"Private Emotion"
Mau dengar lagunya, klik disini...
Every endless night has a dawning day/Every darkest sky has a shining
ray/And it shines on you baby can't you see/You're the only one who
can shine for me
[ CHORUS: ] /It's a private emotion/that fills you tonight/And a
silence falls between us
As the shadows steal the light/And wherever you may find it
Wherever it may lead/Let your private emotion come to me/Come to me
When your soul is tired and your heart is weak/Do you think of love
as one way street/Well it runs both ways, open up your eyes/Can't you
see me here, how can you deny
[ CHORUS ]
Every endless night has a dawning day/Every darkest sky has a shining
ray/ It takes a lot to laugh as your tears go by
But you can find me here till your tears run dry
[ CHORUS ]
============================= 62 ==================
" Magda, sungguh aku tak tahu sebelumnya.?"
" Seperti aku katakan tadi, memang, abang tak mampu lagi melihat
relung hatiku yang pernah bergelora menyatu dengan gelora cinta mu
selama lima tahun.!" (Bersambung)
===============================================
" Magda, aku mengaku jujur terhadap mu perihal hubungan ku dengan
Susan, karena aku masih merasakan keterpautan hati meski dalam sukma
yang terluka."
" Bang, mestinya dalam sukma yang terluka tidak lagi menorehkan luka
baru. Zung, sempurna sudah luka dalam bingkai siksa yang abang
ukirkan dalam tatanan hidupku. Aku tidak lagi menemukan ketulusan
hati mu setelah mengikatkan diri dengan perempuan lain.!"
" Magda, untuk yang terakhir, aku mengharap, kaau akan memaafkan ku.
Sungguh aku tak mengerti, ternyata masih ada "relung" yang tesisa
diantara hatimu yang terluka."
" Sejak abang menabur benih cinta dalam sudut-sudut sukma ku, tidak
satu "akar ilalang" ku biarkan tumbuh meski benih cinta yang abang
taburkan telah aku tuai dalam dera tak berkesudahan, hingga kini.
Zung, aku terus memaafkan mu, mungkin, itu sebabnya abang menganggap
rendah atas ku."
" Magda, aku tak pernah menggangap rendah diri mu, hanya saja aku
tidak dapat"membaca"dengan sempurna relung hatimu, karena aku selalu
dihantui rasa bersalah."
" Zung, kesalahan yang sama terulang dalam bentang waktu yang
berbeda, bukan.!?"
" Iya, mungkin ini kesempatan akhir menuju niat tulus --lima tahun--
yang tertunda."
" Kesempatan apalagi yang abang harap. Apa mungkin dua matahari
terbit dalam waktu bersamaan.?"
" Iya, aku kan sudah katakan, mau membatalkan niat pernikahan ku
dengan Susan. Kini aku sadar, janji menikahi Susan adalah keputusan
emosional."
" Bang, aku ini perempuan, masih punya hati dan perasan. Tadinya aku
tak setuju hubungan mu dengan Susan, karena aku tak terpikir kalau
abang dan Susan belum melangkah jauh. Bukankah abang juga pernah
menjanjikan hal yang sama ( dulu) mau menikahi ku? Tetapi akhirnya
berujung tanpa bayang dalam lorong gelap dan berliku.
Tadinya aku masih mengharap, sepercik cahaya akan tersembul
didalamnya, namun lolongan serigala menyambut ku diujung lorong
kebinasaan itu. Zung, jangan biarkan lagi " serigala" itu mencabik-
cabik korban baru."
" Magda, aku juga korban kecerobohan ku. Tetapi aku harus membatalkan
niat untuk menikahinya. Itu jalan terbaik untuk masa depan ku, meski
Magda tidak lagi memaafkan ku. "
" Zung belajarlah dari masa lalu, bukankah abang kerap mengatakan
masa lalu mengajar dan menghantarkan kita menyongsong mentari pagi?
Ketika itu, aku sangat marah dan cemburu karena Sinta bersandar
diatas dadamu sepulang dari kampung.
Abang mengingatkan ku, akupun sadar. Sejak itulah aku belajar dan
lebih-hati-hati dalam melangkah bersama dengan mu. Bukankah sejak
kejadian itu abang telah melihat dan merasakan ketulusan hati serta
dewasaanku ? Kemudian tanpa aku sadari badai maut menerpa diriku dari
seseorang yang aku dambakan. !?"
" Iya...Magda aku mengerti itu," ucap ku tak bergairah. " Magda,
kenapa tadi malam mencium pipiku dan menangis sesunggukan ketika
meninggalkan kamar ku?"
" Aku mencium mu pertanda aku masih mengasihi mu sebagai seorang
teman, dan aku menangisi kenapa aku dan abang harus berjumpa dalam
bentangan waktu yang cukup lama, kemudian kita akhirnya mengingkari
keindahan itu hanya dalam sekejap.
Bang, aku masih mencintai mu sebagai teman. Abang tak usah mengaharap
(lagi)lebih dari situ."
"Magda, tangisan dan air matamu menyiksa ku akibat kecerobohan ku
dulu.!"
" Zung, bujuk rayumu tak mampu lagi meruntuhkan dan mencairkan
kebekuan hati ku." ( Bersambung)
Los Angeles. October 23, 2008
Taz Zung
Dosenku Pacarku (63)
Label:
Kisah Sahabat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar