"Answer"
Mau dengar lagunya, klik disini....
I will be the answer/At the end of the line/I will be there for you
Why take the time/In the burning of uncertainty/I will be your solid
ground
I will hold the balance/If you can't look down
If it takes my whole life/I won't break, I won't bend/It will all be
worth it
Worth it in the end/Because I can only tell you that I know
That I need you in my life/When the stars have all gone out
You'll still be burning so bright
Cast me gently/Into morning/For the night has been unkind/Take me to a
Place so holy/That I can wash this from my mind/And break choosing
not to fight
If it takes my whole life/I won't break, I won't bend/It will all be
worth it
Worth it in the end/Because I can only tell you that I know
That I need you in my life/When the stars have all gone out/You'll
still be burning so bright
Cast me gently/Into morning/For the night has been unkind
================ 53 ==============
Aku hanya mau memainkan "bola"yang sudah diumpannya melambung.
Tinggal bagaimana aku memainkannya, yang pasti aku harus melibatkan
dia malam ini. ( Bersambung)
===============================
" Zung, merokok lagi? Sejak kapan lagi abang berbuat bodoh? Sejak
pacaran dengan ibu Susan!? Nggak, aku tak mau menolong abang jalan ke
teras. Nggak.., aku nggak mau.!" teriaknya.
Sejenak mami Magda menghentikan percakapannya, setelah mendengar
teriakan putrinya, " Magda, kenapa harus teriak, bantu dulu itonya,"
bujuk maminya.
" Nggak, mami saja yang bantuin si abang, aku nggak," ujarnya
meninggalkan aku sendiri dimeja makan. Maminya hanya geleng-geleng
kepala melihat tingkah putrinya Magda.
Aku pikirkan jurus baru, malam ini Magda yang melambungkan bola dan
dia harus ikut bermain dengan ku, pasti. Aku hafal mati karakter
mantan pacarku ini, tidak tegaan. Aku bangkit dari kursi meja makan,
melangkah pelan ditopang tongkat ku.
Inang uda ku, maminya Magda, memperhatikan ku melangkah pelan,
terseok. Kembali dia menghentikan percakapan dalam telephon dan
memanggil Magda. Magda keluar dari"persembunyian".
Didepan maminya, dia membantuku, tetapi setelah di "hall way" menuju
pitu teras dia melepaskan tangannya, Magda kembali meninggalkan ku
menapak sendiri menuju teras.
Tak sengaja aku terhempas ke pintu hampir jatuh. Magda berlari
mendapatkan ku, juga maminya. Magda didamprat maminya, " Kenapa kau
nggak mau bantu ito mu. Bagaimana tadi kalu ito mu jatuh," tegur
mamanya dengan suara tinggi.
Magda menatap ku dengan rasa bersalah, dia meraih tangan ku,
dilingkarkan ke atas bahunya. Magda menuntunku sambil mengomel, "
huh...gara-gara rokok abang, aku kena damprat. Apalagi maunya bang,
mau nyalain rokoknya ...hah?" ucapnya ketus sebelum dia meninggalkan
ku.
Segera ku tahan tangannya, dia meronta. Aku tidak mau
melepaskannya, " tunggu Magda, kau nggak boleh pergi, kau tunggu
abang disini, " ucapku dengan suara menahan teriak.
" Bang, aku nggak tahan bau rokok." ucapnya, suaranya pelan, dia
tidak meronta lagi.
" Kau boleh periksa seluruh kantong ku, kalau Magda menemui sebatang
rokok, kau boleh membantingkan kursi ini di kepala ku," ucapku.
" Serius, abang nggak merokok ? Kenapa tadi bilang mau merokok ?"
tanyanya sambil mengusap kepala ku.
" Tadinya aku bergurau, kamu langsung tanggapin serius, akhirnya kamu
terima ganjarannya, didamparat sama "queen"," jawabku.
" Abang puas aku kena damprat.?"
" Puaslah, sudah lama pula aku nggak melihat wajah mu "kerucut"
seperti itu."
Magda meninggalkan ku, dia merasa kesal "di asapin" kata-kata. Segera
aku pukulkan tongkat ke pinggangnya, " jangan pergi dulu, aku mau
bicara serius mengenai Susan."
Magda merampas tongkat ku, dia mengetukkan ke pundak ku, pelan, "
Sejak dari dulu abang selalu " trouble maker " nggak berubah."
ujarnya sambil menjewer kuping ku.
" Sejak kapan ? Maksudmu sejak lima tahun lalu?" tanyaku. Magda tidak
sadar, aku mulai mengumpan bola kearahnya.
Magda diam, berdiri di dekatku. Ku raih tangannya dan memberanikan
mencium tangannya, " Magda, duduklah, aku mau "share" dengan mu
tentang ibu Susan. Seperti aku katakan didalam kamar ku tadi pagi,
bantu aku dari ketersesatan ku."
Aku kini terperosok dalam "game" yang tadinya aku tak duga. Aku hanya
mengukuti kata hatiku tanpa pertimbangan moral, seperti Magda tuding
atas ku. Magda, aku mengatakan jujur, aku sudah beberapa malam tidur
dirumahnya..."
Sebelum aku mengakhiri pengakuan ku, tiba-tiba Magda mempoloti ku dan
berdiri mau meninggalkanku. Segera aku menahannya, Magda meronta, aku
hampir terjatuh dari kursiku, untung Magda segera menahan tubuhku.
(Bersambung)
Los angeles, October 15,2008
Tan Zung
Dosenku Pacarku (54)
Label:
Kisah Sahabat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar