"Have You Ever Seen The Rain"
Mau dengar lagunya, klik disini...
Someone told me long ago/There's a calm before the storm,
I know;
It's been comin' for some time./When it's over, so they say,/It'll
rain a sunny day,/
I know;
*)Shinin' down like water./I want to know, have you ever seen the
rain?/I want to know, have you ever seen the rain
Comin' down on a sunny day?
Yesterday, and days before,/Sun is cold and rain is hard,
I know;
Been that way for all my time./'Til forever, on it goes/Through the
circle, fast and slow,
I know;
It can't stop, I wonder.
I know;
*)
=================== 75 ===============
" Abang tenang saja, nggak usah gugup menjawab pertanyaan mereka,
apalagi mengahadapi bapak "S" itu, soknya bukan main. Pertanyaannya
aneh-aneh, nggak ada hubungannya dengan mata kuliah dia. Ibu Susan
mantap bang, pertanyaannya sangat enteng." ujar Mawar. ( Bersambung)
======================================
Magda keluar ruangan lebih cepat dibandingkan dengan mahasiswa yang
diuji sebelumnya. Magda berlari kecil menuju kearah ku dan Mawar.
Magda memeluk ku, juga mengeluarkan air mata kebahagiaan. Dia
mengangkat wajahnya memandangku, " Bang, akhirnya perjuangan kita
nggak sia-sia." ujarnya.
" Magda, kau lupa, nasib ku masih diujung tanduk. Aku belum diuji,"
kataku datar.
Magda terdiam mendengar ucapan ku. " Abang pasti lulus, pasti!. Nggak
usah gentar bang. Hadapi mereka dengan tenang. Ibu Susan mengajukan
pertanyaan sangat ringan." ujarnya memberi semangat.
Magda dan Mawar terus memberi ku semangat sebelum giliran ku tiba.
Aku nggak sabaran menunggu giliran, mestinya giliran ku sudah tiba.
Magda mulai gelisah dia ke sekretariat menanyakan kapan giliran ku.
Karyawan yang ditanyakan tersenyum menjawab Magda, " Gilirannya
diganti dengan yang paling akhir, karena namanya berawal huruf " Z".
Ini pasti kerjaan Susan pikirku, setelah Magda memberitahukan alasan
sekretariat mengundurkan giliranku yang paling akhir.
Magda dan Mawar mengantarkan ku hingga kedepan pintu ruangan sidang.
Magda menghentak punggungku," tenang bang." ujarnya memberikan
semangat.
Aku melihat Susan duduk diantara dosen penguji. Dia memandangi ku
hingga aku duduk dikursi"pesakitan". Susan mengawali pertanyaan,
segera ku sambar. Susan mengangguk. Susan meberi kesempatan kepada
dosen lainnya, semuanya kulahap. Terakhir Susan mengakhiri dua
pertanyaan, keduanya " aku kunyah habis".
Aku lulus sangat memuaskan. Aku segera bangkit dari tempat duduk ku
dan menyalami Susan, " terimakasih bu." ucap ku. Aku juga menyalami
semua dosen penguji lainnya. Aku meninggalkan ruangan seperti
berjalan di udara karena kebahagian.
Aku ingin terbang ke kampung memberitahu hasil ujian ku. Tadinya
kedua orang tuaku mau menghadirinya, tetapi karena nenek ku sedang
sakit, mereka tak tega meninggalkannya.
Magda dan Mawar menyambut ku, keduanya memeluk ku, " Abang
lulus.....Magda menempelkan pipinya ke pipiku agak lama. Kan tadi aku
bilang akhirnya perjuangan kita tidak sia-sia," ujarnya sambil
menyeka air mata.
Mawar mengajak aku dan Magda kerumahnya. Magda menyerahkan kunci
motornya, " Zung yang bawa," ujarnya.
Sebelum kerumah Mawar, kami mampir dulu kerumah Magda. Mami Magda
menyambut kami dengan rasa sukacita. Satu persatu kami diciumi, air
mata kebahagiaan mengiringinya, " Akhirnya kalian semua berhasil,
inang uda bangga," ujarnya pada ku.
Mami mengingatkan Magda, Aku dan Mawar makan malam bersama. Segera
kami berangkat menuju rumah Mawar. Suasana dirumah Mawar sangat riuh,
seluruh keluarga dan ponakan berkumpul.
Mawar memperkenalkan ku kepada kakak ipar dan seluruh keluarga. "
Oohh..yang ini namanya Tan Zung. Apa khabar mu adik , nama mu sering
kakak dengar tapi nggak pernah ketemu," ujar kakak Mawar yang paling
tua.
Aku berbisik ke Magda, " Kita pulang saja, lebih baik kita dirumah
mu. Suasananya terlalu ramai, aku pusing," keluh ku.
"Zung, kau cari perkara. Nanti Mawar marah. Sabar dikitlah bang, iya
nanti kita kerumah, tapi tunggu dulu sebentar," bujuknya.
" Magda, aku serius, kepala ku pusing aku mau istrahat. Aku kurang
tidur tadi malam."
Magda memanggil Mawar dari dapur. Mawar tak keberatan aku pulang
duluan setelah melihat pisik ku agak lemah. Sebelum kerumahnya, aku
singgah di kedai kopi "aseng" ingin beli makanan pengganjal perut.
Aku baru sadar kalau sejak pagi aku hanya minum teh.
" Ngapain kita kesini bang? Jangan, aku nggak mau, " ujarnya. dia
tetap dalam boncengan.
" Magda, aku lapar. Sejak pagi aku nggak makan, nggak selera, "
ujarku.
" Kita makan pangsit di Selat Panjang saja. Aku juga lapar ," katanya.
" Zung, kali ini aku yang traktir, jangan pakai tersinggung segala.
Abang nanti kutinggal," ujarnya ketawa.
Aku dan Magda agak lama di restaurant, kebetulan pengunjungnya agak
sepi. Kami bicara serius tetapi tak ada lagi menyinggung tentang masa
lalu. Kini aku dan dia merasakan sebagai saudara dekat. Magda tak
segan-segan lagi menegur ku bahkan membentak kalau dianggapnya
aku "melenceng". ( Bersambung)
Los Angeles. November 05, 2008
Tan Zung
Dosenku Pacarku (76)
Label:
Kisah Sahabat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar