Original Sin
http://www.youtube.com/watch?v=uXupnbWEsFw
Oh, it's carnival night/And they're stringing the lights around you
Hanging paper angels/Painting little devils on the roof
Oh the furnace wind/Is a flickering of wings about your face/In a
cloud of incense
Yea, it smells like Heaven in this place
I can't eat, can't sleep/Still I hunger for you when you look at me
That face, those eyes/All the sinful pleasures deep inside
Tell me how, you know now, the ways/and means of getting
in/Underneath my skin,
Oh you were always my original sin/And tell me why, I shudder/inside,
every time we begin
This dangerous game/Oh you were always my original sin
A dream will fly/The moment that you open up your eyes/A dream is
just a riddle
Ghosts from every corner of your life
Up in the balcony/All the Romeo's are bleeding for your hand/Blowing
theater kisses/Reciting lines they don't understand
=========== 21 ========
Aku membuka envelope sementara mataku melirik Susan, wajahnya tegang.
Dia mengalihkan rasa gelisah dengan membuka tas tangannya, seakan
mencari sesuatu. ( Bersambung)
========================
Aku membaca surat yang baru saja tante serahkan: " Bang Tan Zung, aku
menunggu mu cukup lama, Ira pikir abang pulang kuliah langsung
kerumah. Ira hanya mau ingatkan abang, besok malam menemani aku dan
Sari pulang dari tempat kerja.
Bang, kalau ada waktu, besok siang mampir kerumah, temani Ira ke
kampus. Ira mau bayar uang kuliah dan uang ujian semester, dari
kampus kita sama ke tempat kerja Ira.
Ohhh..iya...bang jangan lupa bawa catatan " cost accounting". Diakhir
tulisannya tertanda Ira.
Usai membaca surat Ira, aku meletakkannya diatas meja. Segera Susan
mengambil surat dari atas meja setelah tante meninggalkan kami.
Tanpa membacanya, dia langsung memasukkan kedalam tas tangannya.
"Susan, surat itu untuk aku, isinya nggak ada apa-apa kok." suara ku
pelan.
Susan nggak peduli, tasnya ditaruh kepangkuannya. Tanganku ditepiskan
ketika aku mau mengambil surat itu dari tasnya.
Tante keluar dari kamarnya membawa envelope lagi, " eehhh....aku
hampir lupa, tadi juga dua perempuan mencari bapa. Ini ada suratnya.
Kasihan mereka menunggu bapa lama sekali, mana ban vespanya bocor.
Mereka nggak bisa menggganti, terpaksa aku panggil abang, bapaknya
Ruben membantu mereka." kata tante sambil menyerahkan surat kedua.
Wajah Susan semakin tegang, dia menatapku lagi.
Aku membaca surat diatas kertas biru itu: " Bang, aku dan Magdalena
tadi sore datang mencarimu. Kalau ada waktu mampir besok malam ke
rumah. Tetephon dulu kalau mau datang." Ujung tulisannya tertulis,
Aku...Mawar.
Setelah siap membacanya langsung ku kantongi. Wajah Susan semakin
kusut. Dia berdiri permisi sama tante. Dia tak lagi mengajak ku
pulang.
" Mana kunci mobil, Zung.?"
Susan berjalan cepat setelah keluar dari rumah. Aku mengejarnya, aku
berusaha menahan dengan memegang tangannya. Dia meronta, dia terus
melangkah menuju mobilnya. sebelum dia masuk ke mobilnya, dia memaki
ku, " dasar bandit.....buaya....." Susan membanting pintu mobilnya
keras sekali. Dia meninggalkan ku dipinggir jalan tanpa menolehku.
Aku kembali kerumah dengan rasa kesal. Aku belum sempat menjelaskan
semuanya, mulai dari panggilan"bapak" surat Ira dan Mawar.
Sepeninggalnya hatiku merasa panas mendengar
hujatan "bandit...buaya." Aku ingin ketemu segera sekaligus ingin
menjelaskan semuanya. Terserah dia mau dengar atau tidak. Aku tak
peduli kalau akhirnya kami akan " cerai", patah tumbuh hilang
berganti.
Memang, dia baru saja mengaku, sangat cemburu bila melihatku
berteman dengan perempuan lain. Tanpa sadar, didepan Susan ,
tanteku "berkotek" tentang perempuan yang mencariku, tiga orang lagi.
" Ada apa, kenapa dosennya? dia marah sama bapa.? tanya tante ketika
aku kembali kerumah.
" Gara-gara tante tadi" jawabku tertawa kecut.
" Apa salah tante.?"
" Tante beberkan semua nama perempuan temanku itu di hadapannya."
" Eeeehh...tahe/ oh...iya... tante akhirnya mengerti. Bapa rupanya
pacaran sama guru..eh..dosennya.
Tadipun tante pun sudah mulai curiga, setelah melihat cara kalian
berdua di dalam mobil seperti berpacaran. Tadi sebelum kalian masuk,
tante mengintip dari jendela. Tapi karena bapak bilang dia dosen,
rasa curigaku jadi hilang. Rupanya bapa...hahaha..., cantik kali dia.
Jadi bagaimana nanti lanjutannya.?"
" Lihat nantilah, aku pun butuh nggak butuhnya.!"
"Nggak boleh langsung mandele/ surut, harus berjuang. Marah, ketawa
dan cemburu, itu bagian dari perjalanan cinta, seperti tante telah
mengalaminya.
Bujuk lagilah dia, beruntung bapa mendapat seorang dosen....jangan
sampai putus iya..bapa."
Hmm...tante nggak tahu kalau Susan adalah isteri orang, kataku dalam
hati.
( Bersambung)
Los Angeles, September 09, 2008
Tan Zung
Dosenku Pacarku (22)
Label:
Kisah Sahabat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar