Uncle Kracker - Drift Away
Day after day I'm more confused/But I look for the light through the
pourin' rain/ You know, that's a game, that I hate to loose/I'm
feelin' the strain, ain't it a shame
[CHORUS:]
Give me the beat boys and free my soul/I wanna get lost in your rock
and roll and drift away
Give me the beat boys and free my soul/I wanna get lost in your rock
and roll and drift away
Won't you take me away
Beginin' to think, that I'm wastin' time/And I don't understand the
things I do
The world outside looks so unkind/I'm countin' on you, you can carry
me through
Give me the beat boys and free my soul/I wanna get lost in your rock
and roll and drift away
Give me the beat boys and free my soul/I wanna get lost in your rock
and roll and drift away
Won't you take me away
http://www.youtube.com/watch?v=p57xeqgE1oE
=============== 10 ==================
Berulangkali aku membisikkan ketelinganya, bila aku telah letih.
Susan tak perduli, dia terus mememeluk ku erat, kadangkala aku
merasakan tubuhnya gemetar menahan gelora nafsunya. ( Bersambung)
======================================
Jarum jam telah menunjukkan pukul empat pagi, Susan akhirnya terkulai
dalam pelukanku. Tak berdaya. Aku rebahkan dia diatas sofa . Kepalaku
terasa pusing, dada ku sesak pengaruh minuman.
Sebelum aku terjengkang konyol, aku "siksa" diriku di kamar mandi
mengeluarkan alkohol dari perutku, sedikit lega. Kembali dari kamar
mandi, aku menemukan Susan telungkup diatas sofa. Tubuhnya terguncang
menahan tangis, kedua tangannya menutupi kedua wajahnya.
Oalah......airmata lagi di pagi-pagi begini? Urusan air mata ini
paling aku tak suka. Lebih baik aku disuruh kelililng stadion sampai
pingsan dari pada menghadapi perempuan berurai air mata. Urusannya
sangat panjang, bukan saja energi yang terbuang, juga putar otak
bagaimana menghentikannya; entahlah mungkin "kantong" air mata
perempuan diciptakan lebih besar dibandingkan dengan lelaki.
Aku pun mulai menangisi diri sendiri ( tanpa air mata), kenapa malam
ini aku berurusan dengan air mata perempuan, bersuami pula. Pacar
tidak (belum) apalagi isteri, huh..., ini baru satu malam, jangan-
jangan aku menjadi "pelengkap penderita" sampai suaminya kembali dari
London. Tiga bulan? lama sekali aku harus terpasung.
"Klien"ada didepan mata, mau tak mau aku harus menjalankan
terapi, "tiup lilin". Entah ilmu apalah ini, pokoknya sumbunya
sedang terbakar, tiup ujungnya jangan terlalu kencang, supaya lelehan
lilinnya tidak terikut, panas....hahhaha ...ada saja ilmu sedang
kasmaran, meski kasmaran ecek-ecek.
Aku duduk disampingnya, ku angkat tangannya ke bahuku, ku rapatkan
tubuh kesisi tulang rusuknya, mungkin disini "sumbu api"nya pikirku,
Susan masih sesugukan. Aku sorongkan jariku ke tangannya- gaya ini
paling dia suka-- tapi masih tak bersambut. Aku coba mengingat-ingat
caraku dulu sama mantan pacar, tetapi yang tertinggal hanya
mengelus/mengurai rambutnya.
Aku coba, tapi kok aku merinding, batal. Habis sudah akal, aku masih
tetap duduk disisinya sambil memikirkan cara lain, mentok. Masih
disofa, aku baringkan tubuh ku disampingnya karena aku sudah
menyerah, give-up.
Segera Susan membalik tubuhnya, menciumi ku, matanya terus
mengucurkan bening-bening cair. Dia berhenti sendiri setelah aku tak
bereaksi. Susan melanjutkan (lagi), tangis kok berseri - aku tak
peduli. Dia kecapekan sendiri, diam. Sebenarnya aku mau pulang malam
itu, ketika dia tertidur di sofa. Tetapi aku takut, dia akan
tersinggung, urusan skripsiku jadi taruhannya.
Aku tak tega melihat dia tertidur di sofa, sementara udara malam
semakin menusuk. Aku mau mengambil selimut, tak tahu dimana kamar
diantara lima pintu kamar di rumahnya. Tidak ada jalan lain
kecuali "menyelimuti"dengan tubuhku, sedikit hangat.
Mataku sudah mulai redup, tak mungkin aku dan Susan tidur hingga pagi
diatas sofa. Aku bangkit mencari kamar tidurnya. Satu-satu pintu ku
buka, akhirnya aku menemukan "master room"nya. Aku pindahkan Susan ke
kamar, tubuhnya masih lemah. Aku tinggalkan dia sendirian setelah ku
tutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Aku kembali ke sofa,
membaringkan tubuh ku, meringkuk menggigil kedinginan.
Sebelum tidur aku meneguk sedikit alkohol untuk pemanas tubuh,
hangat. Ketika tidur mulai merangkai mimpi, Susan terbangun dan
menemuiku, " Zung, kenapa tidur disini? ayo tidur dikamar" ujarnya.
" Nggak apa-apa, tanggung, sebentar juga sudah pagi."
" Zung ...ayolah..." ujarnya sambil menarik tanganku.
Tubuhku yang hampir "rontok" mengikuti Susan membawa ku ke kamar
bersebelahan dengan kamarnya. Dia bergegas mengambil selimut dari
kamanya. Aku tergeletak tak bergairah. Susan ikut membaringan
tubuhnya disisi ku.
Dia memirigkan tubuhnya, menatapku seraya mengelus wajah ku. "Susan
aku mau tidur, aku lelah," bisik ku.Susan mengecup bibir ku, "selamat
malam, selamat bermimipi indah honey " balasnya, sembari menarik
selimut untuk kami berdua.
Ahh.....Susan, kenapa nggak habis-habisnya kau menggodaku? kata ku
dalam hati. (Bersambung)
Los Angeles. August 29, 2008
Tan Zung
Dosenku Pacarku (11)
Label:
Kisah Sahabat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar