"ALL MY LIFE"
Mau dengar lagunya, klik disini...
Am I really here in your arms /Its just like I dreamed it would be /I
feel like we're frozen in time
And you're the only one I can see
Hey, I've looked All my Life for you /And now you're here /Hey, I've
spent All my Life with you /All my Life
And I never really knew how to love /I just hoped somehow I'd
see /Asked for a little help from above /Send that angel down to me
Hey, I've looked All my Life for you /And now you're here /Hey, I've
spent All my Life with you /All my Life
I never thought that I could feel a love so tender /I never thought
I /could let those feelings show
But now my heart is on my sleeve /and this love will never leave /I
know /I know
Hey, I've looked All my Life for you /And now you're here /Hey, I've
spent All my Life with you
All my Life /All my Life
Hey, I've looked All my Life for you /And now you're here /Hey, I've
spent All my Life with you / All my Life
============================= 42 ===============
" Zung, pada malam pertama pernikahan kami, dia menangis dan minta
maaf setelah melihatku sangat terpukul. Dia menceritakan perihal
kecelakaanya di Tokyo. Zung..., malam itu,aku sangat marah dan
menyesali hidupku. Aku tak terpikir kalau malam pertama bagiku, hanya
disuguhin "dongeng" pengantar tidurku....uhch. (Bersambung)
===================================================
" Zung, suamiku bercerita, dia mendapat kecelakaan ketika mengikuti
pertandingan sekaligus mengikuti ujian kenaikan tingkat DAN II di
Tokyo. Menurut dia, sejak awal lawan mainnya selalu bermain curang,
dan menjelang akhir lawannya menghajar alat kelaminnya.
Segala cara telah diupayakan hingga operasi di Tokyo, tetapi tak
berhasil. Lawan mainnya dipecat dari perguruan dan mencabut seluruh
atribut serta tidak diperkenankan main seumur hidup. Sejak saat
itulah dia "kelakiannya" lumpuh total, dan akhirnya isteri yang dia
nikahi selama lima tahun meninggalkannya.
Aku kaget mendengar lanjutan cerita Susan, ketika dia mengatakan,
suaminya mengenalku. " Bagaimana suamimu mengenalku.?" tanyaku.
Sebelum menjawab pertanyaan, Susan meninggalkanku sendirian, "
sebentar bang." ujarnya.
Susan keluar dari kamarnya, membawa lembaran koran. Dari kejauhan aku
sudah tahu, dari logo dan warnanya kalau koran itu tempatku"nyambi"
sebagai reporter .
Aku masih ingat, kalau fotoku terpampang dikoran sedang merintih usai
dihajar lawan mainku ketika mengikuti pertandingan antar cabang
beberapa bulan lalu. Susan menujukkan gambar pada halaman lainnya,
terlihat Magda menangis sementara adiknya Jonathan iba melihat aku
tergeletak.
" Suamiku, pada saat itu geram mau menghajar lawan mainmu yang
curang. Sempai/suhu mu itu adalah teman suamiku ketika masih aktif,
dan dialah temannya ke Tokyo ketika dia mengalami cidera.
Itu sebabnya aku tak pernah menanyakan abang, sewaktu-watu berjalan
pincang, karena ku melihat sendiri abang dicurangi, tutur Susan.
" Kenapa Susan nggak pernah cerita sebelumnya.?"
" Apa artinya bang. Aku tidak mau cerita apapun sebagai rujukan untuk
berhubungan dengan abang." ujarnya.
"Itukah sebabnya, suamimu tak berkata apa, ketika kita berdansa di
discotik sebelum dia berangkat ke London.?"
" Iya...bang. Sebelumnya sudah beberapa kali suamiku memperhatikan
dan mau menyapamu. Tetapi aku selalu melarang, aku tahu, abang pasti
merasa malu jika melihatku disana."
" Kenapa dia begitu percaya, ketika Susan bersamaku hampir sepanjang
malam hingga usai di discotik pada malam itu.?"
" Suamiku tahu dari sempaimu, kalau abang sedang marahan dengan
Magda.
Suamiku tahu, abang sedang melampiaskan rasa kesal lewat minuman. Dia
merasa iba melihat abang hampir setiap malam minggu di tempat itu.
Aku juga kasihan melihatmu, maka aku masih memberi nilaimu agak lebih
baik dari sesungguhnya. Itu juga sebabnya, kenapa aku dan suamiku mau
menghantarkan pulang kerumahmu malam itu. Tetapi kalu memilih pergi
dengan Ira."
" Apakah suamimu masih mempercayai ku, ketika dia tahu, aku dirumahmu
hingga larut malam? Sampai dimana tingkat kepercayaannya terhadapku.?
Apakah dia tidak curiga kalau aku ikut "bermain " dalam alur cerita
kehidupan rumah tanggamu?"
"Tidak bang,hingga percakapanku tadi, dia tidak berkata apa-apa. Aku
memberitahukan kalau abang menginap beberapa malam dirumah. Hanya aku
diminta jangan terlalu banyak minum. Abang saja yang langsung uring-
uringan, ketika aku menolak minum dengan abang."
" Jangan-jangan, suamimu berpikir kalau aku juga mengalami nasib yang
sama seperti dia, " tak mampu mendayung perahu", ujarku sekedar
mengendurkan ketegangan syaraf.
Susan mencubit lenganku keras sekali seraya menatap mataku tajam. Aku
segera beranjak dari sofa, berlagak mau mengambil minuman."Sebentar
Susan aku mau menambah minumanku"
Susan menahanku, " bang, botolnya disini, baru minum sedikit kok
sudah linglung? Zung...cukup..? Abang sudah puas mendengar tragedi
kehidupanku,?" ucapnya sembari memelukku.
Aku mencoba mengalihkan pembicaraan. Aku semakin "ngeri" mendengar
tuturan kisahnya, ternyata Susan masih gadis uuckhh. Rasanya aku
segera pulang, sebelum aku melanggar "perintah ketiga ibu"ku; "unang
ho olo paurakhon boru-boru naso ugasanmu".(Bersambung)
Los Angeles. September 25, 2005
Tan Zung
Dosenku Pacarku (43)
Label:
Kisah Sahabat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar