"Almost Lover"
Mau dengar lagunya, klik disini...
Your fingertips across my skin/The palm trees swaying in the wind
Images
You sang me Spanish lullabies/The sweetest sadness in your eyes
Clever trick
Well, I never want to see you unhappy/ I thought you'd want the same
for me
*)
Goodbye, my almost lover/Goodbye, my hopeless dream/I'm trying not to
think about you/Can't you just let me be?
So long, my luckless romance/My back is turned on you/Should've known
you'd bring me heartache
Almost lovers always do
We walked along a crowded street/You took my hand and danced with me
Images/And when you left, you kissed my lips/You told me you would
never, never forget
These images
No/Well, I'd never want to see you unhappy/I thought you'd want the
same for me
[Chorus]
*)
I cannot go to the ocean/I cannot drive the streets at night/I cannot
wake up in the morning
Without you on my mind/So you're gone and I'm haunted/And I bet you
are just fine
Did I make it that/Easy to walk right in and out/Of my life?
*)
================= 77 ========
" Nantilah aku bicarakan dulu dengan ayah. Tetapi aku ke Jakarta dulu
sambil mau liburan. Magda mau ikutan.?"
" Terlalu jauh bang, mami nggak ada temannya." ujarnya dengan suara
lemah.( Bersambung)
============================
Mawar tidak jadi datang makan malam bersama kami. Setelah makan mami
Magda memberi nasihat kepada Magda dan aku. Magda menitikkan air
mata, dia memanggil lirih papinya dalam isak, maminya juga ikut
menitikkan air mata.
Aku bangkit dari kursiku dan memeluknya, " Magda, jangan menangis,"
bujuk ku sambil mengelus kepalanya. Magda balas memelukku sambil
memanggil papinya. Aku juga tak kuasa menahan air mataku.
Aku teringat ketika jenazah papinya masih di rumah,kala itu, Magda
berulang memanggil papinya dalam ratap, " Papi bangun, abang Tan Zung
datang. Papi bangun," tangisnya ketika aku datang melayat kerumahnya.
Magda mengakihiri tangisnya ketika maminya mengingatkan: " Sudahlah
boru, mestinya kita bahagia atas keberhasilan mu. Mami sangat senang
melihat Magda, Mawar dan ito mu Tan Zung berhasil menyelesaikan
kuliah."
****
Esok hari menjelang siang, aku berangkat menemui Susan ingin
mengucapkan terimakasih sekaligus memberitahukan keberangkatan ku ke
Jakarta. Susan menyongsongku ke teras rumahnya dan berteriak, "
Selamat datang doctorandus Tan Zung," sambutnya sambil memeluk ku.
Kebetulan Zung, aku mau makan, mari duduk kita makan bersama,"
ajaknya.
Susan menggandeng tanganku ke meja makan. Saat makan, aku sampaikan
niat ku mau berangkat ke Jakarta akhir bulan. " Aku mau cari kerja
disana, " kataku.
" Lho, dulu abang bilang mau kerja di tempat kerja papi almarhum?.
Kebetulan mingggu depan suami ku mau kembali dari London. Nanti kita
kekantor cabang isi lamaran, mereka butuh jurusan akuntansi. Zung,
gajinya lumayan besar jangan sia-siakan.!" ujarnya.
Hatiku terasa terbang setelah memberitahukan suaminya pulang minggu
depan. Aku tak harus lagi "meralat" ucapan ku akan menikahinya. Aku
juga sudah nggak tertarik dengan tawaran bekerja di kantor almarhum
ayahnya meski gajinya termasuk paling besar dibandingkan dengan gaji
pegawai negeri sipil atau be-u-em-en lainnya. Susan terus mendesak ku
supaya minggu depan mengisi lamaran di kantor almarhum ayahnya juga
tempat suaminya berkerja.
Menjelang akhir percakapan kami, Susan mengajak ku ikut menjemput
suaminya ke pelabuhan udara. Aku tak dapat mengelak permintaanya.
"Aku minta tolong, minggu depan menemani ku menjemput Hendra,
boleh?". tanyanya.
Aku menyanggupi permintaannya. Permintaan terakhir, pikir ku. Aku
beritahukan kalau aku sudah pindah ke tempat ku semula. Selama makan
siang, tak ada lagi kata-kata cinta terucap dari mulut ku dan Susan.
Kecuali menjelang ketika aku minta ijin pulang.
Dengan perasaan berat Susan membiarkan ku pulang sebelum senja.
Berulangkali dia membujuk ku untuk menginap, " Untuk yang terakhir
bang, sebelum suamiku pulang, " bujuknya.
Aku menolak permintaan untuk menginap, aku berdalih mau mengembalikan
motor pinjaman ku. Susan tampak kecewa berat. Susan mendekati ku, "
Abang, berubah jauh dibandingkan sebelumnya. Kenapa?.Kamu punya pacar
baru?"
" Nggak.! Aku janji motor akan ku kembalikan sebelum malam hari.
Mungkin lain waktu, aku datang lagi."
" Nanti nginap sebelum suamiku pulang iya bang!. Kita sama berangkat
dari rumah ini, " ujarnya.
" Iya, aku lihat dulu. Mungkin aku pulang dulu sebelum aku berangkat
ke Jakarta. Tapi pasti aku ikut menjemput suami mu." ujar ku
meyakinkannya.
" Aku jemput abang kerumah malam sebelum suami ku tiba, ?" tanyanya.
" Telephon dulu, mungkin aku belum tiba dari kampung." jawab ku.
Susan menghantarkan ku hingga kehalaman rumahnya dengan perasaan
kecewa.
" Perubahan abang terlalu cepat, kenapa ? Karena abang sudah tamat
iya, ?" tanyanya.
Ah...tembakan "duabelas pas" pikir ku. Meski harus berpisahaku aku
tetap bersikap santun. Berpisah tidak harus saling menyakiti. Aku
mengecup pipinya sebelum meninggalkannya. Susan memeluk ku. Aku
merasakan getaran tubuhnya.
Aku segera mengakhirinya sebelum aku diajak kembali kerumah. Susan
melepaskan pelukannya dengan rasa kecewa. " Hati-hati di jalan
bang.!" ucap Susan
Satu beban berat terlalui tanpa ada yang terluka. Karena demikan
senangnya, aku tidak langsung pulang kerumah. Aku menuju kerumah
Magda memberi "laporan". ( Bersambung)
Los Angeles. November 06, 2008
Tan Zung
Dosenku Pacarku (78)
Label:
Kisah Sahabat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar