"Faithfully"
Mau dengar lagunya, klik disini...
Highway run/Into the midnight sun/Wheels go `round and `round/You're
on my mind/Restless hearts/Sleep alone tonight/Sendin' all my
love/Along the wire
They say that the road/Ain't no place to start a family/Right down
the line/It's been you and me
Lovin' a music man/Ain't all it's supposed to be/Oh girl, you stand
by me/I'm forever yours/Faithfully
Circus life/Under the big top world/We all need the clowns/To make us
smile/Through space and time/Always another show/Wondering where I
am/Lost without you
And being apart ain't easy/On this love affair/ Two strangers
learn/To fall in love again/I get the joy
Of rediscovering you/Oh girl, you stand by me/ I'm forever yours/
Faithfully
=============== 63 =============
Bang, aku masih mencintai mu sebagai teman. Abang tak usah mengaharap
(lagi)lebih dari situ."
"Magda, tangisan dan air matamu menyiksa ku akibat kecerobohan ku
dulu.!"
" Zung, bujuk rayumu tak mampu lagi meruntuhkan dan mencairkan
kebekuan hati ku." ( Bersambung)
================================
" Baiklah Magda, jika cinta kita tidak dapat menyatu seperti dulu,
tetapi keputusan mu tidak mau menikah dengan lelaki manapun adalah
keputusan yang keliru. Seperti aku katakan tadi, keputusan mu itu
akan menyiksa ku seumur hidup."
" Zung, aku tak percaya kalau hal itu bisa terjadi dengan dirimu.
Bukankah dalam waktu relatif singkat, abang telah bersenandung merdu
dengan kekasih baru mu ditengah badai yang menggulung ku.!?"
" Itu hanya senandung fatamorgana mengiring kebuntuan jiwa akibat
kecerobohan putusan ku terhadap dirimu.!" ucap ku
" Berbahagialah abang yang masih mampu besenandung, menghiraukan
korban kecerobohan mu yang masih terkulai dengan airmata darah.!"
Tiba-tiba suara Magda menghentak ditengah hati memelas mendengar
jeritan hatinya. " Zung sudahlah...ah..kok kita malah larut masa-
masa lalu yang menyakitkan. Hehhh..Zung bangun.!" ujarnya mengelus
wajahku.
****
" Zung, jangan terlalu lama dikampung. Kalau abang mau, nanti aku dan
Mawar bersama abang mengulang sedikit mata kuliah serta pendalaman
skripsi kita, terserah, disini atau dirumah Mawar." ujarnya.
Aku belum "siuman" mendengar jeritan hatinya yang tertumpah ruah
menggenangi sukmaku. Kembali dia mengehentak ku, " Zung....bangun
hari sudah siang..!" guraunya.
" Belum, hari masih gelap gulita." ucap ku tak bergairah.
" Abang sedang bermimpi" balasnya seraya mengulang pertanyaannya,
berapa lama aku akan dikampung.
"Belum jelas, mungkin selamanya, kalau aku "nyangkut" dengan bidadari
disana." jawab ku seadanya.
" Bang, jangan ada lagi bidadari "korban" mu di kampung," ujarnya
tertawa.
" Memang aku "pemangsa" perempuan? Perempuan yang selalu memburu ku."
ujarku membalas sentilannya.
Magda menyambut ucapanku dengan tawa, tak membalas dengan sepenggal
kata, takut berkepanjangan dan "membelit" dirinya.
"Siapa yang mengantarkan abang ke terminal?" tanyanya.
" Belum tahu pasti, Ibu Susan mau mengantar tetapi aku sungkan."
jawab ku.
" Lho, kok sama calon isteri merasa sungkan.?"
" Susan tahunya, aku pulang hari ini. Boleh Magda ngantar aku ke
terminal?"
" Abang nggak takut ketahuan dengan kakak itu?"
" Siapa maksud mu?"
" Kalau abang jadi nikah dengan Susan, kan aku panggil kakak. Bagus
mana, panggil kakak atau eda.?"
" Nggak lagilah, tadi sudah ku katakan , aku telah berubah pikiran."
" Oalah ...bang, tambah lagi korban siksaan mu." ucapnya.
Sebelum mengakhir pembicaraan kami pagi itu, aku minta tolong kepada
Magda pergi kerumah Ira, yang seharusnya aku Sabtu ini menemani dia
pulang dari discotik. Magda heran mendengar nama Ira.
"Siapa Ira bang ? Ngapain aku kesana? Zung mau menunjukkan "koleksi"
abang sama aku iya.?"
" Bukan. Ira hanya teman biasa, dia pramuria di discotik dekan
lapangan Merdeka itu."
" Bah, hebat kali abang ini, membakar asmara dengan seorang dosen
dan pramuria, sekaligus."
" Magda, aku hanya mau membantunya dari kebrutalan preman sekitar
itu. Aku kasihan dengan dia, kerja keras tapi preman memerasnya
setiap dia pulang. Ira seorang mahasiswi semester enam, jurusannya
sama dengan kita, akuntansi."
" Hebat ! Abang jadi pahlawan iya. Lalu, aku ngapain kesana?"
" Hanya memberitahu, kalau aku Sabtu nanti nggak bisa menemaninya
pulang. Sekaligus minta buku yang dia pinjam."
" Iya tuan paduka, aku akan melaksanakan perintahnya," ujarnya
tertawa sambil menundukkan kepalanya.
" Antar aku dulu pulang atau atau menunggu mu disini?"
" Nantilah bang, kita makan sore dulu. Sejak beberapa bulan lalu aku
belajar memasak dari mami. Abang rasakah dulu masakan ku siang ini,
tetapi abang bantuin aku." ujarnya. (Bersambung)
Los Angeles. October 23, 2008
Taz Zung
Dosenku Pacarku (64)
Label:
Kisah Sahabat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar