Dosenku Pacarku (14)


No Woman No Cry
No, woman, no cry; /No, woman, no cry;
No, woman, no cry; /No, woman, no cry.

i say I remember when a we used to sit /In a government yard in
Trenchtown,
Oba - obaserving the hypocrites as they would
Mingle with the good people we meet, meet
Good friends we have, oh, good friends we have lost
Along the way,way
say In this great future called life, you can't forget your past;
So dry your tears, I seh. Yeah!

No, woman, no cry; /No,no, woman, no wooman cry. Eh, yeah!
no no wooman no wooman no cry /i say I remember when we used to sit
In the government yard in Trenchtown, /And then Georgie would make
the fire light, /I seh, logwood burnin' through the night, night
Then we would cook cornmeal porridge, well i mean it
Of which I'll share with you, yeah! /My feet is my only carriage
And so I've got to push on through.
but while I'm gone,
Everything's gonna be all right! ( 8 X)

So no, woman, no cry; /No, woman, no cry.
I seh, O little - O little darlin', don't shed no tears;
No, woman, no cry, eh.

No, woman - no, woman - no, woman, no cry;
No, woman, no cry. /One more time I got to say:
O little - little darlin', please don't shed no tears;
No, woman, no cry.

http://www.youtube.com/watch?v=4u2GpQzEu3Y

========== 13 ===========
" Keteduhan ...? Bahasa apa itu...?"
" Bahasa jiwa dan bahasa tubuh......" ujarku tertawa.
" Zung, keteduhan apa yang kau berikan kepada ku sejak tadi malam
hingga sekarang, nothing...."( Bersambung)
==========================
" Susan, keteduhan jiwa dan hati mu. Kamu meniadakan apa yang telah
ku berikan, bahkan aku merasa telah mengorbankan hati ku? bukankah
semalam aku dan kamu telah menikmati indahnya malam meski kita baru
saling bersua. Bukankah hati ku dan hatimu telah melabrak rambu-rambu
yang seharusnya tak pantas kita lakukan?"



" Zung, kenapa kamu tiba-tiba menjadi manusia moralis.?"
" Susan, aku bicara seadanya, tokh, kamu juga mencoba menghidar dari
apa yang sudah kita"nimati", bukan?"

Susan terdiam. Kedua tangannya menopang wajahnya, dia menatapku
dengan pandangan kosong. Beberapa saat aku dan Susan saling menatap,
mulut terkunci rapat, hening. Dering telephon mengkahiri keheningan.
Susan beranjak dari tenmpat duduknya , tak bergairah, mulutnya
berdesah ...ah...Tan Zung......tak kusangka...Susan mengangkat gagang
telephon sebelum meneruskan kalimatnya.

" Helllo pap....how are you...I miss you. Papi.....kesepian
sayang...? oh..kasihan.. disana sudah larut malam iya pap.Sudah
makan...?

Iya...aku disini baik-baik saja.. Oh iya .. bang Tan Zung? dia masih
ada disini, aku belum selesai periksa skripsinya. Oh..arisan Sabtu
malam itu....Iya aku mau pergi, tapi mami ..belum tahu pergi dengan
siapa, aku nggak mau pergi hanya dengan sopir.

Tan Zung nggak mau, dia ada janjian dengan pacarnya...itu lho pap...
dua orang perempuan yang mengantarnya malam minggu lalu.
Akh...entahlah, papi mau bicara sama dia?.
" Bang...bang Tan Zung, papi mau bicara dengan kamu."

Aku meraih gagang telephon dari Susan, " Iya omm...aku baik-baik
saja. Iya aku nginap tadi malam, iya om...aku tak bisa tidur tadi
malam....iya...aku jagaiin ibu. Tadi malam dia kurang enak badan,
terpaksa aku jemput tukang pijat...oh...iya..sekarang sudah
mendingan. ( mataku melirik kepada Susan. Susan kelimpungan......dia
bangkit lari ke meja makan,dia tak dapat menahan ketawanya.)

Bukan...bukan aku nggak mau om...hanya aku sudah ada janji dengan
temanku. Tidak...om, mereka bukan pacar, hanya teman biasa saja.

Malam ini ..? aku belum pasti om..tergantung, kalau ibu sudah pulih
total, aku pulang. Iya...om... aku temanin dia Sabtu nanti..iya..aku
janji om. Aku akan jagaiin ibu sampai om datang...daggg...." gagang
telephon kuserahkan kembali kepada Susan, wajahnya tampak sumringah.
Hmmmm......kini aku dapat"licensed" dari "owner"
untuk "mengoperasikan" selama tiga bulan,,,hohoho...

Susan kembali bicara dengan suaminya, "Iyalah...aku pergi dengan dia.
Tadi dia bilang nggak..benar aku nggak bohong pap. Iya ...hanya pilek
saja, ...memang Rojan pergi dengan dia jemput tukang pijat langganan
kita. Iya..pap...dagggg...papi selamat tidur...mimpi indah iya...pap."

Susan berlari menemuiku, dia merasa "excited". Susan berdiri
didepanku sambil bertolak pinggang, waduh...gayanya kayak anak remaja.

" Kapan aku sakit...hah...?"
" Tadi malam.! Aku nggak bilang sakit, kurang enak badan. Iya aku
enakin kamu kan ...?!"
" Tan Zung bohong lagi, nggak ada orang yang mijat aku."
" Iya akulah."
" Zun, untuk yang satu ini kamu benar-benar pengalaman, dengan gaya
bicaramu bisa saja orang percaya."

" Tapi mengenai malam minggu nanti, kamu sukar mempercayai ku. Aku
tahu kamu tak rela, karena kamu cemburu."

" Bang....iya...aku cemburu, aku tak merelakan mu dengan siapapun."
" Lho, aku mau jadi panglatu ( panglima lajang tua)?"
" Zung, bukan....tolonglah...aku..."
" Apa yang bisa kutolong..?"
" Nanti bang aku ceritakan, siapa aku dan suamiku sesungguhnya."

" Kapan.." tanyaku tak sabaran.
" Kamis minggu depan."
" Lho, lama sekali....pembaca nggak sabaran nih..."
( Bersambung)

Los Angeles. August 29, 2008
Tan Zung

Baca Selengkapnya......

Dosenku Pacarku (13)


Feelings
Feelings, nuthin' more than feelings, /Tryin' to forget my,
Feelings of love . . .
Teardrops, rollin' down on my face, /Tryin' to forget my,
Feelings of love . . .

Feelings, for all my life I'll feel it, /I wish I'd never met you
girl,
You'll never come again . . .

Feelings, Oh Oh Oh feelings, /Oh Oh Oh feel you,
Again in my arms . . .
Feelings, feelings like I've never lost you,
And feelings like I've never held you again in my arms!

Feelings, for all my life I'll feel it, /I wish I'd never met you
girl,
You'll never come again . . .
Feelings, Oh Oh Oh feelings, /Oh Oh Oh feel you,
Again in my arms . . . ( Again, again! )

http://www.youtube.com/watch?v=KslgDHhSINo
============= 12 ===============
Aku membuka sedikit pintu kamar mandi, melongok dari selah pintu yang
terbuka, " mau mandi sama?' tanyaku bercanda.
" Husst...kamu genit." ujarnya sambil menjewer telingaku.
Oh...syukurlah, kamu sudah bertobat pikirku.
" Ganti t-shirtnya bang," ujarnya sambil menyerahkan t-shirt
berlogo "UCLA" ( Bersambung)
==================================
Sambil menunggu Susan selesai mandi, di "dining room" aku mulai
memperbaiki beberapa catatan koreksi ibu dosenku, Susan, dalam
lembaran skripsiku. Sepasang tangan menutup mataku dari belakang,
ah....siapa lagi kalau bukan si genit ibu dosen.


Masih dari belakang ku, dia mencium pipiku, segera dia pindah
kesampingku dan mendaratkan bibirnya dikening ku. Tubuhnya dibalut
dengan daster tipis, tembus pandang, oh..ya...ya.

" Kita makan dulu bang, nanti kita selesaikan," ucapnya seraya
tangannya menarik bahan skripsi dari tanganku.
Susan tidak membiarkan pembantunya sendirian menyiapkan hidangan
makan siang kami.

Dia memilih tempat duduknya persis diahadapanku. Sementara kami
menikmati makan, Susan bercerita ketika dia menyelesaikan es-dua nya
di UCLA, Amerika selama dua setengah tahun.

" Ibu..eh...Susan dapat pacar disana?" tanyaku polos.
Susan menghentikan makannya, dia menatap ku, " Zung.....nggak ada
waktu pacaran, setiap hari kita di jejalin tugas, mana kita terus
memperdalam bahasa inggeris.Itu sebabnya aku selalu menekankan kepada
kalian mahasiswa ku, tekunlah belajar bahasa inggeris."

" Iya...bu." jawabku singkat.
" Zung...aku serius."
" Oh...begitu... maaf bu, perlu dicatat? tunggu, aku mau mengambil
buku catatan ku dulu," ucapku, sambil berpura-pura mau berdiri.

Susan menahan ujung jari kaki ku dengan kakinya dibawah meja makan, "
Zung....aku tahu kamu ngenyek, ok, kita makan dulu."ujarnya tersenyum.
Usai kami makan, Susan mengalihkan pembicaraan, dia menanyakan(lagi)
tentang hubunganku dengan Magdalena, dia menyesalkan kenapa harus
berakhir setelah berhubungan lima tahun, " Zung, kamu sudah punya
pacar lagi.?"

" Kalau aku masih dengan Magdalena,atau punya pacar ( baru), aku tak
mungkin berada di tempat ini menikmati indahnya malam bersama mu"
" Tan Zung serius, belum punya pacar.?"

Dengan enteng kujawab, " sekarang sudah.! pacarku, dosen ku." mulut
ku ceplos.
Susan bangkit dari tempat duduknya, dia menarik tanganku, berdiri.
Uhh...Susan menghujaniku ciuman,kedua tangannya memegang wajahku
seakan tak mau melepaskan.

Tanpa sadar, aku telah "mengetuk palu kematian" aku dan Susan
pacaran,ohhh ..lidah, lagi-lagi menjerat ku. Begini rupanya pacaran
dengan perempuan "pasca gadis"( apa pula artinya ini), tak bisa
membedakan waktu, pagi, siang dan malam, ada kesempatan hajar....

Susan duduk disampingku setelah dia menghujani ku ciuman, sebagai
ungkapan hatinya yang sedang berbunga-bunga.
" Zung bisa menyetir ?"
" Bisa, kecuali nyetir perempuan.!"
" Zung, aku serius.! Sabtu ini aku mau ke Berastagi bersama dengan
arisan ibu-ibu dari kantor suami ku."

Aku menyesal menjawab "bisa". Aku kira perusahan tempat suaminya
bekerja membuka lowongan.Tak apalah kerja paruh waktu sambil menunggu
akhir kuliah pikir ku.

"Tetapi Sabtu dan hari Minggu ini aku ada janji."
" Zung, aku nggak enak pergi sendiri dengan sopir. Janjiannya nggak
bisa ditunda ? Apa kamu janjian dengan pacar baru mu ? "

" Bukan, Susan masih ingat dengan dua perempuan yang membawaku pulang
malam minggu lalu?"
"Kenapa dengan mereka?"
" Aku ingin menolong mereka. "

Susan mengeritkan dahinya," menolong perempuan pramuria itu? apa yang
kamu mau tolong? Aku nggak setuju, waktu mu terbuang percuma dengan
perempuan malam. Pantasan kamu selalu berada disana dan.... ternyata
ada perempuan simpanan mu. Pantaslah tugas-tugas perlkuliahan mu juga
terbengkalai."

Bah, baru saja di "deklarasi"kan pacaran, kok sudah mulai mengatur,
apakah ini permintaan dari seorang dosen? Atau, barangkali ekspresi
kecemburuan .? Aku menolak, terbentur dengan urusan masa depan,
skripsi . Dituruti, Sari dan Ira korban pemerasan preman discotik
akan terus berlanjut.

"Susan, aku belum pernah bersama dengan mereka, baru kali pertama
malam minggu lalu. Aku hanya kasihan dan simpati dengan perjuangan
mereka. Mereka buka perempuan "murahan". Mereka terpaksa melakukannya
karena orang tuanya tidak mampu membiayainya. Mereka ingin seperti
Susan, tidak kampungan."
" Maksud mu, ?"
" Mereka itu adalah mahasiswi disalah satu universitas swasta yang
cukup terkenal di kota ini; jurusannya sama dengan ku."
" Zung, terserah kamulah, aku hanya mengingatkan. Jadi kamu nggak
bisa bantu aku malam minggu nanti.?"

" Susan, mereka selama ini selalu di porotin/palak oleh preman
doscotik itu, kasihan, mereka jadi sapi perahan."
" Oh..jadi kamu mau jadi pahlawan?"
" Susan, terserah kamu katakan apa. Yang pasti aku hanya mau memberi
keteduhan kepada mereka, hanya itu yang dapat kuberikan. Sama seperti
tadi malam hingga saat ini, aku mencoba memberi keteduhan kepada mu.!"

" Keteduhan ...? Bahasa apa itu...?"
" Bahasa jiwa dan bahasa tubuh......" ujarku tertawa.
" Zung, keteduhan apa yang kau berikan kepada ku sejak tadi malam
hingga sekarang, nothing...."( Bersambung)

Los Angeles, August 29, 2008

Tan Zung

Baca Selengkapnya......

Dosenku Pacarku (12)


"When I Need You"

When I need you/Just close my eyes and I'm with you
And all that I so want to give you/It's only a heart beat away

When I need love/I hold out my hands and I touch love
I never knew there was so much love/Keeping me warm night and day

Miles and miles of empty space in between us/A telephone can't take
the place of your smile
But you know I wont be traveling forever/It's cold out, but hold out
and do like I do

When I need you/I just close my eyes and I'm with you
And all that I so want to give you babe/It's only a heartbeat away

It's not easy when the road is your driver/Honey, that's a heavy load
that we bear
But you know I won't be traveling a lifetime/It's cold out but hold
out and do like I do
When I need you

When I need love/I hold out my hands and I touch love
I never knew there was so much love/Keeping me warm night and day

When I need you/Just close my eyes and I'm with you
And all that I so want to give you/It's only a heart beat away

http://www.youtube.com/watch?

================== 11==========
Susan mengecup bibir ku, "selamat malam, selamat bermimipi indah
honey " balasnya, sembari menarik selimut untuk kami berdua.
Ahh.....Susan, kenapa nggak habis-habisnya kau menggodaku? kata ku
dalam hati. (Bersambung)
==============================
AKU tak dapat menikmati tidur malam itu.Bahkan,hampir
saja "pertahananku" jebol mengarungi lembah kenistaan. Dengan bahasa
Inggeris yang cukup mengerti, Susan mengajak ku memenuhi hasratnya,"
One night stand ...?


" No way .!" Susan, aku sangat letih," jawab ku.
Hmmm...aku baru sadar, ketika Susan meneteskan airmatanya
karena "dahaga" yang tidak terpuaskan.? Huh....apalagi yang aku
miliki kalau "keutuhan" itupun harus ku korbankan dengan perempuan
yang telah bersuami?

Lho...sedang mabuk kok masih sadar rambu moral !? Iya...aku telah
terlatih bertahun-tahun dengan mantan pacarku. Kala itu, apapun dapat
aku dan mantan pacar lakukan di kamar ketika berdua hingga larut
malam. Tetapi, mantan pacarku Magdalena selalu menyadarkan ku.

Ketika " olah tubuh" mencapai puncak, kadangkala aku mau "nakal'.
Dengan lembut, kata ini meluncur dari mulut Magdalena, " bang,
jangan...!

Hingga hubungan kami yang berakhir tragis, ke "utuhan" itu masih kami
miliki, dan itu pula yang tersisa aku punya, hati dan pikiran telah
compang-camping. Sungguh, aku tak sudi kalau apa yang telah
ku "rawat" lama akan berakhir tragis malam ini dengan perempuan
bersuami pula.

Untuk mengobati hatinya yang kecewa, aku kecup bibirnya dan menghapus
manik-manik bening dikelopak matanya. Dia menatapku lama, matanya
redup sementara bibirnya dikatupkan masih menahan isak. Aku berusaha
membujuknya supaya kembali ke kamarnya.

" Zung........aku kedinginan." ujarnya.
Aku tahu arah permyataanya, segera kualihkan dengan tawaran minum
alkohol untuk pemanas tubuh. Susan menolak ketika ku tawarkan minuman
alkohol itu.
****
Malam semakin larut, aku dan Susan tak tahan menahan rasa kantuk,
kami terlelap hingga menjelang siang. Pembantu perempuan
berunglangkali mengetuk pintu kamarnya, dia tidak tahu kalau Susan
sedang "merantau" di kamar sebelah, dengan ku. Susan mencubit pahaku
ketika membangunkannya, "Nyonya...nyonya...bangun, Iyem, ketuk pintu
kamar mu"

" Good morning tuan Tan Zung." ucapnya sambil mengelus pipiku.
" Good morning madame ." jawab ku.

Sebelum "bab" berlanjut, aku segera melompat dari tempat tidur. Susan
tertawa melihat tingkahku, segera dia menyusul.
" Tunggu dulu, aku mengambil handuk untuk tuan Tan Zung."
Dari percakapan "pendahuluan" pagi ini, hatiku sedikit lega,
urusan "dahaga"nya yang tidak terpuaskan tadi malam telah
terlupakan , berarti, hari ini urusan skripsiku bakal tuntas, pikir
ku.

Baru saja menanggalkan pakaian yang aku kenakan, aku mendengar
ketukan pintu memanggil namaku. Oaalaah...bu dosen ku genit amat.
Ketukan tak berhenti," iya bu..... tunggu," jawabku dari dalam sambil
melilitkan handuk ketubuhku yang hampir telanjang.

Aku membuka sedikit pintu kamar mandi, melongok dari selah pintu yang
terbuka, " mau mandi sama?' tanyaku bercanda.
" Husst...kamu genit." ujarnya sambil menjewer telingaku.
Oh...syukurlah, kamu sudah bertobat pikirku.
" Ganti t-shirtnya bang," ujarnya sambil menyerahkan t-shirt
berlogo "UCLA" ( Bersambung)

Los Angeles, August 29, 2008

Tan Zung

Baca Selengkapnya......

Dosenku Pacarku (11)


Uncle Kracker - Drift Away
Day after day I'm more confused/But I look for the light through the
pourin' rain/ You know, that's a game, that I hate to loose/I'm
feelin' the strain, ain't it a shame

[CHORUS:]
Give me the beat boys and free my soul/I wanna get lost in your rock
and roll and drift away
Give me the beat boys and free my soul/I wanna get lost in your rock
and roll and drift away

Won't you take me away

Beginin' to think, that I'm wastin' time/And I don't understand the
things I do
The world outside looks so unkind/I'm countin' on you, you can carry
me through

Give me the beat boys and free my soul/I wanna get lost in your rock
and roll and drift away
Give me the beat boys and free my soul/I wanna get lost in your rock
and roll and drift away
Won't you take me away
http://www.youtube.com/watch?v=p57xeqgE1oE

=============== 10 ==================
Berulangkali aku membisikkan ketelinganya, bila aku telah letih.
Susan tak perduli, dia terus mememeluk ku erat, kadangkala aku
merasakan tubuhnya gemetar menahan gelora nafsunya. ( Bersambung)
======================================
Jarum jam telah menunjukkan pukul empat pagi, Susan akhirnya terkulai
dalam pelukanku. Tak berdaya. Aku rebahkan dia diatas sofa . Kepalaku
terasa pusing, dada ku sesak pengaruh minuman.


Sebelum aku terjengkang konyol, aku "siksa" diriku di kamar mandi
mengeluarkan alkohol dari perutku, sedikit lega. Kembali dari kamar
mandi, aku menemukan Susan telungkup diatas sofa. Tubuhnya terguncang
menahan tangis, kedua tangannya menutupi kedua wajahnya.

Oalah......airmata lagi di pagi-pagi begini? Urusan air mata ini
paling aku tak suka. Lebih baik aku disuruh kelililng stadion sampai
pingsan dari pada menghadapi perempuan berurai air mata. Urusannya
sangat panjang, bukan saja energi yang terbuang, juga putar otak
bagaimana menghentikannya; entahlah mungkin "kantong" air mata
perempuan diciptakan lebih besar dibandingkan dengan lelaki.

Aku pun mulai menangisi diri sendiri ( tanpa air mata), kenapa malam
ini aku berurusan dengan air mata perempuan, bersuami pula. Pacar
tidak (belum) apalagi isteri, huh..., ini baru satu malam, jangan-
jangan aku menjadi "pelengkap penderita" sampai suaminya kembali dari
London. Tiga bulan? lama sekali aku harus terpasung.

"Klien"ada didepan mata, mau tak mau aku harus menjalankan
terapi, "tiup lilin". Entah ilmu apalah ini, pokoknya sumbunya
sedang terbakar, tiup ujungnya jangan terlalu kencang, supaya lelehan
lilinnya tidak terikut, panas....hahhaha ...ada saja ilmu sedang
kasmaran, meski kasmaran ecek-ecek.

Aku duduk disampingnya, ku angkat tangannya ke bahuku, ku rapatkan
tubuh kesisi tulang rusuknya, mungkin disini "sumbu api"nya pikirku,
Susan masih sesugukan. Aku sorongkan jariku ke tangannya- gaya ini
paling dia suka-- tapi masih tak bersambut. Aku coba mengingat-ingat
caraku dulu sama mantan pacar, tetapi yang tertinggal hanya
mengelus/mengurai rambutnya.

Aku coba, tapi kok aku merinding, batal. Habis sudah akal, aku masih
tetap duduk disisinya sambil memikirkan cara lain, mentok. Masih
disofa, aku baringkan tubuh ku disampingnya karena aku sudah
menyerah, give-up.

Segera Susan membalik tubuhnya, menciumi ku, matanya terus
mengucurkan bening-bening cair. Dia berhenti sendiri setelah aku tak
bereaksi. Susan melanjutkan (lagi), tangis kok berseri - aku tak
peduli. Dia kecapekan sendiri, diam. Sebenarnya aku mau pulang malam
itu, ketika dia tertidur di sofa. Tetapi aku takut, dia akan
tersinggung, urusan skripsiku jadi taruhannya.

Aku tak tega melihat dia tertidur di sofa, sementara udara malam
semakin menusuk. Aku mau mengambil selimut, tak tahu dimana kamar
diantara lima pintu kamar di rumahnya. Tidak ada jalan lain
kecuali "menyelimuti"dengan tubuhku, sedikit hangat.

Mataku sudah mulai redup, tak mungkin aku dan Susan tidur hingga pagi
diatas sofa. Aku bangkit mencari kamar tidurnya. Satu-satu pintu ku
buka, akhirnya aku menemukan "master room"nya. Aku pindahkan Susan ke
kamar, tubuhnya masih lemah. Aku tinggalkan dia sendirian setelah ku
tutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Aku kembali ke sofa,
membaringkan tubuh ku, meringkuk menggigil kedinginan.

Sebelum tidur aku meneguk sedikit alkohol untuk pemanas tubuh,
hangat. Ketika tidur mulai merangkai mimpi, Susan terbangun dan
menemuiku, " Zung, kenapa tidur disini? ayo tidur dikamar" ujarnya.

" Nggak apa-apa, tanggung, sebentar juga sudah pagi."
" Zung ...ayolah..." ujarnya sambil menarik tanganku.

Tubuhku yang hampir "rontok" mengikuti Susan membawa ku ke kamar
bersebelahan dengan kamarnya. Dia bergegas mengambil selimut dari
kamanya. Aku tergeletak tak bergairah. Susan ikut membaringan
tubuhnya disisi ku.

Dia memirigkan tubuhnya, menatapku seraya mengelus wajah ku. "Susan
aku mau tidur, aku lelah," bisik ku.Susan mengecup bibir ku, "selamat
malam, selamat bermimipi indah honey " balasnya, sembari menarik
selimut untuk kami berdua.

Ahh.....Susan, kenapa nggak habis-habisnya kau menggodaku? kata ku
dalam hati. (Bersambung)

Los Angeles. August 29, 2008

Tan Zung

Baca Selengkapnya......

Dosenku Pacarku (10)


Somethin' Stupid

I know I stand in line /Until you think /You have the time
To spend an evening with me
And if we go Someplace to dance I know that There's a chance
You won't be Leaving with me

Then afterwards We drop into A quiet little place/And have a drink or
two
And then I go /And spoil it all /By saying something stupid/Like "I
love you"

I can see it in your eyes /That you despise /The same old lines
You heard the night before/And though it's
Just a line to you /For me it's true /And never seemed/So right
before

I practice every day/To find some /Clever lines to say
To make the meaning/Come through

But then I think /I'll wait until the /Evening gets late /And I'm
alone with you
The time is right /Your perfume /Fills my head

The stars get red /And oh the night's so blue
And then I go /And spoil it all /By saying something stupid
Like "I love you"

http://www.youtube.com/watch?v=DVS_qzjCiSI
================= 9 ==================
Pada babak ini, Susan pegang kendali, sementara. Tetapi tatapan
kedua matanya itu, membangkitkan gairahku. Pengalaman berpacaran
bertahun-tahun, aku dapat me"terjemahkan" tatapan matanya. Segera
ku"habisi" dia hingga menggeliat gelegapan. Aku akhiri "ronde olah
tubuh" ini dengan kemenangan mutlak. ( Bersambung)
=======================================
Tampaknya memang pengaruh minuman Susan sudah agak berkurang, terasa
ketika marah-marahan sebelumnya. Aku bergegas mengambil minuman.
Susan menyusulku ke bar mininya. Dia memijit punggungku dari
belakang, sekalian kepala, pintaku. Eh......malah cubitan mendarat di
kedua sisi pinggangku,"enak aja kamu." balasnya.



" Kita minum "black label" saja iya, sudah tengah malam nih,"
pintaku.Susan mengangguk tanda setuju, " apa hubungannya waktu dengan
jenis minuman,?" tanyanya ketawa sembari mengambil kedua gelas dari
tanganku.

" Udara semakin dingin," jawabku
Susan menatapku lama, bibirnya mengukir senyum. Susan kembali memilih
lagu berirama "soft" seiring bergulirnya waktu menjelang pagi. Susan
menolak ketika aku minta memutar lagu-lagu Indonesia.
" Nggak seru, zung mau kuterjemahin artinya, ? tanyanya ( aku masih
ingat, kurang lebih seperti ini)

aku duduk di keheningan sepi
mengenang sahabat ku jauh pergi
aku melangkah menyepi
dalam gelora sunyi tak menepi
gemgam waktu berlalu, gelora menepi
aku menapak dengan secawan anggur,
gelora berlabuh melebur
dalam sanubari ,
melangkah pasti
dalam nafas
dalam kidung
................
" Cukup...., kamu mengada-ada, tak ada satupun kalimat seperti itu
dalam lirik.."protesku
Susan tertawa lepas dan merangkul ku.

" Ayo bang kita dansa...yukkk..." ujarnya sambil menarik tanganku.
" Ok...tetapi setelah ini aku pulang, aku ngantuk berat ."

Suara Susan meninggi mendengar aku mau pulang."Zung kamu bohong, tadi
kami bilang, kita mau menikmati malam ini hingga pagi.Kok sekarang
minta pulang, tidak,Zung jangan pulang...please...honey....!"
ujarnya, sambil mendekap ku erat.

Aku baru sadar, bahwa baru saja aku janji menghabiskan malam ini
dengannya, ketika dia merajuk. Oalahhh...lidahku memasung diri
sendiri.

" Besok nggak ada perkuliahan, ngapain kamu pulang, hhmm..?" ujarnya
gemas sambil meremas dagu ku.

Aku merasa kesal, seperti kerasukan kuraih gelas minumanku, kuteguk
hingga tetesan akhir. Susan mengambil botol minuman " black label"
meletakkan di atas meja. Dia kembali mengisi gelas ku yang telah
kosong. Susan menggeser meja kecil yang ada di depan kami kesudut
ruangan.

" Zung ayo....malam ini aku latih kamu tari "salsa", aku dulu
pelajari ketika kuliah di California." Susan menghentak-hentakkan
kakinya diiringi dengan hitungan satu...dua, kaki melangkah maju
mundur kebelakang melangkah kekiri dan kekanan, kemudian mengangkat
tanganku keatas, memutar tubuhnya...dan kepalanya bersandar ditangan
kiriku, wajahnya mengarah kewajah ku.

Susan melatih ku berulangkali tetapi tetap saja aku tak merasa
tertarik, " ah...rumit amat , aku nggak suka, yang biasa-biasa
sajalah. Kalau toh..ujung-ujungnya "salsa" mu, tubuh merebah ke
tanganku, kenapa nggak langsung saja seperti ini.." ujarku ketawa
sambil meraih tubuhnya ke atas dada ku.

" Zung rumit mana dengan " advance accounting" yang aku ajarkan ?"
ujarnya sambil tertawa.
"Hush....kan kita sudah janji nggak boleh bicara berbau sekolah malam
ini.!"
" I'm sorry honey.....!" ucapnya memelas.

Susan mengajak ku lagi berdansa. Aku sebenarnya sudah merasa bosan.
Aku sadar, malam itu aku hanya menjadi pemuas dirinya, pada hal baru
satu hari berpisah dengan suaminya. Ah...maniak benar ini perempuan,
pikirku.

Dengan keadaan terpaksa ku ikuti gejolak hatinya, lebih tepat
nafsunya. Satu-satu jalan menghilangkan kejenuhan ditengah ke
terpasungan, aku perbudak diriku dengan minuman sebagai pelarian.

Malam itu pengaruh alkohol yang merasuk keseluruh sel-sel otak ku
cukup mengganggu pikiran. Malam semakin larut, geloranya semakin
menggebu, sukar aku membendungnya kecuali hanya pasrah. Berulangkali
aku membisikkan ketelinganya, bila aku telah letih. Susan tak
perduli, dia terus mememeluk ku erat, kadangkala aku merasakan
tubuhnya gemetar menahan gelora nafsunya. ( Bersambung)

Los Angeles. August 28, 2008

Tan Zung

Baca Selengkapnya......

Dosenku Pacarku (9)


Crazy In Love
And its funny how time /Steals the feelings from a love affair
And there's no place to lay the blame/It ain't a case of no one cares
Helplessly just watch it fade away/Neither will admit we both just
wanna say
I do
I miss the days when we were crazy in love/When you were not sure of
me/ And I wasnt sure of you
I do

Bring back the days when we were crazy in love/I wanna feel that way
again
When we were crazy in love/Oh it used to be so easy
When we touched and I was so high/I could get intoxicated just by
looking in your eyes
Baby is there anything that we can do?/Cos I know youre missing me
Like Im always missing you
I do
..........

http://www.youtube.com/watch?v=Lny4AzG_kbQ
===============8 ====================
Susan tetap diam, membisu. Hmmm.... selesailah aku malam ini,pikirku.
Aku coba jurus lain bagaimana mencairkan suasana. Aku benar-benar
ketakutan kalau nanti akan mempengaruhi perkuliahan ku yang akan
segera berakhir. ( Bersambung)
=====================================
" Bu....ibu Susan mau apa sayang...? mau "xo", "black label"
atau "chivaz".? Aku ingin, ibu dan aku pesta hingga pagi, ayo
sayang. Honey..... do you want some beer, manson or fanta?" bahasa
ku "gado-gado" mana tahu itu bisa mempengaruhi, pikirku.



Yessss......aku berhasil !. Mendengar pilihan terakhir itu, Susan
mengerucutkan kelopak matanya, tetapi tak berucap apa, dia terus
menatapku seraya menggelengkan kepalanya pelan. Huuhh...aku kecele,
aku pikir aku berhasil. Aku hampir menyerah melihat tingkahnya,
melebihi mantan pacarku yang masih perawan Bunga dan Magdalena ketika
sedang merajuk.

Terakhir aku keluarkan jurus "ulok dari /ular phyton sedang tidur";
(pura-pura lelap tetapi siap melilit) hahahah...

Aku tarik lehernya kearah ku, kepala ku rebahkan diatas bahunya, "
honey...bicaralah... mau mu apa...?" bisik ku ke dekat telinganya,
tapi ekspresi wajahku tak seindah mulutku ketika meluncurkan
kata.."honey", sungguh, sebenarnya hati ku tak sudi berucap itu.

Susan masih diam, tetapi dia membiarkan kepalaku melekat diatas
bahunya. Kami diam sejenak, seperti orang sedang tapakur,
mengheningkan cipta.

Malam ini aku"melacurkan" mulutku, tetapi bukan hatiku.
Munafik...iya..tak apalah, tak ada pilihan lain.
Aku merasakan cairan hangat mengalir ke atas bahuku. Oalahh....urusan
semakin rumit dan mendalam, pikir hatiku sesaat.

Meski aku telah "kenyang" dengan urusan air mata perempuan, selama
lima tahun, tetapi yang ini "rasa"nya kok beda. Tak tahu apa
alasannya Susan menangis, cengeng. Susan menahan isaknya, dia menarik
nafas dan melontarkan pujian, menurut ku, racun.

"Zung, kamu sangat pintar meluluhkan hati perempuan, kamu.... nakal,"
ucapnya sambil memberiku "hadiah" kemenangan, ciuman, hanya itu.
Nikmatnya memang beda, karena dia mencium tidak diiringi gelora nafsu
seperti yang sudah-sudah. Aku merasa lega. Kejadian malam itu,
menambah pengalaman sekaligus kehati-hatian ku, paling tidak hingga
nanti di meja hijau. Tetapi, aku belum mengerti makna air matanya.

*****
" Zung tolong tambahkan minuman ku.....sayang."
"Bagaimana aku mau mengambil, Susan masih "nempel" seperti ini,"
ujarku, senyumku ku paksakan. Susan, tak mau juga beranjak dari
pangkuanku, kepalanya juga masih terbenam diatas bahuku.
" Jan....Rojan........" suara Susan pelan, seperti kehabisan nafas
memanggil pembantu prianya.

Segera aku membekap mulut Susan dengan tanganku sebelum melanjutkan
panggilannya, " Susan..sudah larut malam, kok masih ngoceh...?"
" Aku mau es lagi sayang, " ujarnya sambil menggigit telapak tanganku
pelan.
" Susan, malam ini aku siap jadi "pembantu"mu." ujarku sembari
beranjak dari sofa.

" Nggak Zung....., you're my man." ujarnya, kedua tangannya menahan
tubuhku hingga aku rebah dipelukannya. Hmmm.."bab" pendahuluan telah
usai, kini masuk pada "bab" yang entah keberapa.

Pada babak ini, Susan pegang kendali, sementara. Tetapi tatapan
kedua matanya itu, membangkitkan gairahku. Pengalaman berpacaran
bertahun-tahun, aku dapat me"terjemahkan" tatapan matanya. Segera
ku"habisi" dia hingga menggeliat gelegapan. Aku akhiri "ronde olah
tubuh" ini dengan kemenangan mutlak. ( Bersambung)

Baca Selengkapnya......

Dosenku Pacarku (8)


Always And Forever
Always and forever/ Each moment with you
Is just like a dream to me/ That somehow came true, yeah
And I know tomorrow/Will still be the same
Cuz we got a life of love/That won't ever change and

[1] - Everyday love me your own special way
Melt all my heart away with a smile/Take time to tell me you really
care
And we'll share tomorrow together/Ooh baby, I'll always love you
forever

Ever, ever, ever/There'll always be sunshine
When I look at you/It's something I can't explain
Just the things that you do/If you get lonely
Call me and take/A second to give to me
That magic you make and......

http://www.youtube.com/watch?v=z7enLvzlUN4
=============== 7 =====================
Perempuan yang satu inipun menurutku aneh, "kesukaannya"dagu dan jari
jemariku sering dimainkan dengan jari tangannya, entah dimana pula
nikmatnya; sementara mantan pacarku, sukanya cium di pipi, kening
dan cubitan sisi lambungku.(Bersambung)
========================================

Susan terus menikmati minuman"chivas" pilihannya, kepalanya masih
terbaring dalam pangkuanku. Jari tangan kirinya meremas jari tanganku
lembut, sementara jari tangan kanannya "berdendang" dipipiku seirama
lagu mengalun, mulutnya bernyanyi lirih mengikuti lirik lagu dengan
sempurna.



Sesekali dia menarik leherku kearah wajahnya dan.....ke dua bibirnya
melekat rapat di kedua bibirku,huh....aku sesak. Kubiarkan kau
memegang"kendali" hingga "ruh"ku benar-benar akan menyala, pikirku.

"Zung kau suka lagunya nggak? "
"Aku suka musiknya, tapi tak mengerti semua liriknya."
Susan tertawa sambil memiringkan wajahnya kearah ku.

" Hahaha...Zung kampungan, kalau mau menjangkau dunia kamu harus
dapat bahasa inggeris dengan fasih."
Mendengar kata"kampungan" hatiku mendidih, panas. Sejenak Susan
terdiam, wajahnya berubah setelah menatap wajah ku.

" Ada apa Zung, kenapa merengut begitu, ayo...Zung kenapa.....?"
" Beberapa kali Susan menyebut ku kampungan..., aku tak suka. Memang
apa sih ukurannya sehingga"nilai" kampung selalu menjadi
ukuran "kebodohan".? ujarku kesal.

Susan kaget, dia segera beranjak dari pangkuanku sembari memperbaiki
dasternya yang acak-acakan. Dalam redupnya ruangan, Susan menatapku
sendu, dia mengangkat tubuhnya, duduk dalam pangkuanku. Dengan kedua
tangannya--gemetar- memegang wajahku, dingin.

"Zung....Zung....maafkan aku. Tak ada niat merendahkan mu,
maaf...Zung," ujarnya sambil meggoyang-goyang wajahku seraya
menambahkan, janji tidak akan mengulangi lagi......ok...Zung.?

Sedikit hatiku terobat mendengar niat tulusnya. Dalam hatiku; kena
kau, tunggu yang berikut akan ku schak lagi sampai minta ampun,
selanjutnya aku pegang kendali hingga akhirnya skripsiku kau
selesaikan sendiri.

" Zung....wake - up, I'm so...sorry....Zung....look at me," pintanya
memelas. Dia merangkulku erat, aku merasakah gemuruh detak jantungnya
berpacu kencang. Melihat aku masih bersikap dingin, dia meletakkan
kepalanya diatas bahu disisi kepalaku.Dia mengulang kembali "ulah"nya
seperti ketika di discotik minggu lalu, mengigit ujung telingaku
pelan dan berdesah..

Pengaruh minuman sirna terbawa rasa ketersinggungan hati, aku hanya
duduk menahan beban tubuhnya yang masih dalam pangkuanku. Aku biarkan
kepalanya disisi kepalaku beberapa saat. Susan, berbisik, " nggak
sangka kalau bang Tan Zung gampang tersinggung."

"Susan, boleh kamu bicara apa saja, tetapi jangan merendahkan. Aku
tak tahu, bagaimana sikap atau penilaian mu terhadap mereka yang
tertinggal dikampung; terhadap mereka yang kurang berpendidikan oleh
karena ketidak berdayaan keuangan mereka.... !"

Sebelum ku lanjutkan, Susan menutup bibirku dengan jarinya, " Zung,
aku senang mendengar "kuliah"mu, dan itu bagaian dari penilaian ku
tersendiri, nanti, ketika kamu berhadapan dengan ku di meja hijau.
Zung...aku ini dosen mu.!"

"Tetapi tidak malam ini Susan.!"

Susan terhenyak mendengar jawaban singkat ku, dia masih dalam
pangkuanku. Dia mendongkakkan wajahnya serius kewajahku. Sebelum rasa
kesal ku mengkristal dalam hati Susan, buru-buru kukecup keningnya.

Aku merasa kecut juga setelah dia mengingatkan ku: "aku ini dosen
mu". Kecupan ku tak berbalas, dingin. Rasa khawatir ku semakin
menjadi-jadi, ketika dia mau memindahkan tubuhnya dari pangkuanku,
hajab aku.

Terpaksa rayuan gaya "irama country" ku ganti dengan "dendang
melayu" sambil menahan tubuhnya tetap dalam pangkuanku. Dengan hati
berat dan terpaksa aku "korban"kan perasanku berujar, "honey...kenapa
wajah mu begitu muram.?"

Wajahnya ku goyang-goyang dengan kedua tangan ku, persis gayanya
ketika aku sedang kesal padanya.
Susan tetap diam, membisu. Hmmm.... selesailah aku malam ini,pikirku.
Aku coba jurus lain bagaimana mencairkan suasana. Aku benar-benar
ketakutan kalau nanti akan mempengaruhi perkuliahan ku yang akan
segera berakhir. ( Bersambung)

Baca Selengkapnya......

Dosenku Pacarku (7)



"Immortality"
So this is who I am,/ And this is all I know,
And I must choose to live,/ For all that I can give,
The spark that makes the power grow

And I will stand for my dream if I can,/Symbol of my faith in who I
am,
But you are my only,/And I must follow on the road that lies ahead,
And I won't let my heart control my head,/ But you are my only
And we don't say goodbye,/ And I know what I've got to be

Immortality
I make my journey through eternity
I keep the memory of you and me inside

Fulfill your destiny,/Is there within the child,
My storm will never end,/My fate is on the wind,
The king of hearts, the joker's wild,
We don't say goodbye,/ I'll make them all remember me
.....................
http://www.youtube.com/watch?v=fDQlp7hWimI&NR=1

============== 6 -==================
Aku jengah, merasa tak nyaman dengan sambutannya. Mataku melirik
sekitar, kalau suami melihat tingkah isterinya. Lagi-lagi
Susan "protes"ketika dia kupanggil ibu.( Bersambung)
===================================

" Bang, aku sudah katakan, panggil ibu hanya kalau dikampus, "
ujarnya gemas sambil mencubit daguku. Ahhhh....kok rasanya,pembukaan
sudah seperti itu, bagaimana dengan pertengahan dan "bab" penutupnya,
pikirku sejenak.


Latahku keluar pula, "jangan panggil aku abang, panggil saja namaku
tan zung...,." kataku pelan, sambil mataku masih tetap selidik dimana
suaminya.

Susan makin "galak"melihat reaksiku mulai "on", tangannya menggenggam
kelima jariku, dia menuntunku ke"family room", "duduk bang, aku
ambilkan minuman." ujarnya.

Dia meninggalkan ku duduk disofa berwarna hijau lumut, warnanya
serasi dengan gaun malam yang membalut tubuh Susan. Hatiku masih
tertanya-tanya, suaminya dimana? Susan memanggilku, " bang....eh..tan
zung, zung...kemari."

Aku melangkah mendekatinya sementara pikiranku masih tertanya-tanya,
kemana arah perjumpaan malam ini, memperbaiki skripsiku, atau
melanjutkan "bab" di diskotik malam minggu lalu.?

Susan membuka kulkas sementara tangan kirinya diletakkan keatas
bahuku, " tan zung suka yang mana ? bir atau yang itu ,?" tanyanya
sambil menunjuk botol ber label"xo", " black label" dan " chipas',
didalam lemari kaca yang melekat didinding bar mini.

Aku tertarik dengan nama jenis minuman pertama yang belum pernah
kurasakan. Aku ingin mereguknya bersama dengan ibu dosen "aneh"ini.

" Susan mau yang mana ," tanyaku nakal, aku mulai berani
padahal "racun " itu belum ku tenggak.
Susan meraih botol "chipas ", " ini sedikit lebih lembut," ujarnya.

Susan menyuruh pelayan wanita paruh baya membawakan cangkir dan es
batu. Ohhhoo...rupanya, kami mau habis-habisan malam ini, pikirku.
Susan menuntunku ke ruangan kecil disamping bar mininya untuk memilih
jenis lagu dari sejumlah piringan hitam.

Oalah..Susan...bagaimana "nasib" skripsiku ? Aku jadi ingat pesan
Magda, agar hati-hati dengan ibu dosen yang satu ini. Tetapi, kaki
sudah terlanjur melangkah, kini hanya mengikuti "irama" apa
maunya..., blues, rock `n roll, country atau tortor kek, aku siap
layani, "sapala" pikirku.

Kalau ada "gondang batak" , ujarku berguyon
" Tan Zung mau panggil roh? mau kerasukan, ? tanyanya ketawa.

Susan menuangkan minuman "chipas" ke cangkirku , aromanya membuatku
tak sabaran mau menenggak, tetapi menahan diri, gengsi didepan ibu
dosen. Susan bergegas, berlari kecil menuju meja kecil tempat
telephon berdering, dia mengangkat gagang telephon. Suaranya menjawab
mesra.

Dari isi percakapannya, ternyata suaminya sedang berada di luar
negeri, " Bagaimana pap, baik-baik saja,? bagaimana "weather"
disana?..oh...gitu...dingin sekali iya pap, hati-hati disana;
oh..iya aku disini dengan bang tan zung,....yang itu
pap...mahasiswaku yang kita ketemu di diskotik malam minggu lalu.
ya...iya...he's handsome like you papa....hahahah..have you a good
morning pap," ujarnya mengakhiri percakapan dengan suaminya.

Dalam hatiku, "handsome ?" ya..iyalah...dibanding suamimu usianya dua
kali lipat dari usiaku.
Susan kembali duduk, tubuhnya menempel ke tubuhku rapat.

" Suamiku kemarin malam berangkat ke London, ada tugas dari kantor;
dia akan disana selama tiga bulan."ujarnya tanpa kutanya.
Bah....malam ini aku akan "pesta" dengan Susan, isteri orang yang
kini sedang di luar negeri.?

Jujur, sejak tiba dirumahnya, meski sambutanya begitu hangat,
sentuhan tangan hingga pandangan matanya rada"mengundang" tetapi
aku tidak "nyetrum".

Beda dengan mantan pacarku dulu atau dengan Mawar " setruman"nya
menjalar keseluruh syaraf akhirnya berlabuh kejantung, tanpa ke ubun-
ubun.

Dengan Susan ? tanpa mampir ke jantung, by pass ke ubun-ubun itupun
kalau dijejalin dengan minuman beralkohol seperti malam minggu
lalu...hohoho.
Lalu bagaimana dengan malam ini...? "wait and see" gendrang apa yang
akan ditabuh olehnya, tetapi nasib skripsiku bagaimana..?
ya...ya...ya.

Diruangan yang tata lampunya telah di set-up redup, musik terus
mengalun, sesekali lirik lagu dinyanyikannya lirih. Dia perosotkan
tubuhnya diatas sofa sementara tangannya di letakkan dipangkuanku,
hmm...ini "undangan" kali kedua. Tetapi perasaanku biasa-biasa saja,
mungkin karena dia sudah punya suami atau karena dia adalah dosenku,
entahlah.

Dia palingkan wajahnya kearah ku, tubuhnya masih melorot diatas sofa,
aku bergeming, mungkin karena minumannya belum bereaksi sempurna. Bak
serangan fajar, tiba-tiba dia"menyergap"ku, kala pikiranku
melayang,mengingat janjiku hari rabu lusa "mengawal" Sari dan Ira
di diskotik.

Susan melorotkan wajahnya kepangkuanku setelah "menghabisi"ku; dia
menarik tanganku ke atas keningnya, " zung, tolong pijitin, aku
pusing ," ujarnya. Aku ikuti permintaannya, tetapi tak ada satupun
kalimat benuansa cinta meluncur dari mulutku, gersang.

Susan memutar tubuhnya meraih cangkir minumannya. Dia sodorkan
kemulutku, aku menolak, "minuman mu terlalu ringan,"ujarku. Segera
dia mengganti, meraih cangkir minumanku dan menyodorkan lagi
kemulutku.

Sebelum habis kuteguk, dia bangkit dari pangkuanku, mulutnya
dirapatkan kemulutku, ah..."ilmu" baru pikirku, sambil membiarkan
minuman dari dalam mulutku pindah kemulutnya, tuntas.

Badannya sedikit gemetar, kali kedua mulutnya mengecup dan menggigit
daguku gemas. "Zung, brewoknya biarin tumbuh seperti ini, jangan
dikelimisin,"ujarnya usai memagut daguku. Perempuan yang satu ini
seleranya berbeda, Magda dan Mawar maunya kelimis.

Sejak aku tiba tak sedikitpun disinggungnya mengenai skripsiku dan
bahan kuliahnya yang aku ketinggalan, kecuali "ilmu"baru, memindahkan
minuman " mouth to mouth".

Meski aku dan Magda sudah sering"olah tubuh" versi asmara, tapi belum
pernah tahu yang satu ini, maklum sama-sama "pemain" baru. Perempuan
yang satu inipun menurutku aneh, "kesukaannya"dagu dan jari jemariku
sering dimainkan dengan jari tangannya, entah dimana pula nikmatnya;
sementara mantan pacarku, sukanya cium di pipi, kening dan cubitan
sisi lambungku.

Los Angeles. August 21, 20008

Tan Zung

Baca Selengkapnya......

Dosenku Pacarku (6)



Dirty Dancing
Now I've had the time of my life/No I never felt like this before
Yes I swear it's the truth/and I owe it all to you

'Cause I've had the time of my life/and I owe it all to you

I've been waiting for so long/Now I've finally found someone
To stand by me

We saw the writing on the wall/As we felt this magical/Fantasy

Now with passion in our eyes/There's no way we could disguise it
Secretly
So we take each other's hand/'Cause we seem to understand/The urgency
just remember

You're the one thing/I can't get enough of
So I'll tell you something/This could be love because
(CHORUS)
I've had the time of my life/No I never felt this way before
Yes I swear it's the truth/And I owe it all to you...
.........................
http://www.youtube.com/watch?v=5VSuCtebBT0
================= 5===============
" Cinta tidak selalu berakhir dengan pernikahan, bukankah begitu
bu....?"
" Ok, show must go on," bagaimana skripsimu, sudah kau perbaiki.?"
" Berikan aku kesempatan seminggu lagi bu, aku janji akan selesai."
Sebelum pulang, Susan mengajakku kerestauran di sebuah hotel, menurut
ukuran mahasiswa cukup mewah. (Bersambung)
=====================================
Susan memesan makanan kesukaannya, beafsteak dan sea food; sementara
dalam daftar menu tak kutemukan pangsit atau sate makanan kesukaanku.
Akhirnya pilihanku jatuh pada menu salad "kembaran"nya gado-gado.



" Zung mulailah belajar mengubah selera, kok malam begini makan
salad,"ucapnya ngenyek.
" Biasanya menu malamku, makan orang bu,"balasku
" Dasar orang batak, berapa orang sudah abang makan,?"
" Bercanda...belum ada bu, aku baru nyicip," jawabku.
Susan menyisihkan salad pesananku ke samping, dia menaruh makanan
pesanannya ke dalam piringku. Susan memesan dua gelas anggur merah
import, " Zung jenis ini cocok untuk beafsteak dan seafood," jelasnya
semangat.

"Aku fanta merah saja bu," ujarku ngenyek.
Susan tak dapat menahan ketawanya," abang kampungan, masak makan
pakai minum fanta, nanti diketawain orang sekampung bang."
" Iya sudah, "manson" sajalah," ucapku lagi.

" Minuman tukang sorong itu/buruh angkut dipasar," ucapnya
Aku kesal, iseng, aku minta anggur putih. Ehhh...rupanya anggur putih
memang ada. Sungguh, aku kira anggur itu hanya berwarna merah, memang
aku kampungan.

" Nah, kan ketahuan, abang pura-pura. Tapi anggur putih nggak cocok
dengan makanan ini,"katanya pula
Daripada kalah malu, aku jawab, sok tahu pula , "Iya, aku tahu,
anggur putih cocoknya dengan salad atau gado-gado bu."

Susan menutupi wajahnya dengan serbet, bahunya tergucang menahan geli
mendengar jawabanku. Sialan, kalau bukan ibu dosenku sudah
ku"pokkal" mulutmu dalam hati ku.
Berlagak sudah terbiasa minum anggur putih, aku teguk dengan terpaksa
setelah makan salad yang sebenarnya juga aku nggak begitu suka.
Ampun, rasa anggur putih membuat perutku "berontak" aku hampir
muntah tapi kutahan, mending anggur "viat sing" buatan orang batak
itu pikirku.
****
Susan wajahnya menunjukkan rasa heran ketika menghantarkan aku pulang
ke rumah kost ku diujung kampung tidak jauh dari persawahan penduduk,
sangat sederhana.

" Zung, kenapa pindah dari medan baru ? sudah berapa lama tinggal
disini ,?" tanyanya sebelum meninggalkanku.
" Baru dua bulan, aku ingin jauh dari kebisingan, jauh dari kenangan
yang menyiksaku.!" jawabku

" Oh...begitu...kasihan, tapi itu akibat ulahmu sendiri. Zung, besok
kamu datang ke rumah, bawa bahan skripsimu," ujarnya sambil "meremas"
daguku.

Malam sepeninggalnya, aku berniat memperbaiki skripsiku, tapi otakku
tak dapat kosentrasi. Pikiranku terganggu mengingat kejadian beruntun
sejak malam minggu, ketika aku dan Susan berdansa dan berpelukan
erat; ketika dia meletakkan kepalanya diatas bahu disisi kepalaku.
Ciuman dan gigitannya di daguku masih terasa "membekas."

Aku tak habis pikir, gerangan apa yang terjadi antara dia dan
suaminya. Hampir seluruh waktunya bersamaku ketika di diskotik malam
minggu itu. Tak kalah herannya ketika begitu beraninya "memagut'
bibirku didepan suaminya, sebelum Ira dan Sari memapah membawaku
pulang. Diselah bayang wajah ibu dosenku dengan sejumlah pertanyaan,
wajah Magda dan Mawar datang silih berganti.
*****
Esok harinya, aku tiba dirumah Susan menjelang malam, aku sedikit
khawatir Susan akan marah karena aku janji akan kerumahnya sore
hari. Pembantu pria membuka pintu gerbang, Susan menyongsongku
dipintu rumahnya. Dia menyambutku dengan sesungging senyuman. Sebelum
ditanya aku lebih dulu beri alasan kenapa datang agak kemalaman, "
maaf bu, beca dan angpingkot (angkutan pinggiran kota) agak jarang."
" Kasihan, orang kampung,"ujarnya ketawa sambil memutar kedua bahuku
menghadapnya.

Aku jengah, merasa tak nyaman dengan sambutannya. Mataku melirik
sekitar, kalau suami melihat tingkah isterinya. Lagi-lagi
Susan "protes"ketika dia kupanggil ibu.( Bersambung)

Los Angeles. August 21, 20008

Tan Zung


Baca Selengkapnya......

Tak Mudah Menaklukkan Lidah Orang Indonesia


Oleh Linda T. Silitonga
Wartawan Bisnis Indonesia

Selera orang Indonesia punya ciri khas karena itu pebisnis nomor satu dunia sekalipun tidak akan mampu meraih sukses jika tidak bisa beradaptasi dengan lidah konsumen lokal.

Setidaknya ini dibuktikan lembaga riset pasar Frontier Consulting Group. Banyak produk kelas dunia tak semua sukses di pasar Indonesia, karena gagal menaklukkan lidah orang lokal.

Merek donat teratas dunia Krispy KrÅ me, misalnya. Donat yang berjaya di AS ini tidak kunjung mematahkan pesaingnya di pasar donat Indonesia, terutama J. Co, merek lokal yang diusung Johnny Andrean.


Krispy Kreme yang manis dan besar menjadi pertimbangan perempuan Indonesia yang peduli dengan berat badannya. Biasanya seorang wanita berat tubuhnya sudah 50 kg langsung berdiet, dan menjauhi makanan yang terlalu manis.

Di sini, Campbell Soup berusaha mengulang suksesnya di AS, tetapi juga tidak kunjung mendapatkan hasil signifikan. Pasalnya, Campbell Soup ingin menerapkan perilaku sarapan yang baru, yaitu melahap sup.

Berdasarkan pengamatan Frontier, kebiasaan sarapan orang Indonesia tidak berubah sejak 15 tahun terakhir, dengan empat menu favoritnya nasi goreng, roti, bubur, dan mi instan.

Nasib serupa dialami Kellogg Cereal. Demikian pula dengan Coca Cola yang terus berinovasi untuk mematahkan pesaingnya di pasar minuman ringan. Terakhir dengan Diet Coke. Akan tetapi produk dalam negeri Teh Botol Sosro tetap lebih berkibar.

Beda lagi dengan Pocari Sweat. Produsen minuman untuk menyegarkan tubuh ini pantang menyerah dan akhirnya sukses di pasar Indonesia. Adapun produk sejenis asal AS bermerek Gatorade berusaha kembali setelah sempat menghilang dari pasar.

Semua bukti yang membeberkan sukses di negeri orang belum tentu berhasil di Indonesia, menandakan selera orang Indonesia memang unik. Keunikan mesti dipelajari dan diadaptasi, termasuk oleh pebisnis makanan dan minuman papan atas.

"Faktanya 90% buku pemasaran berasal dari Amerika Serikat, tapi tidak semua teori itu cocok dengan konsumen di Indonesia, karena sikap masyarakat yang berbeda," kata Handi Irawan D., Chairman Frontier Consulting Group.

10 Karakter unik

Frontier yang lama berkecimpung dalam riset pasar di Indonesia mengemukakan 10 karakter unik konsumen Indonesia.

Pertama, memiliki memori jangka pendek, maunya mendapatkan produk yang paling menguntungkan dan bisa digapai saat ini. Misalnya, memilih makanan enak daripada yang menyehatkan, memilih obat yang cespleng daripada yang aman, dan lebih suka menegak minuman penambah tenaga daripada mengonsumsi vitamin.

Kedua, tidak memiliki perencanaan. Sekitar 74% konsumen membeli makanan ringan tanpa rencana. Iming-iming dari penjualan akan memengaruhi konsumen yang umumnya kurang menghargai waktu dan memiliki gaya hidup santai.

Ketiga, suka berkumpul. Untuk memutuskan membeli suatu produk, kebanyakan konsumen di Indonesia memilihnya berdasarkan informasi yang diterima dari keluarga, teman, atau rekan keja.

Keempat, umumnya gagap teknologi.

Kelima, mengutamakan konteks bukan isi.

Keenam, suka buatan luar negeri, yang dipicu oleh rendahnya nasionalisme dan kualitas produk lokal.

Ketujuh, beragama dan suka supranatural.

Kedelapan, suka pamer dan gengsi yang dipicu oleh budaya feodal dan percaya diri yang rendah.

Kesembilan, kekuatan sub-culture.

Kesepuluh, rendah kesadaran terhadap lingkungan.

Dari 10 karakter itu, yang akan menguat dalam 10 tahun mendatang adalah suka produk luar negeri, pamer, dan gengsi, suka berkumpul dan beragama, serta percaya hal-hal supranatural.

Jika dikaitkan dengan produk makanan dan minuman, barangkali pada masa mendatang akan makin banyak restoran yang bisa menjadi ajang berkumpul, bermerek asing terutama yang membidik pasar menengah ke atas karena ada unsur pamer dan gengsi.

Namun, tetap saja merek asing terkenal bukan jaminan sukses di pasar Indonesia, apalagi bila tidak memahami selera lidah Indonesia. (linda.silitonga@bisnis.co.id)

Baca Selengkapnya......

Dosenku Pacarku (5)


Meat Loaf - I'd Do Anything For Love

And I would do anything for love/I'd run right into hell and back
I would do anything for love/I'd never lie to you and that's a fact
But I'll never forget the way you feel right now,/Oh no, no way
And I would do anything for love, but I won't do that
No, I won't do that Anything for love
Oh, I would do anything for love

I would do anything for love, but I won't do that/ No, I won't do that

Some days it don't come easy/Some days it don't come hard
Some days it don't come at all, and these are the days that never end
Some nights you're breathing fire/Some nights you're carved in ice
Some nights you're like nothing I've ever seen before or will again
Maybe I'm crazy, but it's crazy and it's true
I know you can save me, no-one else can save me now but you
........................
http://www.youtube.com/watch

========================== 4 ===========================
" Siapa perempuan teman abang tadi malam. Tampaknya abang menikmati
irama musik dengan perempuan itu." Keduanya kaget ketika kuberitahu,
perempuan itu adalah dosen sekaligus pembimbing skripsiku. " oh...iya
tetapi wajahnya masih muda, tapi "style" nya seperti anak
remaja, "ujar Ira tertawa (Bersambung)
========================================================
Usai kami serapan pagi, aku tanyakan kenapa mereka bekerja malam
sebagai pramuria.
"Apakah pekerjaan itu rendah bang dan salahkah kami bekerja sebagai
pramuria,?" tanyanya Sari
Aku merasa terpojok dengan pertanyaanku, pada hal sesungguhnya tidak
ada sedikitpun dalam benakku merendahkan pekerjaan apalagi
menyalahkan mereka.


" Oh...bukan..., maksudku, kenapa tidak kerja lain yang lebih
ringan ? Bukankah kalian terlalu letih karena pagi harus kuliah.?"

Bagi keduanya, tak ada pilihan bekerja sebagai pramuria, setelah
beberapa kali gagal melamar sejumlah perusahaan.

"Setiap perusahaan yang kami lamar membutuhkan pendidikan minimal
sarjana muda. Sebenarnya, kami merasa berat dengan pekerjaan ini,
tetapi keterbatasan keuangan orangtua, tidak ada pilihan lain.
Memang, pada umumnya orang menilai kami perempuan penghibur dan
murahan. Abang boleh tanyakan teman-teman, apakah kami
pernah "melacurkan'diri hanya karena uang. Kami masih mempunyai
kehormatan dan harga diri sebagai perempuan. Pekerjaan ini akan kami
akhiri setelah tamat sarjana muda. Kami rencana mau mencari pekerjaan
di kantor atau untuk sementara mengajar, doakan bang," ujarnya.

Hhmmm...sungguh mulianya perempuan didepanku, semangat juangnya
melebihi dariku yang masih"menetek" dari orangtua. Aku sungguh kagum,
sama kagumnya dengan temanku satu kampung, Ramos, mencari nafkah dan
uang kuliah dengan pekerjaan menarik beca dayung.

Aku merasa bersalah dengan pikiranku selama ini, bahwa mereka adalah
perempuan penghibur. Aku juga tak mengetahuinya jika mereka beberapa
kali mengajakku pulang bersama hanya ingin perlindungan diri.

Menurut Sari dan Ira, setiap usai kerja mereka selalu
dikompas/dipalakin oleh preman diskotik, jika mereka menolak preman
tak segan-segan menampari mereka. Bahkan menurut Ira, preman-preman
itu beberapa kali berusaha mengajak berbuat mesum.

" Bang, inilah resiko pekerja malam seperti kami. Pikiran mereka
semua jorok, mereka menganggap semua perempuan dapat di beli dengan
uang dan ke "jagoan" nya."

"Apakah kalian tak pernah melaporkan kepada manager atau ke petugas
keamanan,?"
" Setali tiga uang bang.!" ujar mereka sinis.

" Preman itu segan sama abang, makanya kami sering ajak pulang sama.
Tidak ada niat jelek, abang saja yang sombong,cuek. Beberapa bulan
lalu sebelum bar dibuka, kami dan kawanan preman itu kebetulan nonton
televisi. Kami melihat abang sedang berlaga dan menerima piala
kejuaraan. Satu diantara preman itu mengaku, dia dulu murid abang."

" Ohhh...jadi sekarang aku menjadi "bodyguard" kalian, tanpa bayaran
pula, ?" ujarku bercanda.
" Bukan begitu bang, kami mau bayar. Mendingan kami bayar kepada
abang daripada ke preman-preman itu," ujar mereka serius sembari
menambahkan, bahwa mereka kerja hanya pada hari rabu dan akhir pekan.

Aku menyanggupi menjadi"bodyguard" mereka tanpa bayaran, dengan
catatan aku tak mau tidur di rumah mereka, keduanya setuju. Wajah
mereka memancarkan keceriaan sangat, keduanya merangkulku serta
menciumi pipiku hingga aku tergeletak di sofa sederhana mereka.

" Hoiiii ...sudah.... aku sesak," ucapku, entah siapun yang mau
kubalas ciumannya, keduanya sama-sama cantik, wangi
pula.
*****
Susan, ibu dosenku, tidak sedikitpun menunjukkan perubahan sikap
sebagai dosen ketika bertemu denganku dihalaman kampus. Aku
mencoba "usil", setelah kulihat tak ada orang sekitar. Aku sapa dia
dengan hanya menyebut namanya tanpa ibu. Susan membalasku dengan
senyuman, " kamu datang ke ruanganku nanti pukul empat,"ujarnya
sambil meninggalkanku.

Aku menemuinya sesuai dengan waktu yang ditentukan. Jantungku terasa
mau copot melihat Magdalena ada di ruangannya. Meski sebelumnya kami
sudah saling menyapa, namun pertemuan di ruangan ibu dosen membuatku
kaget setengah mati. Apa pula ulah ibu dosen ini, pikirku. Magda
menatapku dingin, aku melihat matanya sembab sepertinya baru
mengeluarkan air mata.

Tidak lama kemudian, Magda meninggalkan aku dan ibu dosenku, "permisi
bang,"ujarnya pelan sembari menolehku.

"Abang keterlaluan, perempuan sebaik dia kau hancurkan hidupnya hanya
karena cemburu. Dia telah membuktikan bahwa pria yang kau curigai
itu, Magda tolak mentah-mentah, dan lelaki itu telah kembali ke
kotanya. " ucapnya.

" Iya bu, aku juga sangat menyesal, tetapi semua telah terjadi,
seandainya dia mau memaafkan, aku bersedia kembali merajut kasih
dengan dia. Tetapi itu menurutku itu sesuatu yang mustahil."

"Iya, aku mengerti perasaanya, aku juga telah berusaha membujuknya
supaya kalian kembali seperti sediakala, tetapi dia belum mau
menjawabku "ya" atau "tidak". Zung, maafkan aku, jika mencampuri
hubunganmu dengan Magda. Hampir seluruh mahasiswa angkatanmu tahu
hubungan kalian serius, bahkan sebahagian dosen mengetahui kalau
kalian akan segera menikah."

" Cinta tidak selalu berakhir dengan pernikahan, bukankah begitu
bu....?"

" Ok, show must go on," bagaimana skripsimu, sudah kau perbaiki.?"
" Berikan aku kesempatan seminggu lagi bu, aku janji akan selesai."
Sebelum pulang, Susan mengajakku kerestauran di sebuah hotel,
menurut ukuran mahasiswa cukup mewah. (Bersambung)

Los Angeles. August 21, 20008

Tan Zung

Baca Selengkapnya......

Dosenku Pacarku (4)


Well, you can tell by the way I use my walk,
Im a womans man: no time to talk.
Music loud and women warm, Ive been kicked around
Since I was born.
And now its all right. its ok.
And you may look the other way.
We can try to understand
The new york times effect on man.

Whether youre a brother or whether youre a mother,
Youre stayin alive, stayin alive.
Feel the city breakin and everybody shakin,
And were stayin alive, stayin alive.
Ah, ha, ha, ha, stayin alive, stayin alive.
Ah, ha, ha, ha, stayin alive.
.....................
http://www.youtube.com/watch?v=CuebK6SzEfA

================= 3 ===============
Susan, ibu dosenku mendekatkan bibirnya ketanganku ketika memantik
zippo miliknya. Kepalanya kembali disandarkan ke atas dada suaminya,
tetapi matanya binar kearahku. Mataku tak mampu menatap ibu dosen
yang kesehariannya "galak" didalam kelas. (Bersambung)
===================================

Buru-buru dia menyerahkan sisa rokoknya kepada suami setelah
mendengar sebuah lagu "the bee gees" yang populer kala itu, "Staying
alive." Ibu dosen menarik tanganku setengah memaksa "turun"
mengikuti irama lagu yang dibawakan group band lokal discotik itu.



Sungguh, aku kikuk dan menyesal kenapa minuman tadi kubuang ketoilet.
" Zung, nggak usah malu-malu... aku melihatmu beberapa kali berdansa
ditempat ini," ujarnya pelan di kupingku.

Sial, aku ditantangin bagai membangunkan singa tidur. " Susan, aku
mau pesan minuman, kita sebentar counter/kemeja bar yuk?". Sekali
mandi, basah, pikirku; akupun tak peduli kalau suaminya ada
bersamanya.

Aku dan ibu dosen yang lagi "gatal' duduk di meja/ counter bar
menunggu usai lagu sambil menenggak minuman pesanan, sengaja minuman
kupesan murni, agar tembakannya segera "membakar".

Susan, meminta dinyanyikan ulang lagu kesayangannya. Perlahan, dia
menarik tanganku ke "floor" tangannya melingkar ke pinggangku.
Bedebah...., perempuan satu ini kerasukan pikirku, kenapa pula aku
menjadi sasaran yang kebetulan sedang"menganggur" dan "menderita"
batin.?

Minuman mulai "merasuk" ke syarafku sekaligus melenturkan tubuhku
mengikuti "tambur" yang Susan perdendangkan di kebekuan kalbu. Susan
mulai memantik gelora, malam itu aku menggeliat binal mengikuti sukma
irama liar ibu dosenku, gila.

" Bang, aku capek," desisnya ke telingaku
" Susan, sebentar lagi," jawabku, kakiku terus melangkah mengikuti
irama musik, kepalanya merebah disisi kepalaku.
" Zung, aku capek....." desisnya lagi.

Aku tak peduli.... hingga irama musik beralih ke irama lembut.
Gerakanku terus bergerak mengiringi irama ditengah puluhan pasangan
yang semakin hanyut menjelang tengah malam, hingga akhirnya ibu
dosenku itu rebah diatas dadaku. Kedua tangannya menggelantung
dileherku yang dibalur keringat.

Tubuhku hampir limbung menahan tubuhnya yang bertumpu di dadaku,
akhirnya aku menyerah, " Susan aku lelah...ayo kita duduk .." bisikku
ketelinganya. Kini giliran dia tak perduli, kepalanya tetap melekat
disisi kepalaku, kakinya lemah mengikuti irama, hingga pada pada
ujung irama. `Terimakasih Zung," ucapnya setelah ujung bibirnya
mengecup dan menggigit pelan daguku.
*****
Dengan perasaan terpaksa aku mengambil sebatang rokok yang Susan
tawarkan, meskipun aku sudah lama meninggalkan kebiasaan merokok
setelah Magda,dulu, rewel setiap aku merokok.

Susan memantik zipponya keujung rokok buatan luar negeri kesukaannya.
Hanya beberapa kali dia menyulut rokoknya ,kemudian menyulutkan
kemulutku. Kembali jari lentiknya mengambilnya dari bibirku, dia
selipkan diantara dua bibirnya; menghisapnya dalam, mulutnya
memainkan asap rokok membentuk bundaran putih kemudian raib.

Susan tertawa renyah ketika aku terbatuk-batuk akibat asap rokok yang
dihembuskannya kewajahku. Ditengah alkohol masih merasukiku, bayangan
Magda dan Mawar datang silih berganti, ingat ketika keduanya menyuapi
aku makanan; tapi malam ini ibu dosenku "menyuapi"ku nikotin
jahanam. Pengaruh minuman dan asap rokok semakin menyesakkan alur
pernafasan, semaput.

Aku hampir tak mendengar ketika Susan mengajakku pulang, " bang ayo
aku antar pulang ," ajaknya. Suaminya memopongku dari kursi, leher
seakan tak mampu lagi menahan kepalaku. Aku coba bertahan dengan mata
berkunang-kunang.

Susan melingkarkan tanganku keatas pundaknya sembari memapahku
berjalan kearah mobilnya. Aku melihat - samar-- dua sosok wanita
mendekati Susan dan suaminya.

" Biar kami yang ngantar pulang om," ujar kedua perempuan itu.
" Iya bang, kamu diantar pulang sama mereka.? tanya Susan
Antara sadar dan tidak, aku menundukkan kepalaku tanda setuju, pada
hal aku tak jelas siapa kedua perempuan itu.

Esok harinya menjelang siang, aku kaget setengah mati. Ketika aku
terbangun, ternyata semalaman aku tertidur diantara dua orang
perempuan. Akhhh...mereka perempuan pramuria diskotik tempatku
nongkrong.

Malam itu mereka berhasil "menculik"ku setelah beberapa kali gagal
mengajakku pulang bersama. Keduanya - Sari dan Ira ( bukan nama
sebenarnya) adalah mahasiswi semester enam disalah satu perguruan
tinggi swasta. Aku tidak mengerti apa maunya kedua perempuan
pramuria ini, kenapa mereka berulangkali mengajakku pulang sama dan
akhirnya tidur bersama pula.

Ketika aku bangun, pakaianku utuh sebagaimana kukenakan sebelumnya.
Juga pakaian mereka yang tak ada yang aut-autan bekas di" vermak."
Lalu muanya apa? Aku tak habis pikir. Sari dan Ira terjaga dari
tidurnya ketika aku bangkit dari pembaringan yang hanya dilapis
selimut tipis diatas ubin.

" Bagaimana aku ada sisini,?" tanyaku kepada Sari dan Ira
" Tadi malam, abang kami "culik" ketika abang mabuk berat." ujar Ira.
" Siapa perempuan teman abang tadi malam. Tampaknya abang menikmati
irama musik dengan perempuan itu."
Keduanya kaget ketika kuberitahu, perempuan itu adalah dosen
sekaligus pembimbing skripsiku. " oh...iya tetapi wajahnya masih
muda, tapi "style" nya seperti anak remaja, "ujar Ira tertawa
(Bersambung)

Los Angeles. August 21, 20008

Tan Zung

Baca Selengkapnya......

Dosenku Pacarku (3)


"Words" ( Bee Gees )
Smile an everlasting smile/A smile could bring you near to me
Don't ever let me find you gone/'Cause that would bring a tear to me
This world has lost it's glory/Let's start a brand new story
Now my love right now there'll be/No other time and I can show you

How my love/Talk in everlasting words
And dedicate them all to me/And I will give you all my life
I'm here if you should call to me/You think that I don't even mean
A single word I say

It's only words, and words are all
I have to take your heart away/You think that I don't even mean
A single word I say/It's only words, and words are all
I have to take your heart away/It's only words, and words are all
I have to take your heart away

http://www.youtube.com/watch

================= 2 ===========
Aku siap melayani "tantangan" Magdalena adu cepat menyelesaikan
skripsi kami yang tertunda gara-gara asmara meradang.
Aku berusaha mengurangi "jam terbang" kehidupan malam kecuali malam
minggu, sukar aku meninggalkannya. (Bersambung)
================================
Akhir pekan, bulan kedua setelah aku kembali ke kehidupan malam. Aku
bertemu ibu dosen pembimbingku bersama suaminya di diskotik tempat
tongkronganku "melepaskan" kepenatan jiwa.



Ibu dosen membuyarkan penikmatan lagu " biarlah sendiri" Edy
Silitonga dipojok ruangan. Aku merasa "surprise", bagaimana dia
mengenaliku dalam cahaya remang. Memang aku sengaja memilih duduk
dipojok. Aku tak sudi diganggu siapapun termasuk pramuria yang selalu
mengajakku pulang sama.

" Aku dari tadi melihatmu duduk sendirian, mana tunanganmu ?"
tanyanya sambil duduk dekatku, sementara suaminya ditinggal dikursi
sendirian.

Aku gelagapan, tak tahu mau jawab apa, aku tertangkap basah,
pikiranku langsung tertuju "hukuman" yang akan kuterima mengenai bab
yang disuruh rombak tak kunjung usai.

Aku semakin kaget ketika ibu dosenku memanggilku abang, " heh....bang
jawab, abang sendirian...?
"Ya...iya bu," ucapku bibirku gemetar.

"Mana dia tunanganmu Magda ? dulu abang minta waktu diundur untuk
menyelesaikan skripsimu karena mau nikah."

" Kami sudahan , nggak jodoh bu."
" Jangan panggil aku ibu, panggil saja namaku, dikampus boleh abang
panggil ibu, ok?"

" Ya, iya bu Susan, " jawabku sambil melirik kemeja suaminya.
" Aku sudah bilang jangan panggil ibu, Susan saja cukup."
Ibu dosenku memanggil pramuria menambah minumanku, " cukup, aku sudah
cukup bu...ehhh...Susan, aku hampir sempoyongan," ucapku.

" Tambah sedikit lagi saja bang; boleh aku tahu, kenapa abang sudahan
dengan tunangamu Magda," tanyanya seraya menambah minumanku.

" Tapi ini bukan bagian dari kelengkapan skripsiku kan?" candaku.
" Hmmm...abang ...lupakan dulu skripsimu, esok lusa masih ada waktu
membicarakannya."

" Beberapa kali aku dan suami kesini, aku perhatikan, abang sering
gonta-ganti pasangan, kali ini abang sendirian, kenapa."
" Aku ingin menyendiri, terlalu banyak beban pikiranku."

" Tunangan mu,?"
" Iya dan...skripsiku."
" Oh....iya? Senin lusa datang kekantor ku biar kita perbaiki,
sekarang abang releks," ujarnya sambil menyalakan rokoknya.

Suaminya bergabung dengan kami. Kami semakin larut mereguk
keniikmatan malam dengan senandung silih berganti. Ibu menarik
suaminya turun berdansa.

Sementara mereka asyik melenturkan tubuh megikuti nada dan irama,
aku ketoilet membuang minuman yang baru saja ditambahkan pramuria.
Mataku sudah mulai berkunang-kunang dan perut merasa mual. Ditoilet,
aku mengeluarkan dengan paksa alkohol dari perutku sebelum aku
terjungkal didepan ibu dosen dan suaminya.

Aku kembali ketempat dudukku, kepala sedikit agak lega. Dalam
kesendirian, aku hanyut mengikuti irama musik mendayu lembut
menghantar khayalku ke mantan pacar Magdalena meski sudah dua bulan
kami berpisah; khayalku sesekali ke Mawar, sebab sebelumnya, sudah
ada sedikit tautan dalam hati.

Susan dan suaminya kembali ketempat duduk, tampak Susan kelelahan,
dia menyandarkan dirinya keatas dada suaminya sembari memintaku
menyalakan rokoknya yang terselip diantara kedua bibirnya.

Ah....Susan, kau memancing gairahku yang lama membeku, ucapku dalam
hati. Kenapa pula mesti aku yang disuruh menyalakan rokoknya padahal
dia memegang "zippo"nya. Tanganku sedikit gemetar mengambil "zippo"
dari jepitan jari lentiknya.

Susan, ibu dosenku mendekatkan bibirnya ketanganku ketika memantik
zippo miliknya. Kepalanya kembali disandarkan ke atas dada suaminya,
tetapi matanya binar kearahku. Mataku tak mampu menatap ibu dosen
yang kesehariannya "galak" didalam kelas. (Bersambung)

Los Angeles. August 14, 200

Tan Zung

Baca Selengkapnya......

Dosenku Pacarku (2)


"When You're Gone"
http://www.youtube.com/watch?v=otMB3WVQNVg

I always needed time on my own/I never thought I'd need you there
when I cried/And the days feel like years when I'm alone
And the bed where you lie/Is made up on your side

When you walk away/I count the steps that you take
Do you see how much I need you right now?

** When you're gone/The pieces of my heart are missing you
When you're gone/The face I came to know is missing too
When you're gone/The words I need to hear to always get me through
the day/ And make it okay
I miss you
........
================= 1 ============
"Bang, kita bicara dirumah saja, ada apa kok marah-marah seperti
ini, malu dilihatin kawan-kawan," ujar Mawar, sementara Magda
menatapku tajam, hingga akhirnya sedikit cairan bening melabur bola
matanya, "Iya, bang kita bicara dirumah saja," ujarnya tersendat.
Magda berdiri dan menarik tanganku lembut, " ayo bang, kita bicara
dirumah." ( Bersambung)
=================================
Aku menolak ajakan Magda bicara dirumahnya, itu hanya menambah
penderitaan, pikirku."Terimakasih Magda, kita bicara disini sajalah,
aku nggak marah, hanya kesal lihat tingkah kalian berdua. Aku janji
tidak akan marah, duduklah Magda," bujukku.


Aku memulai "investigasi" kenapa Magda dan Mawar menjauhiku.
" Kalian terlalu kejam, tak punya hati, meninggalkanku sekarat
menanggung beban, itukah artinya sahabat. Tolong kalian uraikan apa
dosa-dosa ku.?" Magda dan Mawar saling beradu pandang, tampak
keduanya ingin menyampaikan sesuatu. Akhirnya, Mawar mengutarakan
kekecewaan hatinya.

" Bang, aku dan Magda tak tega menggangu ketenangan hubunganmu dengan
wanita itu."
" Wanita....?...Mawar, Magda...., jerat apalagi yang kalian lilitkan
keleherku. Itu hanya tuduhan yang sangat menjijikkan,fitnah." ujarku
kesal.

" Bang, pagi minggu lalu, aku mau mampir kerumah abang menghantar
catatan kuliah seminggu sebelumnya. Tetapi aku urung masuk setelah
melihat wanita itu keluar dari kamar abang, aku tak tega mengusik
ketenangan abang dengan wanita cantik itu." ujar Mawar sendu.

Aku kaget luar biasa atas tudingan Mawar, belum ada seorangpun wanita
yang pernah kutemani apalagi pacaran dalam kurun waktu dua bulan. Aku
hampir berteriak mendengar hujatan ini.

"Sungguh bang, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Ketika aku
mau masuk kamar abang, dia memandang tajam kearahku, aku ketakutan
dan aku pergi." ucap Mawar.

Akhhhhh...akhirnya aku tertawa....sadar kalau mereka tidak
kuberitahu, aku sudah pindah dari kamar yang kutempati hampir lima
tahun itu. Dua minggu sebelum Mawar bertemu dengan wanita itu, aku
telah pindah jauh kerumah "mewah" ( mepet sawah) ujung desa
kecamatan. Aku tak kuasa menempati ruangan di wilayah "menteng" (
mencirim tengah) sendirian tanpa Magda dan Mawar. Kamar itu menjadi
saksi sejuta kenangan yang terukir didalamnya.

Magda dan Mawar semakin sewot melihat aku tertawa, pikiran mereka,
aku tak bisa lagi mengelak karena tertangkap basah dengan seorang
wanita.

" Ada yang lucu bang,?" tanya Mawar, sementara Magda menatapku dengan
wajah marah, terlihat dari kelopak matanya terbuka lebar.
Aku mohon maaf kepada Magda dan Mawar, aku masih tertawa lepas, belum
bisa menghentikan rasa geli. Akhirnya semuanya terjawab, ternyata
kebencian mereka terhadapku karena salah pengertian.

" Oh...iya, aku minta maaf, tidak memberitahukan kepada kalian, kalau
aku telah pindah dua minggu lalu."
" Jadi.......wanita itu..." Mawar tak meneruskan kalimatnya. Mawar
Magda menunduk malu, akhirnya merekapun tertawa bersamaan.

Keduanya mencubit pinggangku kiri kanan, tetapi cubitan Magda paling
terasa dibanding Mawar. Kini suasana menjadi cair, aku tidak lagi
uring-uringan seperti orang pesong. Melihat suasana sudah cair, ibu
pemilik kantinpun ikut "merayakan" pulihnya susana itu dengan suguhan
minuman fanta merah buatku dan teh manis dingin untuk Magda dan
Mawar.
****
"Ayo bang kita berlomba siapa duluan selesai skripsinya," ujar
Magdalena ketika suasana kembali pulih.
"Aku pusing nih, dosen pembimbingku banyak maunya. Tadinya sudah
rampung tinggal perbaikan, tetapi kemarin malam dia minta supaya
mengganti bab akhir."

Kali kedua Magdalena mengingatkanku, " hati-hati bang, jangan sampai
terjebak. Ibu itu semakin genit sepulang dari Amerika menyelesaikan
masternya."

Tak pedulilah aku, kalau itu maunya, aku siap daripada skripsiku
digantung terus."
" Halah...maunya abang itu," tukas Mawar
" Sekalianlah, sekali mendayung dua pulau terseberangi, tak ada rotan
plastikpun jadi," ucapku

Magda menatap tajam kearahku tapi tak berucap kecuali Mawar, "dosa
lho bang," ujarnya.
" Dosa......? dosa kalian paling banyak, kalian tega membiarkanku
sendirian. Lagian, kan enak pacaran dengan ibu-ibu, dosen lagi."
ucapku sengaja angekin mereka.

Tiba-tiba Magdalena berdiri," Mawar, ayo pulang sebelum penyakit
abang kumat."
"Siapa duluan meninggalkanku, dosanya paling besar."
`Siapa pegajul dan pemabuk, jatuh cinta dengan isteri oarang dosanya
maha berat," ujar Magda seraya menarik tangan Mawar, pulang.
Aku benar-benar ditinggal sendirian, nasib.

Aku siap melayani "tantangan" Magdalena adu cepat menyelesaikan
skripsi kami yang tertunda gara-gara asmara meradang.

Aku berusaha mengurangi "jam terbang" kehidupan malam kecuali malam
minggu, sukar aku meninggalkannya. (Bersambung)

Los Angeles. August 14, 2008

Tan Zung

Baca Selengkapnya......

Dosenku Pacarku (1)

Cerita ini ditulis oleh seorang rekan (kisahku1@yahoo.com)di dunia milis HKBP.

Boasa dung Saonari ( Dewi Marpaung)

Ditonga ni borngin i, hundul ma sasada ahu
( Ditengah malam, aku duduk sendirian)
Hu ida bulan i tung mansai uli..ho. hooo
(Aku melihat rembulan indah nian ..hoo)

Tung tompu mai muse naso panagaman ki
( Begitu tiba-tiba tanpa kuduga)
Huida rupami dibulan i da hasian
( Aku melihat wajahmu di rembulan oh..kasihku)
Hape najolo tung denggan didok ho tu ahu
( Padahal dulu engkau berkata jujur padaku)
Holong ni rohami, alai ndang hujakhon i
( Akan cinta kasihmu, namun aku tak berterima)


reff:
Boasa ma dung saonari ito dung sirang ma au sian ho
(Mengapa kini, setelah aku berpisah denganmu)
Tubu holong di rohangki tu ho ito haholongan
(tumbuh rasa cintaku pada mu kekasih ku)
Aut boi ma nian ulahan ta i muse
(andaikan kita dapat mengulang kembali)
Masihol au ito, malungun ahu tu ho
(Aku rindu pada mu, sangat merindukan mu)

uuuuuu.......
Tung tompu mai muse naso panagaman ki
( Begitu tiba-tiba tanpa kuduga)
Huida rupami dibulan i da hasian
(Aku melihat wajahmu di rembulan oh..kasihku)
Hape najolo tung denggan didok ho tu ahu
( Pada hal dulu engkau berkata jujur padaku)
Holong ni rohami, alai ndang hujakhon i ho..wooo
(akan cinta kasihmu, namun aku tak berterima)

http://www.youtube.com/watch?v=3WVj3GHkOQI&NR=1

Orang yang diabaikan adalah luka yang paling menyakitkan dalam hidup,
melebihi dari kematian.Dua bulan lamanya, aku"tersingkir" dari
sahabat dekatku.

Sinta, Mawar dan tentu saja Magdalena tak lagi menjadi sahabat ber
sendagurau, bertukar pikiran bahkan berkecan manakala bara cinta
bergelora. Semuanya telah padam dan beku dalam debu kematian.

Tidak ada yang perlu disesali kecuali menjalaninya mengikuti alur
sungai hingga kesamudera luas.
Magdalena perasaannya semakin pulih setelah ditinggal orangtuanya
menyusul "perceraian" kami. Tegur sapanya sering meluluhkan hatiku.
Sering merasa bersalah dengan sikapku masa lalu.

Aku menyadari telah menorehkan luka dalam sanubarinya. Penyesalan
selalu datang terlambat. Aku hanya menyesal, keputusanku mendahului
pertimbangan matang. Magdalena membuktikan kesungguhannya
mencintaiku, dulu.

Albert awal malapetaka itu "menggelepar" ketika Magda bersikukuh
mengatakan "no way" hingga akhir hidup ayahnya, yang juga punya modal
merusak hubunganku dengan Magda. Alberth pergi tanpa setitik nokta
kenangan dengan Magda, kecuali bongkahan kosong.

Kini, cintaku membubung tingi melebihi cinta sebelumnya kepada
Magdalena. Aku merindukannya kala aku sendirian menekuni sisa
perkuliahanku.

Ada hasrat ingin menyatukan hati yang remuk; namun itu sesuatu yang
mustahil, sama mustahilnya menyambung rambut yang telah dipotong
pertanda kehancuran hatinya.

Untuk melepaskan kerinduanku, hari demi hari dalam buku kecil
kutorehkan penggalan kalimat yang masih dapat kuingat kata-kata
romantis yang keluar dari mulut Magda; juga kata-kata penyesalan;

I'm sorry for blaming you for
everything I just couldn't do
And I've hurt myself by hurting you
Some days I feel broke inside but I won't admit
Sometimes I just want to hide `cause it's you I miss
You know it's so hard to say
goodbye when it comes to this

****
Entah mengapa, Mawar menjaga jarak denganku sejak hubunganku berakhir
dengan sahabatnya Magdalena; tidak sekalipun Mawar berkunjung kerumah
seperti sediakala; juga tak pernah menanyakan perihal skripsiku yang
terbengkalai apalagi tentang kesehatanku.

Memang, Mawar masih tetap menyapaku jika bersua dikampus atau dalam
pelbagai kesempatan, namun kehangatannya sangat berbeda dengan masa -
masa ketika aku bersahabat dengan Magda.

Sepanjang ingatanku, aku belum pernah sekalipun menyakiti hatinya,
bahkan Mawar sering memujiku bila aku menyelipkan humor ketika setiap
percakapan kami mengalami kebuntuan. " Bang, berbahagialah perempuan
yang menjadi isterimu, ada saja humor abang mencairkan suasana,"
ucapnya suatu ketika.

Masa-masa perawatanku sejak dirumah sakit dan dirumah perawatan dukun
patah tulang hingga perwatan dikamarku, menurutku, sedikit telah
terajut kasih. Kuncup bunga mulai mengembang, kelopak mulai merekah
meskipun belum sempurna.

Namun, bagiku kini hanya sebuah misteri yang sukar kutelusuri, atau
barangkali saja aku hanya berhalusinasi atau inikah yang diisyaratkan
Sinta saat dia memaki dan mengutukiku, karma,?. Ketika itu amarah
Sinta meluap saat aku mengakhiri hubunganku dengan Magda.

Melalui teman dekat Mawar aku berusaha mencari tahu, kenapa sikapnya
begitu dingin akhir - akhir ini. Mawar tetap saja bungkam, gayung tak
bersambut.

Kepalaku pusing, terpaksa aku main "kasar". Usai kuliah - masih dalam
ruangan-kuletakkan secarik kertas di kursi Mawar dengan tulisan
besar " Aku mau bicara denganmu di kantin sekarang juga, atau, aku
berteriak-teriak dikampus ini." Kalimat yang sama kutuliskan dan
kuletakkan di kursi Magdalena.

Mereka saling berpandangan, Magda berceloteh," ihhh..abang....
pesongnya kambuh..."
"Iya, aku gila....gara-gara kalian berdua" ucapku ketus ketelinga
Magda seraya meninggalkan mereka menuju kantin.

Tidak lama aku menunggu, Magda dan Mawar menyusul, mereka duduk
menghadapku, wajahku murung. Tapi sikap "kasar" ku tak bertahan lama
setelah melihat kedua wajah Magda dan Mawar ketakutan. Bukan hanya
mereka berdua ketakutan, pemilik kantin pun bibirnya bergetar ketika
menanyakan apa pesanan ku. Dia beringsut pergi, setelah mendengar
jawabanku setengah berteriak, "nggak, aku nggak punya pesanan."

"Bang, kita bicara dirumah saja, ada apa kok marah-marah seperti
ini, malu dilihatin kawan-kawan," ujar Mawar, sementara Magda
menatapku tajam, hingga akhirnya sedikit cairan bening melabur bola
matanya, "Iya, bang kita bicara dirumah saja," ujarnya tersendat.
Magda berdiri dan menarik tanganku lembut, " ayo bang, kita bicara
dirumah." ( Bersambung)

Baca Selengkapnya......

Mutiara CINTA


Love doesn't have to have a happy ending, because love doesn't have to end at all.

( Cinta tak harus berakhir dengan indah, karena cinta itu tidak memiliki akhir sama sekali)

The true love hears what is not spoken and understands what is not explained, because love doesn't work in the mind nor in the mouth but in the heart.

( Cinta sejati mendengar apa yang tidak dikatakan dan mengerti apa yang tidak
dijelaskan, karena cinta bukan di pikiran juga bukan di mulut, namun dihati. )


Kata-kata ini buat suami/istri/pacar yang merasa pasangannya banyak kekurangan dan mulai menyesali "kenapa gue nikahi/pacarin nih cew/cow...?!"

We come to love not by finding a perfect person, but by learning to see an imperfect person perfectly."

( Kita mendatangi cinta bukan untuk mencari orang yang sempurna, tetapi dengan belajar melihat ketidaksempurnaan seseorang dengan sempurna )

You don't love your wife because she is beautiful, but she is beautiful because you love her with all your heart

( Kamu tidak mencintai istrimu karena dia cantik, namun dia cantik karena kamu
mencintainya dengan sepenuh hatimu)

All married couples should learn the art of battle as they should learn the art of making love

( Setiap pasangan yang telah menikah seharusnya mempelajari seni bertengkar sama seperti mereka seharusnya mempelajari seni bercinta )

Maksudnya,

Nilai suatu pernikahan adalah..."Tak ternilaikan" maka rawatlah dgn baik2 investasi
anda....dengan sabar, sukur, sayang, kasih, kasih dan kasih...mengalah, memaafkan, dan
MELIHAT, MEMUJI kelebihan/kebaikan pasangan anda...

Baca Selengkapnya......

Diskon Abonemen 3 Bulan tuk Berlangganan Speedy


Ayo...buruan pasang Speedy...
Ada diskon abonemen selama 3 bulan bagi pelanggan Speedy di Sumatra, dan Modem juga dikasih cuma-cuma.
Program ini berlaku hanya dari tanggal 22 Agustus s.d. 31 Agustus 2008.
Ayo daftar sekarang...ntar lewat, nyesal lho...

Syarat berlangganan:
1. Minimal berlangganan 6 (enam) bulan.
2. Tidak berlaku untuk calon pelanggan ex-cabut termasuk yang sengaja cabut dan kemudian mendaftar kembali untuk mendapatkan paket layanan free abonemen 3 bulan.
3. Biaya pasang baru, cuma Rp13.000 (belum termasuk PPN).
4. Biaya Instalasi Rp50.000 (dibayarkan apda petugas yang nginstal)

Baca Selengkapnya......