Feelings
Feelings, nuthin' more than feelings, /Tryin' to forget my,
Feelings of love . . .
Teardrops, rollin' down on my face, /Tryin' to forget my,
Feelings of love . . .
Feelings, for all my life I'll feel it, /I wish I'd never met you
girl,
You'll never come again . . .
Feelings, Oh Oh Oh feelings, /Oh Oh Oh feel you,
Again in my arms . . .
Feelings, feelings like I've never lost you,
And feelings like I've never held you again in my arms!
Feelings, for all my life I'll feel it, /I wish I'd never met you
girl,
You'll never come again . . .
Feelings, Oh Oh Oh feelings, /Oh Oh Oh feel you,
Again in my arms . . . ( Again, again! )
http://www.youtube.com/watch?v=KslgDHhSINo
============= 12 ===============
Aku membuka sedikit pintu kamar mandi, melongok dari selah pintu yang
terbuka, " mau mandi sama?' tanyaku bercanda.
" Husst...kamu genit." ujarnya sambil menjewer telingaku.
Oh...syukurlah, kamu sudah bertobat pikirku.
" Ganti t-shirtnya bang," ujarnya sambil menyerahkan t-shirt
berlogo "UCLA" ( Bersambung)
==================================
Sambil menunggu Susan selesai mandi, di "dining room" aku mulai
memperbaiki beberapa catatan koreksi ibu dosenku, Susan, dalam
lembaran skripsiku. Sepasang tangan menutup mataku dari belakang,
ah....siapa lagi kalau bukan si genit ibu dosen.
Masih dari belakang ku, dia mencium pipiku, segera dia pindah
kesampingku dan mendaratkan bibirnya dikening ku. Tubuhnya dibalut
dengan daster tipis, tembus pandang, oh..ya...ya.
" Kita makan dulu bang, nanti kita selesaikan," ucapnya seraya
tangannya menarik bahan skripsi dari tanganku.
Susan tidak membiarkan pembantunya sendirian menyiapkan hidangan
makan siang kami.
Dia memilih tempat duduknya persis diahadapanku. Sementara kami
menikmati makan, Susan bercerita ketika dia menyelesaikan es-dua nya
di UCLA, Amerika selama dua setengah tahun.
" Ibu..eh...Susan dapat pacar disana?" tanyaku polos.
Susan menghentikan makannya, dia menatap ku, " Zung.....nggak ada
waktu pacaran, setiap hari kita di jejalin tugas, mana kita terus
memperdalam bahasa inggeris.Itu sebabnya aku selalu menekankan kepada
kalian mahasiswa ku, tekunlah belajar bahasa inggeris."
" Iya...bu." jawabku singkat.
" Zung...aku serius."
" Oh...begitu... maaf bu, perlu dicatat? tunggu, aku mau mengambil
buku catatan ku dulu," ucapku, sambil berpura-pura mau berdiri.
Susan menahan ujung jari kaki ku dengan kakinya dibawah meja makan, "
Zung....aku tahu kamu ngenyek, ok, kita makan dulu."ujarnya tersenyum.
Usai kami makan, Susan mengalihkan pembicaraan, dia menanyakan(lagi)
tentang hubunganku dengan Magdalena, dia menyesalkan kenapa harus
berakhir setelah berhubungan lima tahun, " Zung, kamu sudah punya
pacar lagi.?"
" Kalau aku masih dengan Magdalena,atau punya pacar ( baru), aku tak
mungkin berada di tempat ini menikmati indahnya malam bersama mu"
" Tan Zung serius, belum punya pacar.?"
Dengan enteng kujawab, " sekarang sudah.! pacarku, dosen ku." mulut
ku ceplos.
Susan bangkit dari tempat duduknya, dia menarik tanganku, berdiri.
Uhh...Susan menghujaniku ciuman,kedua tangannya memegang wajahku
seakan tak mau melepaskan.
Tanpa sadar, aku telah "mengetuk palu kematian" aku dan Susan
pacaran,ohhh ..lidah, lagi-lagi menjerat ku. Begini rupanya pacaran
dengan perempuan "pasca gadis"( apa pula artinya ini), tak bisa
membedakan waktu, pagi, siang dan malam, ada kesempatan hajar....
Susan duduk disampingku setelah dia menghujani ku ciuman, sebagai
ungkapan hatinya yang sedang berbunga-bunga.
" Zung bisa menyetir ?"
" Bisa, kecuali nyetir perempuan.!"
" Zung, aku serius.! Sabtu ini aku mau ke Berastagi bersama dengan
arisan ibu-ibu dari kantor suami ku."
Aku menyesal menjawab "bisa". Aku kira perusahan tempat suaminya
bekerja membuka lowongan.Tak apalah kerja paruh waktu sambil menunggu
akhir kuliah pikir ku.
"Tetapi Sabtu dan hari Minggu ini aku ada janji."
" Zung, aku nggak enak pergi sendiri dengan sopir. Janjiannya nggak
bisa ditunda ? Apa kamu janjian dengan pacar baru mu ? "
" Bukan, Susan masih ingat dengan dua perempuan yang membawaku pulang
malam minggu lalu?"
"Kenapa dengan mereka?"
" Aku ingin menolong mereka. "
Susan mengeritkan dahinya," menolong perempuan pramuria itu? apa yang
kamu mau tolong? Aku nggak setuju, waktu mu terbuang percuma dengan
perempuan malam. Pantasan kamu selalu berada disana dan.... ternyata
ada perempuan simpanan mu. Pantaslah tugas-tugas perlkuliahan mu juga
terbengkalai."
Bah, baru saja di "deklarasi"kan pacaran, kok sudah mulai mengatur,
apakah ini permintaan dari seorang dosen? Atau, barangkali ekspresi
kecemburuan .? Aku menolak, terbentur dengan urusan masa depan,
skripsi . Dituruti, Sari dan Ira korban pemerasan preman discotik
akan terus berlanjut.
"Susan, aku belum pernah bersama dengan mereka, baru kali pertama
malam minggu lalu. Aku hanya kasihan dan simpati dengan perjuangan
mereka. Mereka buka perempuan "murahan". Mereka terpaksa melakukannya
karena orang tuanya tidak mampu membiayainya. Mereka ingin seperti
Susan, tidak kampungan."
" Maksud mu, ?"
" Mereka itu adalah mahasiswi disalah satu universitas swasta yang
cukup terkenal di kota ini; jurusannya sama dengan ku."
" Zung, terserah kamulah, aku hanya mengingatkan. Jadi kamu nggak
bisa bantu aku malam minggu nanti.?"
" Susan, mereka selama ini selalu di porotin/palak oleh preman
doscotik itu, kasihan, mereka jadi sapi perahan."
" Oh..jadi kamu mau jadi pahlawan?"
" Susan, terserah kamu katakan apa. Yang pasti aku hanya mau memberi
keteduhan kepada mereka, hanya itu yang dapat kuberikan. Sama seperti
tadi malam hingga saat ini, aku mencoba memberi keteduhan kepada mu.!"
" Keteduhan ...? Bahasa apa itu...?"
" Bahasa jiwa dan bahasa tubuh......" ujarku tertawa.
" Zung, keteduhan apa yang kau berikan kepada ku sejak tadi malam
hingga sekarang, nothing...."( Bersambung)
Los Angeles, August 29, 2008
Tan Zung
Dosenku Pacarku (13)
Label:
Kisah Sahabat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar