Susan sakit...?"
" Iya bang, sejak tadi siang kepalaku pusing."
" Kamu masih bisa bertahan, atau aku antar pulang sekarang.?"
"Sebentar bang, aku mau istrahat dulu," ujarnya sambil memperbaiki
posisi kepalanya diatas dadaku, sementara tangannya diletakkan di
pangkuan ku. Susan mengingatkanku ketika meminta tambahan
minuman, "bang...cukup"ucapnya lemah.
" Iya, ini yang terakhir, aku cuma minta bir kok. Susan minum dikit
biar segar, mau.?"
Susan diam, aha...aku ingat "ilmu" baru yang diajarkan kemarin dulu.
Kali ini aku gagal,Susan terbatuk-batuk, "distribusi" minumanku
masuknya kurang mulus, kasihan. Aku coba mengurangi batuknya dengan
memijat punggung. Susan keringat dingin menahan batuk.
" Zung, tolong ambilkan jaketku kemobil, " pintanya sambil menahan
batuk.
Perlahan kuangkat kepalanya dari atas dadaku. Tampaknya dia tak dapat
menahan rasa sakitnya, dia meletakkan kepalanya diatas meja. Segera
ku pakaikan jaket ketubuhnya,setelah aku kembali dari mobil mengambil
jaketnya.
Susan kembali menyandarkan kepalanya diatas dadaku. Susan
mengingatkanku, supaya jangan menambah minumanku lagi. Kali ini aku
turuti permintaannya. Suhu tubuhnya semakin panas, aku khawatir
kesehatannya semakin memburuk, sementara discotik tutup setengah jam
kemudian.
"Susan, sebentar lagi kita pulang, kamu masih bisa bertahan.?"
Susan mengangguk perlahan, "Iya bang." jawabnya.
Punggung dan keningnya kupijat silih berganti, harap, dapat menolong,
paling tidak untuk sementara. Susan menolak ketika aku ajak kerumah
sakit.
" Tidak usah bang, aku cuma kurang istrahat." ujarnya, batuknya belum
kunjung berhenti.
*****
Ira membantuku memapah Susan kemobil setelah discotik tutup. Aku
menghantarkan Ira dan Sari pulang hingga kedepan rumah mereka. "
Bang, terimakasih," ujarnya sambil mencium pipiku. Segera Ira
kutinggalkan sebelum berlanjut, sementara "pasien" sedang terbaring
dimobil.
Susan masih batuk tapi agak berkurang, suhu badannya masih hangat.
Aku tuntun dia masuk kerumah, merebahkannya diatas sofa tempat kami
dua malam lalu " bergulat".
" Zung, tolong bangunkan pembantu di kamar belakang. Aku minta air
hangat," pintanya, suaranya masih lemah.
" Biar aku saja yang mengambilnya. Susan mau minum"chivas"? tanyaku
bercanda.
Susan senyum mendengarnya, "bang...aku butuh air hangat."
" Berapa ember bu....?"
" Zung...aku sakittt, abang bercanda terus....tolong air hangatnya,
aku haus.!"
Aku kebingungan mencari gelas dan air panas. Kamar pembantupun aku
nggak tahu. " Susan, aku nggak tahu dimana air panas dan gelas, aku
juga nggak tahu dimana kamar pembantu. Aku cuma ingat kamarmu."
ujarku tertawa.
Susan terpaksa bangkit dari sofa, menunjukkan tempat gelas dan
termos. Aku seduh teh untuknya.
"Zung, kalau mau minum, ambil sendiri." ujarnya sambil menunjukkan ke
arah lemari kecil yang menempel di" bar mini"nya.
"Nggak enak sendirian minum, kapan-kapan saja. Bagaimana sekarang
perasaan mu, kepala masih pusing?
Aku menuntunnya kembali ke ruang tamu. Susan masih lemah, " Zung, aku
mau rebahan." ujarnya sambil merebahkan tubuhnya di sofa.
"Aku boleh pulang?"
" Maaf Zung, aku lupa, sopir tadi sore pulang ke kampungnya,
isterinya sakit."
" Jadi maksudmu, aku tidur disini lagi?"
" Kenapa ? Abang tega meninggalkan aku sendirian ? Abang buru-buru
mau pulang atau kerumah Ira?"
" Kerumah Ira..? Ngapain...?"
" Barangkali tadi masih kurang..."
" Kurang apanya.?"
" Zung, kamu sering berpura-pura. Aku tadi melihatmu berciuman dengan
Ira." (Bersambung)
Los Angeles, September 11, 2008
Tan Zung
Dosenku Pacarku (28)
Label:
Kisah Sahabat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar