" Every Little Thing You Do"
Mau dengar lagunya, klik disini...
Hello, let me know if you hear me/Hello, if you want to be near/Let
me know/And I'll never let you go
Hey love/When you ask what I feel, I say love/When you ask how I
know/I say trust/And if that's not enough
It's every little thing you do/That makes me fall in love with
you/There isn't a way that I can show you
Ever since I've come to know you/It's every little thing you say/That
makes me wanna feel this
There's not a thing that I can point to/'Cause it's every little
thing you do
Don't ask why/Let's just feel what we feel/'Cause sometimes/It's the
secret that keeps it alive But if you need a reason why
[Chorus]
Is it your smile or your laugh or your heart?/Does it really matter
why I love you?/Anywhere there's a crowd, you stand out
Can't you see why they can't ignore you/If you wanna know/Why I can't
let go/Let me explain to you
That every little dream comes true/With every little thing you do
It's everything, everything you do/That makes me fall in love with
you/It's everything, everything you say/That makes me feel this way
=================== 60 ==========
" Oya...ya..ya.. aku dibantu tapi dibawah tekanan, repressive."
ucapku. Magda goyang-goyang kepala mendekatkan wajahnya ke wajah ku,"
sejak berteman dengan ibu Susan, otak abang dijejalin apa iya? Kok
mengeluh melulu.!?.( Bersambung)
===================================
***
Makan bersama siang itu diwarnai rasa ke keluargaan yang sangat
kental. Inang uda ku, mami Magda, mengurai silsilah kekerabatan
orangtua yang melahirkannya--kakek Magda--dengan aku punya kakek.
Magda menyimak serius, tidak seperti dulu ketika paman mengurai
silsilah yang sama, Magda tidak perduli bahkan pernah marah ketika
aku panggil ito, pada hal itu sesuai dengan urutan silsilah.
" Bang Tan Zung, jadi pulang besok?" tanya Magda.
" Tunggu pulih benarlah kakinya," usul mami Magda.
" Mungkin hari Jumat, karena kebetulan besoknya Sinta putrinya paman
akan nikah."
" Eh...inang uda hampir lupa. Tolong nanti sampaikan tumpak/kado ku
sama Sinta. Sampaikan salam sama ito, ayahnya Sinta, katakan inang
uda nggak bisa datang."
" Magda mau ikut,?" tanyaku iseng.
" Kalau mami kasih, aku mau, tetapi aku ajak Mawar. Boleh aku pergi
mam.?" tanya Magda.
" Terserah Magda tapi tanya dulu Mawar kalau dia punya waktu." ucap
mami Magda.
Segera Magda menghubungi Mawar melalui telephon setelah maminya
memperbolehkannya dia ikut. Tidak begitu lama, Magda meletakkan
gagang telephonnya, "Mawar nggak bisa mam, dia pergi ke Siantar
dengan maminya.!" ujarnya kesal.
" Iya sudahlah inang, lain kali saja." ujar maminya.
****
Selesai makan siang, mami Magda meninggalkan kami berdua di dalam
rumah. " Mami mau pergi ke kantor papi, ada yang mau ditandatangani.
dari sana nanti mau kerumah om dokter. Magda jangan nakal kamu sama
ito mu." ujar maminya sambil meninggalakn meja makan.
Sepeninggal inang uda, Magda memandangi ku dan bertanya, " sejak
kemarin, kenapa kok mami ngebelaian abang terus? Heran.!"
Memang, seharusnyalah orang yang terabaikan dan tertindas harus
dibela, dan mami tahu itu.
" Bang, aku serius. !" Aku nggak suka dengar lagi kata-kata
terabaikan dan tertindas.Memang siapa yang mengabaikan dan menindas
abang,!?"
" Magda.!" Makanya, abang jangan dimarah dan dicaci maki lagi. Aku
mau bermalam disini, karena aku menganggap mami dan Magda adalah
keluarga. Dan aku salah mengharap, kalau Magda mau membantu
dari "ketersesatan" ku, ternyata kata makian yang aku peroleh.
Tetapi nggak mengapa, abang juga tak dapat memaksa Magda untuk
membantuku. Barangkali saja, Magda masih memendam kesalahan ku dulu."
" Magda tidak ada dendam kepada abang. Aku sudah mengubur masa-masa
pahit yang menyakitkan itu. Kalau aku masih ada dendam, ngapain Magda
mengajak abang kesini. Bang, memang kadang kala, masa indah kita dulu
tak dapat kulupakan walaupn berakhir tragis.
Tetapi, percayalah, kepahitan masa lalu, aku tetap berusaha
melupakannya.Seperti ucapan abang tadi malam, semuanya terjadi diluar
kehendak kita, situasi saat itu belum berpihak pada ku , sehingga
abang pun mengambil kesimpulan yang salah atas Magda." ujarnya lembut.
"Terimakasih Magda, maaf, selama ini aku telah salah duga."
" Sikap abang seperti itu kan membuat kita seperti ini. Abang saja
yang tidak percaya pada Magda. Tapi, sudahlah bang, kok kita jadi
ngomongin yang telah berlalu. Abang, sudah mau pulang atau mau
kubuatkan teh atau kopi?"
" Aku mau "Manson" kalau ada," jawab ku bergurau.
" Iya, aku ambilkan sebentar," balasnya, dia meninggalkan ku di meja
makan.
" Magda, tunggu aku mau ikut."
Magda membantuku berdiri dan memapah ku ke dapur. "Bang, "Manson"
nggak ada, ini rumah bukan discotik, abang mau kopi atau
teh."tanyanya dengan tertawa.
"Apa saja aku mau. Tetapi aku juga akan seduh buat mu. Ito Magda mau
kopi atau teh, "? gurau ku.
" Nggak usah bang, aku nanti buatkan sendiri." jawabnya.
" Aku juga nggak usahlah, abang juga buat bisa buat sendiri." balasku.
" Ini juga bentuk pemaksaan kehendak. Ini sendoknya, gulanya buat ku
sedikit saja bang." ujarnya Magda tertawa.
"Ngomong-ngomong, Magda serius ikut kekampung kalau tadinya Mawar ada
waktu.?"
" Iya seriuslah, maka aku langung telephon Mawar. Aku kan tadi
bilang, aku telah melupakan semua "kejahatan" abang. Aku juga kangen
dengan Sinta. Magda mau menyaksikan kebahagian mereka menerima
berkat pendeta dan orang tua. Aku ingin melihat Sinta sahabat ku,
pariban mu, disuap oleh suaminya didepan para undangan, seperti yang
pernah abang janjikan, dulu, kepada ku." (Bersambung)
Los Angeles. October 22, 2008
Taz Zung
Dosenku Pacarku (61)
Label:
Kisah Sahabat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar