Dosenku Pacarku (70)


I Wanna Love You Forever

Mau dengar lagunya, klik disini...

You set my soul at ease /Chased darkness out of view /Left your
desperate spell on me
Say you feel it to /I know you do /I've got so much more to give
This can't die, I yearn to live /Pour yourself all over me /And I'll
cherish every drop here on my knees

CHORUS
I wanna love you forever /And this is all I'm asking of you /10,000
lifetimes together /Is that so much for you to do? /Cuz from the
moment that I saw your face /And felt the fire in your sweet embrace
I swear I knew. /I'm gonna love you forever

My mind fails to understand /What my heart tells me to do /And I'd
give up all I have just to be with you
and that would do /I've always been taught to win /And I never
thought I'd fall /Be at the mercy of a man
I've never been /Now I only want to be right where you are.

CHORUS
In my life I've learned that heaven never waits no /Lets take this
now before it's gone like yesterday
Cuz when I'm with you there's nowhere else /That I would ever wanna
be no /I'm breathing for the next second I can feel you /Loving
me ... I'm gonna love

CHORUS
=========== 69 ===============
Aku menuruti ajakannya dengan satu pertanyaan dalam hati, akankah
aku mendapatkan kembali cinta tulus seperti pernah ku peroleh dari
Magda. Bila iya, aku akan mengakhiri petualangan cinta setelah kandas
dengan Magda. Mawar bagi ku masih sebuah "misteri", dingin dan kabur.
( Bersambung)
=============================
Malam itu, kedua orang tua Maya menyambut ku hangat, mereka
membiarkan aku dan Maya di ruang tamu. Pembicaraan kami mulai masuk
ke wilayah asmara.


Di selah percakapan, aku kembali mengajukan beberapa pertanyaan
secara langsung perihal hubungannya dengan lelaki. Aku tak mau
terjebak, kelak, menjadi labuhan cinta perlariannya.

Maya mengaku jujur, bahwa dia belum pernah menjalin hubungan serius
dengan seorang lelaki, aku sangat mempercayai pengakuannya. Maya juga
mengajukan sejumlah pertanyaan perihal hubungan ku dengan Magda dan
Susan.

Aku mengaku jujur perihal hubungan ku dengan Magda selama lima tahun
kemudian berakhir. Dengan Susan ? Aku tak mau lagi tersandung yang
kedua kali dengan pengakuan jujur seperti kepada Magda. Cukup ku
jelaskan bahwa aku pernah jatuh cinta dengan Susan beberapa saat.

Tak ada perubahan ekspresi wajahnya ketika aku menjelaskan perihal
hubungan ku dengan Magda dan Susan. Dinginnya malam mengakhiri
pembicaraan ku dengan Maya. Maya tak keberatan ketika aku memberi
kecupan di keningnya. Maya membalas kecupan di bibir ku.

Dia mendekap ku erat seakan tak membiarkan ku pulang meninggalkannya
sendirian dalam peraduan malam. Aku bisikkan ketelinganya, "besok
kita ulang lagi.!"

Maya mencubit lengan ku sembari meletakkan wajahnya diatas dadaku,
seakan ingin mendengar degup irama ketulusan, entahlah kalau masih
ada yang tersisa.
***
Esok paginya, Maya datang menjemput ku ke gereja, sementara aku masih
terbaring lemah karena pulang terlalu larut malam. Ibu memberitahu
kalau Maya telah menunggu ku diruang tamu.

Ibu menyentil ketika aku menolak ikut ke gereja, " rupanya kalau
sudah mau sarjana tak perlu lagi ke gereja iya.?"

Ibu membiarkan Maya menemui ku ke kamar, " Kalau abang nggak ke
gereja, Maya juga nggak ke gereja,!" ancamnya.
" Kegereja kok tergantung dengan aku.?"
" Bang.. Aku ngga ada teman.!" jawabnya
" Ke surga juga sendiri-sendiri, " ujarku. Baiklah, lanjutku, aku
mau ke gereja tapi aku bebas memilih pakaian ku.

Maya tersenyum mendengar persyaratan ku, ingat kejadian kemarin
ketika menghadiri ibadah pernikahan Sinta.

Ibu keberatan setelah melihat pakaian yang aku kenakan, " makin lama
makin nggak karuan kau "amang". Kok nggak bisa lagi kau bedakan
pakaian ke gereja dan ke kedai tuak ," ujar ibu ku nelangsa.

Maya langsung menarik lenganku ke pintu kamar, " Zung, sudahlah
dengar kata namboru. Namboru juga senang kalau abang dilihatnya
rapi." ujar Maya.

" Ke surga juga nanti telanjang," gurau ku pelan,takut kedengaran ibu.
" Kita belum mau ke surga bang," balasnya.
****
Setelah pulang dari gereja, aku dan Maya ingin pergi menjauh dari
kampung tempat kami tinggal. Aku rindu kebun, tempat ku dulu dan
rekan seusiaku " menjarah" durian, manggis dan rambutan usai pulang
sekolah. Aku ingin bersama Maya menikmati suasana alam, jauh dari
keriuhan yang sangat membosankan.

Aku mengajak Maya, " mau menemani ku ke kebun, " tanyaku.
" Mau, tetapi kita makan dulu." jawabnya.

" Mau makan di kedai tuak.? tanyaku bergurau. Maklum di kampung tidak
ada restaurant atau rendezvous, "persembunyian" pengurai cinta.

Maya mengajak makan dirumahnya. " Mama, masak arsik untuk abang."
ujarnya tersenyum.

" Heh...Maya dapat bocoran darimana kalau aku "arsik maniak ? Dari
Sinta iya? Jawab dulu sebelum kita kerumah mu," desak ku.

" Aku tahu dari ompung. Kemarin aku disuruhnya masak arsik untuk
abang, tapi aku nggak bisa. Aku suruh mama memasak."
" Jadi, kamu bilang arsik itu untuk ku?"
" Iya, kenapa rupanya bang. ! ?"

" Aku nggak enak sama mama kamu. Ini urusannya jadi serius, " ujar ku.
" Nggak jugalah. Hanya makan siang kok. Ayolah biar kita ke kebun,"
ujarnya tersenyum.

Ajakan makan siang yang tak dapat dihindari, meski hati ku tidak
merasa plong. Ini juga ulah "ompung napitpit", aku mengumpat dalam
hati, sambil mengikuti langkah Maya.

Aku merasa lega setelah mama Maya meninggalkan kami makan berdua.
Bayangan wajah Magda dan Susan masih muncul dalam pikiran ku. Tanpa
aku sadari tangan ku menopang dagu di meja makan, menatap hampa ke
depan. Maya mengagetkan ku ketika dia kembali dari dapur sambil
membawa minuman untuk ku, " bang, mikirin apa " tanyanya.
(Bersambung)

Los Angeles, October 30 , 2008

Tan Zung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar