Dosenku Pacarku (62)


When A Man Loves A Woman"

Mau dengar lagunya, klik disini...

When a man loves a woman/Can't keep his mind on nothing else
He'll trade the world/For the good thing he's found
If she's bad he can't see it/She can do no wrong
Turn his back on his best friend/If he put her down

When a man loves a woman/Spend his very last dime
Tryin' to hold on to what he needs/He'd give up all his comfort
Sleep out in the rain/If she said that's the way it ought to be

Well, this man loves a woman/I gave you everything I had
Tryin' to hold on to your precious love
Baby, please don't treat me bad .............

======================== 61 ====================
Aku juga kangen dengan Sinta. Magda mau menyaksikan kebahagian
mereka menerima berkat pendeta dan orang tua. Aku mau melihat Sinta
disuap oleh suami didepan undangan, seperti yang abang janjikan,
dulu, kepada ku." (Bersambung)
===============================================

Aku terhenyak dan berujar pelan, " Magda, tadi kamu bilang tak usah
lagi mengungkit masa lalu. Tetapi kenapa Magda sendiri yang
mengingkari ucapan mu?.

Magda meletakkan kembali kopi yang telah diseduhnya keatas meja, "
Zung, aku tadi bilang, jangan mengingat kepahitan masa lalu."
" Tetapi itu bagian dari kepahitan masa lalu. Nanti juga ada
waktunya, Magda akan mengalaminya entah dengan siapa.!"

"Justru itulah abang. aku ingin menyaksikan sahabat lama ku Sinta
menikmati kebahagian itu. Karena bagi ku sendiri hal itu sesuatu
yang mustahil akan terjadi.!" ucapnya serius.

" Jangan ngomong seperti itu. Tadi kamu katakan, telah melupakan
kepahitan masa lalu, kok sekarang malah memendam."ujar ku lagi
mengingatkannya.

" Zung, Magda tidak memendam apapun dan kepada siapapun. Kalau aku
dendam, ngapain aku mau ikut abang ke kampung."
" Jadi maksud mu, Magda tidak akan menikah selamanya.?"
" Sebagaimana abang tanyakan."

" Kenapa...? Mengapa keputusan mu "sepahit" itu.?"
" Itu adalah jawaban yang ku peroleh dalam kehingan jiwa dan hati
yang bening. Entah kelak, mungkin ada malaikat yang mampu mengubah
keputusan ku.!"

" Tidak, itu bukan keputusan dari hati yang bening. Itu hanya
keputusasaan.!" suaraku menghentak.
" Sejak kapan abang mampu melihat kebeningan hati seseorang.?"
" Nah..lagi, Magda, ternyata kau masih menaruh dendam.!" ucapku.

" Aku nggak dendam, sungguh.! Bang, lima tahun, lebih dari cukup aku
dan abang merasakan kenikmatan cinta. Kemudian kenikmatan itu
berakhir diujung pengharapan yang terluka. Aku telah menerima dengan
ikhlas dan itu membuatkan semakin dewasa.

Aku salut melihat abang, dalam waktu relatif singkat dapat melupakan
perjalanan panjang yang sangat indah itu, kini "mencicipi" madu
segar, bahkan mau menikah. Abang mau mengundang ku nanti pada
pernikahan mu dengan ibu Susan.?"

Aku bergegas meninggalkannya di dapur, tak tahan mendengar kalimat-
kalimatnya menohok tajam. Magda menahan ku dengan memegang lenganku.
" Kenapa abang ? Tersinggung? Ada yang salah dengan ucapan ku.? "

Aku tak memperdulikan ucapannya, segera ku melepaskan gemgaman
tangannya dan melangkah keruang makan.

"Tunggu, aku aku bawakan kopi ini ke depan, sebentar aku bantu abang
jalan."
Magda mendahului ku jalan ke ruang tamu, kemudian kembali menemui
dan memapah setelah mencium pipi ku.

" Bang nggak merasakan kehangatan jiwa ku sejak kemarin pagi.?. Abang
tak mampu lagi melihat relung hatiku yang pernah bergelora menyatu
dengan gelora cinta mu?

Memang, pernah abang mengingatkan ku, cinta tidak selalu berakhir
dengan pernikahan, dulu aku menolak pandangan mu itu. Tetapi
akhirnya aku menerima dan mengakui kebenarannya. Bang, duduklah,
tampaknya abang kelelahan berdiri," ucapnya.

Aku heran melihat Magda begitu dewasa saat berbicara dan menahan
emosinya pagi itu. Apalagi setelah dia mengajak ku duduk bersama,
sepertinya aku dan dia tidak pernah mengalami luka yang mendalam.
Tetapi hatiku resah dengan keputusannya, tidak akan menikah.

"Zung, aku juga salah mengharap, setelah pertemuan kita, aku, Mawar
dan abang, di restauran minggu lalu. Aku merasakan ketersiksaan mu
atas perpisahan kita, sehingga abang melampiaskannya mabuk-mabukan di
discotik.

Aku tak tega melihat abang membunuh dirimu secara perlahan-lahan.
Sejak saat itu dan atas bujukan Mawar sahabat kita, kebencianku
berubah terhadap abang.

Ternyata aku dan Mawar salah menilai. Abang bukan lagi seperti yang
kami kenal sebelumnya. Abang sudah terlalu jauh melangkah, dan
pengakuan jujur mu tadi malam, mau menikah, membuat keputusan akhir,
tak ada satupun lelaki yang aku dapat percayai."

" Magda, sungguh aku tak tahu sebelumnya, karena selalu dihantui rasa
besalah.?"

" Seperti aku katakan tadi, memang, abang tak mampu lagi melihat
relung hatiku yang pernah bergelora menyatu dengan gelora cinta mu
selama lima tahun.!" (Bersambung)
Los Angeles. October 22, 2008

Taz Zung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar