Dosenku Pacarku (59)


"You're in my heart"

Mau dengar lagunya, klik disini...


I didn't know what day it was/When you walked into the room/I said
hello unnoticed/You said goodbye too soon
Breezing through the clientele/Spinning yarns that were so lyrical/I
really must confess right here/The attraction was purely physical

I took all those habits of yours/That in the beginning were hard to
accept/ Your fashion sense, beardsly prints
/I put down to experience
The big bosomed lady with the dutch accent/Who tried to change my
point of view
Her ad lib lines were well rehearsed/But my heart cried out for you

Chorus:
You're in my heart, you're in my soul/You'll be my breath should i
grow old/You are my lover, you're my best friend
You're in my soul
My love for you is immeasurable/My respect for you immense/You're
ageless, timeless, lace and fineness
You're beauty and elegance

You're a rhapsody, a comedy/You're a symphony and a play
You're every love song ever written/But honey what do you see in me
(chorus)
You're an essay in glamour/Please pardon the grammar/But you're every
schoolboy's dream
You're celtic, united, but baby i've decided/You're the best team
i've ever seen
And there have been many affairs/Many times i've thought to leave
But i bite my lip and turn around/'cause you're the warmest thing
i've ever found

========================= 58 ===========
" Abang boleh datang, terbang. Aku tungguin abang dikamar mandi.!"
jawabnya membalas gurauanku.
Ah....wajahnya kuyu, mata sembab, tapi hatinya masih berbunga-bunga.
Aku semakin bingung "menterjemahkan" semua kejadian sejak tengah
malam hingga pagi ini, ada apa diantara tangis dan tawa.?(Bersambung)
=======================================

Kedatangan Inang uda dari pasar membuyarkan "scenario" yang rencana
akan aku mainkan pagi ini, " Sudah bangun kau amang. Sampai pukul
berapa kalian tidur tadi malam.?" tanya mami Magda.

"Agak malam inang uda, keasyikan cerita kampus," jawabku.
"Sudah bangun itonya.?" tanyanya.
" Sudah, ito sedang mandi.!"

Inang uda mencegah, ketika aku mau membantu mengangkat barang
belanjaannya dari beca. Dari teras, aku mendengar inang uda menegur
Magda, " Kenapa nggak kau buatkan teh sama ito mu.?"

" Iya mam, tadi aku mau buatkan, tapi abang bilang nanti dulu."
Takut aku memprotes kebohongannya, Magda buru-buru keluar menemuiku,
jari telunjuknya ditempel di depan bibirnya, pertanda, abang diam.
Aku merasa geli melihat tingkahnya. Tidak lama kemudian, Madga
membawa secangkir teh dengan dua potong roti .

"Magda, kamu nggak pernah tawarkan teh sama ku sejak aku bangun,
malah kamu membiarkan ku sendiri duduk bengong di teras ini."

" Bang, sebagai sahabat, harus memaklumi situasi ketika sahabatnya
kepepet." ujarnya menirukan "nasihat" ku memaknai sahabat, tadi
malam.

Aku memandangi kujur tubuhnya menegenakan sepasang pakaian yang aku
pilihkan dulu ketika merayakan ulang tahunnya setahun sebelum pisah;
jeans dan t-shirt dengan gambar setangkai bunga mawar didepan.
" Kenapa memandangi ku seperti itu bang.?" ujarnya sambil mengambil
tempat duduk disampingku, dia menghadapku.

" Aku hanya teringat seseorang. Ketika itu dia merajuk besar, bahkan
hampir nggak jadi merayakan hari ulang tahunnya karena aku datang
terlambat. Sahabatku itu terus diam selama perjalanan menuju
Canton,Kesawan ketika ingin membeli sepasang pakaian.

Sebelumnya dia berujar padaku, mau merayakan ulang tahunnya secara
sederhana dan pakaian sederhana. Aku mengusulkan, agar kami
berpakaian yang sama; jeans dan t-shirt. Awalnya dia menolak, tetapi
akhirnya dia setuju usulanku.

Ketika itu aku memang berjanji akan datang pukul sembilan tepat,
tetapi karena kemacetan di jalan, aku terlambat lima menit. Aku tiba,
wajahnya cemberut, aku minta maaf ketika itu , tetapi dia diam terus
hingga kami berangkat.

Selama dalam perjalanan dia tak mau memandang ku di dalam beca
seperti biasanya. Karena kesal, aku ingin meloncat mau bunuh diri
melihat tingkah teman ku itu."

Magda tertawa lepas, " Kok mau bunuh diri, meloncat dari atas becak
pula, itu namanya bunuh diri ecek-ecek bang.!"
"Terserah dibilang ecek-ecek, yang pasti kan ada kata bunuh dirinya,
pertanda rasa kesal." balasku.

"Siapa dia itu bang, kok menjeng amat, terlambat lima menit langsung
merajuk.?" tanyanya.
" Magdalena Elisabeth, mantan kekasih Tan Zung yang kini sedang
terabaikan." Jawab ku.

" Nggak ah.., abang mengada-ngada, ceritanya tidak seperti itu.
Magdalena Elisabeth waktu itu marah, bukan merajuk, karena orang yang
bernama Tan Zung itu matanya jelalatan melihat perempuan sedang
berlalu di depan rumah, di depanku pulak lagi.

Iya.. jelas marahlah si Magda Elisabeth itu. Di depannya saja sudah
mata jelalatan, apalagi dibelakangnya." ujarnya serius.

" Si Magda saat itu terlalu cemburuan, sebenarnya Tan Zung hanya
melihat rambut perempuan itu, kebetulan panjangnya seperti rambutnya
Magda."

" Memang, yang namanya Tan Zung itu paling bisa mencari-cari jawaban,
mau menang sendiri." ujarnya mengukir senyum.

Magda mengoreksi cerita dulu, memang dia benar seratus persen. Aku
sengaja poles ceritanya, memancing, kalau dia masih tertarik kisah
lama kami. Aku mulai mencium wewangian semerbak bunga malam berkuncup
pagi. Setelah menghabiskan serapan pagi, aku minta tolong kepada
Magda untuk mengantarkan aku pulang kerumah, mandi dan tukar
pakaian.
****
Seperti biasa, namboru menyambut ku "heboh" apalagi karena aku datang
dengan perempuan, "bapa nginap lagi....?"

Bapa nginapnya bergiliran iya," ucapnya pelan diiringi tawa setelah
Magda keluar dari kamar ku.

" Namboru...! Nanti kedengaran sama dia, nggak enak." tegur ku.
" Makanya aku bicara pelan, supaya nggak kedengaran....eeehhh "bapa
on nian," balasnya sambil ketawa ngakak meninggalkan kamar ku.

Magda tersenyum simpul, ketika aku keluar dari kamar mengenakan
pakaian hampir sama seperti yang dia kenakan, jeans dan t-shirt, yang
dia belikan waktu ulang tahun ku sebelum hubungan kami putus.
( Bersambung)

Los angeles, October 16,2008

Tan Zung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar