"From This Moment On"
Mau dengar lagunya, klik disini...
From this moment life has begun/From this moment you are the one
Right beside you is where I belong/From this moment on
From this moment I have been blessed/I live only for your happiness
And for your love Id give my last breath/From this moment on
I give my hand to you with all my heart/Cant wait to live my life
with you, cant wait to start
You and I will never be apart/My dreams came true because of you
From this moment as long as I live/I will love you, I promise you this
There is nothing I wouldnt give/From this moment on
Youre the reason I believe in love/And youre the answer to my prayers
from up above
All we need is just the two of us/My dreams came true because of you
From this moment as long as I live/I will love you, I promise you this
From this moment/I will love you as long as I live/From this moment on
======================== 74 ================
Magda malah mengenyek ku, " kasihan... telephon aku kalau abang
rindu," ujarnya sambil memegang tangan ku.
" Aku tak butuh suara mu, aku ingin lihat wajah mu," ujar ku ketawa.
" Boleh bang, bawa saja foto copynya," balasnya bergurau.(Bersambung)
==========================================
" Maaf bang, bagaimana urusan mu dengan ibu Susan? Abang serius tidak
mau berhubungan lagi dengan dia?"
" Iya. ayah dan ibuku sangat marah gara-gara hubungan ku dengan
Susan."
" Bagaimana mama tua tahu kamu pacaran dengan Susan?" tanya Magda.
" Ada teman sekampung tinggal dengan omnya di kampus, memberi tahukan
kepada Sinta. Sinta menceritakan kepada ibu."
" Oh..Maya yang rambutnya panjang?" sahutnya.
" Bagaimana kamu kenal dengan dia?" tanya ku penasaran
" Aku dan Sinta beberapa kali ke rumahnya sebelum pernikahan. Dia
pendamping Sinta bukan,?" tanyanya meyakinkan.
" Iya dialah orangnya," jawab ku
Ah..Medan kecil sekali. Kaki ku terpelintir di Sungai, ibu Ginting
ketemu Magda di pasar dan tak sadar membocorkan kepergian ku dengan
Susan. Bicara tentang Maya, secara kebetulan Magda mengenalnya lewat
Sinta.
Magda menanyakan ulang keputusan ku tentang hubungan Susan. Aku
jelaskan aku akan kesana setelah wisuda. " Mau Magda menemani ku
kesana?"
" Maksud abang aku ikut mutusin pacar mu? Nggak lah.! Kalau cuma
sekedar jalan, aku dan Mawar mau." jawabnya, disambut ketawa Mawar.
****
Waktu yang ditunggu tiba untuk mempertanggungjawabkan skripsi
dihadapan dewan penguji. Dari sejumlah mahasiswa dengan jurusan yang
sama, kelihatan yang paling siap adalah Magda. Tak sedikipun beban
tampak di wajahnya, selalu ceria jalan kian kemari menyapa teman-
teman mahasiswa lainnya, sementara aku dan Mawar duduk dipojok
ruangan seperti orang kedinginan.
Sebelum memasuki ruangan sidang, Susan menemui ku, "Kapan kamu
kembali dari kampung," tanyanya.
" Aku cuma seminggu dikampung, karena aku, Mawar dan Magda membahas
ulang beberapa bab skripsi dalam menghadapi sidang nanti." jelas ku.
Mawar mencubit lenganku, sementara Magda berjalan cepat menemui ku
setelah Susan meninggalkan aku dan Mawar.
" Ngapain ibu itu.?" tanyanya berbisik.
" Dia bilang, "kangen berat sama ku " ucap ku ketawa sekaligus
mengusir ketegangan.
Magda tak puas dengan jawaban ku, dia bertanya lagi kepada Mawar.
" Mawar, ibu itu bilang apa?"
Mawar cekikan melihat ke ingintahuan Magda. " Ibu Susan menanyakan
kapan kembali dari kampung. Rupanya abang kita ini belum melapor sama
ibu itu." jawab Mawar.
"Oalah abang, tega benar. Pada hal ibu Susan rindunya setengah mati,"
Magda ngenyek.
" Magda hentikan dulu ocehan mu sebentar lagi giliran ku." kata ku.
Magda menjauh setelah dilihatnya aku merasa terganggu. " Bang tenang
saja, jangan panik," ujarnya meninggalkan ku.
Mawar mendahului aku dan Mawar maju ke sidang. Aku hentak lengannya
memberi semangat. Magda duduk dekat ku menggantikan Mawar. Magda diam
malah perasaan ku semakin tegang. Aku awali pembicaraan ringan seakan
aku tak punya beban lagi menghadapi sidang.
" Magda, tadi ibu Susan ngajak aku, Magda dan Mawar makan malam
dirumahnya," ujar ku bergurau.
Magda menyahuti ku dengan berguyon juga, " aku akan mengundang ibu
itu dan abang kerumah makan malam, " ujarnya tak serius.
Sementara aku asyik bicara- menghilangkan rasa tegang- dengan Magda,
Mawar keluar dari ruangan sidang dengan wajah ceria. Mawar berlari
menuju kami dan merangkul Magda kemudian merangkul ku. " Aku lulus
dengan nilai sangat memuaskan bang,!" ujarnya berurai air mata
bahagia.
Giliran Magda masuk ke ruangan sidang. Mawar memberiku masukan
menghadapi dosen penguji. " Abang tenang saja, nggak usah gugup
menjawab pertanyaan mereka, apalagi mengahadapi bapak "S" itu, soknya
bukan main. Pertanyaannya aneh-aneh, nggak ada hubungannya dengan
mata kuliah dia. Ibu Susan mantap bang, pertanyaannya sangat enteng."
ujar Mawar. ( Bersambung)
Los Angeles. November 05, 2008
Tan Zung
Dosenku Pacarku (75)
Label:
Kisah Sahabat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar