"Right here waiting for you"
Mau dengar lagunya, klik disini...
Oceans apart day after day/And I slowly go insane/I hear your voice
on the line/But it doesnt stop the pain
If I see you next to never/How can we say forever
*) Wherever you go/Whatever you do/I will be right here waiting for
you/ Whatever it takes/Or how my heart breaks/I will be right here
waiting for you
I took for granted, all the times/That I thought would last somehow/
I hear the laughter, I taste the tears/ But I cant get near you
now/Oh,
cant you see it baby/Youve got me going crazy
back to *)
I wonder how we can survive/This romance/But in the end if Im with
you/Ill take the chance
Oh, cant you see it baby/Youve got me going crazy
Repeat *)
================ 82 =============
" Tadi Magda bilang mau jemput mami. Mami dimana?"
" Di rumah.! Tadi aku bilang menjemput mami, supaya kita bisa pulang,
dan merekapun nggak tersingung. Itu sopan santun berteman," ujarnya
ngenyek menirukan ucapakan ku sebelumnya."( Bersambung)
================================
Upacara wisuda berlangsung meriah. Kedua orang tuaku hadir bersama
dengan orang tua calon wisudawan lainnya. Susan menemui ku sebelum
ujian berlangsung, dia berbisik mananyakan kedua orangtua ku. Aku
menunjuk kearah keluarga berkumpul.
Susan mengajak ku menemui ayah dan ibuku. Aku perkenalkan Susan
kepada semua keluarga yang hadir pada saat itu. Ayah dan ibu tak
menunjukkan perubahan wajah ketika aku perkenalkan Susan, dengan
santun ayah dan ibuku menyambut tangan Susan.
Selesai di wisuda, aku melihat Maya ikut duduk dalam jajaran keluarga
ku dan keluarga Magda. Aku serba salah, ingin menemuinya, tetapi
aku nggak tahu apa yang akan ku lakukan. Selama tiga minggu tak
pernah ketemu tak ada komunikasi. Aku, Magda dan Mawar bicara di
ujung ruangan, sementara keluarga sudah menunggu kami.
" Bang, Maya ada disana. Pergi temuin dia bang." ujarnya sambil
menunjuk kearah kumpulan keluarga ku dan keluarga Magda.
Aku diam tak menjawab, sementara hatiku gelisah bercampur kesal.
Aku tak melihat om John "sibagur tano" itu dalam jajaran para dosen.
Aku ingin mengipas ijazah ku kewajahnya dan berujar, "sekarang kita
sudah sama, punya gelar akademi yang sama. " Sementara dendam hatiku
membara, Magda menyentakkan ku lagi, " Bang , Maya ada disana. Abang
temuin dia. Itu sopan santun berteman bang," ujar nya menirukan
kalimat ku di diskotik.
" Ayolah, temani aku." ujar ku
Magda menghajar ku habis, " Bang, sama perempuan bersuami kmau
berani, kok sama Maya abang takut.?"
" Ups... Magda ingat janji kita, tidak akan mengungkit masa lalu."
" Iyalah, aku lupa. Ayo kita jalan sama," ujarnya sambil menggandeng
lengan ku. Dia juga mengajak Mawar jalan bersama.
Sejumlah rekan wisudawan merasa "surprise" ketika mereka melihat ku
dan Magda jalan bersama dan akrab. Diantara mereka menyalami aku dan
Magda, " selamat rukun kembali, " ujar mereka. Aku dan Magda juga
Mawar hanya tersenyum menerima ucapan selamat itu.
Sebelum sampai ke tempat keluarga dan Maya berkumpul, Magda
mengingatkan ku, " Bang, berlaku santun lah. Jangan lagi ulangi
kesalahan yang sama. Yang nggak setuju berteman dengan Maya adalah om
dia, bukan Maya sendiri. Maya membuktikan kasih sayangnya kepada
abang, dia datang menghadiri wisudamu."
Semua keluarga menyalami ku dan Magda. Magda memeluk Maya dan
mengucapkan terimakasih atas kehadiran Maya. Pariban ku si centil,
Sinta, juga ada diantara mereka. Magda memeluk ibuku, lama.
" Mama tua sehat?" tanyanya. Dia juga menyalam ayah ku. Maya
memperhatikan Magda dengan serius ketika dia mememluk dan menyalam
ayah ku, entah apa dalam benaknya.
Magda menarik tangan Maya menjauh dari kumpulan keluarga, mereka
berbicara, tak tahu apa yang mereka bicarakan, sementara ujung jari
di sisi pahanya memberi "sign" memanggil ku. Magda meninggalkan aku
dan Maya setelah beberapa saat ngobrol bersama.
Maya minta maaf, tak bisa bertemu dengan ku selama tingga minggu ini.
Maya tak mau menyebut kenapa dia tak pernah mau bertemu dengan ku.
" Kamu punya pacar baru?"tanyaku
" Nggak.!" jawabnya singkat.
" Kapan kita bisa ketemu? Aku mau berangkat ke Jakarta akhir bulan
ini."
" Nanti aku telephon abang," jawab Maya.
Aku dan Maya kembali kekumpulan keluarga. Magda menggodaku setelah
Maya berlalu, " sudah "plong" bang?"
" Nggak jelas," jawab ku.
Sebelum bubaran, Magda dan maminya "memaksa" ayah dan ibu makan
malam dirumahnya, pada hal tante, adik kandung ibu, telah menyiapkan
malam malam. Akhirnya tante mengalah, kami makan siang dirumah
mereka.
*****
Seminggu sebelum berangkat ke Jakarta, Susan mampir ke rumah sebelum
pulang kerumahnya. Sementara aku baru tiba dari danau Toba, Parapat,
bersama Magda dan Mawar. Susan mengajak ku makan malam di rumahnya
bersama Hendra suaminya.
Meskipun tak ada lagi yang aku khawatirkan tetapi aku menolaknya;
selain tempatnya agak jauh juga tak ingin lagi menambah lembaran
kisah dengannya, "enough is enough".
Ibu kost ku meninggalkan aku dan Susan diruang tamu setelah melihat
pembicaraan kami semakin serius. Susan menanyakan lagi tanggal
keberangatan ku ke Jakarta dan berapa lama aku disana.
" Aku berangkat akhir bulan ini," ujar ku. " Kalau sampai sebulan
nggak dapat kerja, aku segera kembali," imbuh ku. Susan terus
berusaha mempengaruhi ku, agar membatalkan niat ku ke Jakarta.
( Bersambung)
Los Angeles. November 12, 2008
Tan Zung
Dosenku Pacarku (83)
Label:
Kisah Sahabat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar