Dosenku Pacarku (7)



"Immortality"
So this is who I am,/ And this is all I know,
And I must choose to live,/ For all that I can give,
The spark that makes the power grow

And I will stand for my dream if I can,/Symbol of my faith in who I
am,
But you are my only,/And I must follow on the road that lies ahead,
And I won't let my heart control my head,/ But you are my only
And we don't say goodbye,/ And I know what I've got to be

Immortality
I make my journey through eternity
I keep the memory of you and me inside

Fulfill your destiny,/Is there within the child,
My storm will never end,/My fate is on the wind,
The king of hearts, the joker's wild,
We don't say goodbye,/ I'll make them all remember me
.....................
http://www.youtube.com/watch?v=fDQlp7hWimI&NR=1

============== 6 -==================
Aku jengah, merasa tak nyaman dengan sambutannya. Mataku melirik
sekitar, kalau suami melihat tingkah isterinya. Lagi-lagi
Susan "protes"ketika dia kupanggil ibu.( Bersambung)
===================================

" Bang, aku sudah katakan, panggil ibu hanya kalau dikampus, "
ujarnya gemas sambil mencubit daguku. Ahhhh....kok rasanya,pembukaan
sudah seperti itu, bagaimana dengan pertengahan dan "bab" penutupnya,
pikirku sejenak.


Latahku keluar pula, "jangan panggil aku abang, panggil saja namaku
tan zung...,." kataku pelan, sambil mataku masih tetap selidik dimana
suaminya.

Susan makin "galak"melihat reaksiku mulai "on", tangannya menggenggam
kelima jariku, dia menuntunku ke"family room", "duduk bang, aku
ambilkan minuman." ujarnya.

Dia meninggalkan ku duduk disofa berwarna hijau lumut, warnanya
serasi dengan gaun malam yang membalut tubuh Susan. Hatiku masih
tertanya-tanya, suaminya dimana? Susan memanggilku, " bang....eh..tan
zung, zung...kemari."

Aku melangkah mendekatinya sementara pikiranku masih tertanya-tanya,
kemana arah perjumpaan malam ini, memperbaiki skripsiku, atau
melanjutkan "bab" di diskotik malam minggu lalu.?

Susan membuka kulkas sementara tangan kirinya diletakkan keatas
bahuku, " tan zung suka yang mana ? bir atau yang itu ,?" tanyanya
sambil menunjuk botol ber label"xo", " black label" dan " chipas',
didalam lemari kaca yang melekat didinding bar mini.

Aku tertarik dengan nama jenis minuman pertama yang belum pernah
kurasakan. Aku ingin mereguknya bersama dengan ibu dosen "aneh"ini.

" Susan mau yang mana ," tanyaku nakal, aku mulai berani
padahal "racun " itu belum ku tenggak.
Susan meraih botol "chipas ", " ini sedikit lebih lembut," ujarnya.

Susan menyuruh pelayan wanita paruh baya membawakan cangkir dan es
batu. Ohhhoo...rupanya, kami mau habis-habisan malam ini, pikirku.
Susan menuntunku ke ruangan kecil disamping bar mininya untuk memilih
jenis lagu dari sejumlah piringan hitam.

Oalah..Susan...bagaimana "nasib" skripsiku ? Aku jadi ingat pesan
Magda, agar hati-hati dengan ibu dosen yang satu ini. Tetapi, kaki
sudah terlanjur melangkah, kini hanya mengikuti "irama" apa
maunya..., blues, rock `n roll, country atau tortor kek, aku siap
layani, "sapala" pikirku.

Kalau ada "gondang batak" , ujarku berguyon
" Tan Zung mau panggil roh? mau kerasukan, ? tanyanya ketawa.

Susan menuangkan minuman "chipas" ke cangkirku , aromanya membuatku
tak sabaran mau menenggak, tetapi menahan diri, gengsi didepan ibu
dosen. Susan bergegas, berlari kecil menuju meja kecil tempat
telephon berdering, dia mengangkat gagang telephon. Suaranya menjawab
mesra.

Dari isi percakapannya, ternyata suaminya sedang berada di luar
negeri, " Bagaimana pap, baik-baik saja,? bagaimana "weather"
disana?..oh...gitu...dingin sekali iya pap, hati-hati disana;
oh..iya aku disini dengan bang tan zung,....yang itu
pap...mahasiswaku yang kita ketemu di diskotik malam minggu lalu.
ya...iya...he's handsome like you papa....hahahah..have you a good
morning pap," ujarnya mengakhiri percakapan dengan suaminya.

Dalam hatiku, "handsome ?" ya..iyalah...dibanding suamimu usianya dua
kali lipat dari usiaku.
Susan kembali duduk, tubuhnya menempel ke tubuhku rapat.

" Suamiku kemarin malam berangkat ke London, ada tugas dari kantor;
dia akan disana selama tiga bulan."ujarnya tanpa kutanya.
Bah....malam ini aku akan "pesta" dengan Susan, isteri orang yang
kini sedang di luar negeri.?

Jujur, sejak tiba dirumahnya, meski sambutanya begitu hangat,
sentuhan tangan hingga pandangan matanya rada"mengundang" tetapi
aku tidak "nyetrum".

Beda dengan mantan pacarku dulu atau dengan Mawar " setruman"nya
menjalar keseluruh syaraf akhirnya berlabuh kejantung, tanpa ke ubun-
ubun.

Dengan Susan ? tanpa mampir ke jantung, by pass ke ubun-ubun itupun
kalau dijejalin dengan minuman beralkohol seperti malam minggu
lalu...hohoho.
Lalu bagaimana dengan malam ini...? "wait and see" gendrang apa yang
akan ditabuh olehnya, tetapi nasib skripsiku bagaimana..?
ya...ya...ya.

Diruangan yang tata lampunya telah di set-up redup, musik terus
mengalun, sesekali lirik lagu dinyanyikannya lirih. Dia perosotkan
tubuhnya diatas sofa sementara tangannya di letakkan dipangkuanku,
hmm...ini "undangan" kali kedua. Tetapi perasaanku biasa-biasa saja,
mungkin karena dia sudah punya suami atau karena dia adalah dosenku,
entahlah.

Dia palingkan wajahnya kearah ku, tubuhnya masih melorot diatas sofa,
aku bergeming, mungkin karena minumannya belum bereaksi sempurna. Bak
serangan fajar, tiba-tiba dia"menyergap"ku, kala pikiranku
melayang,mengingat janjiku hari rabu lusa "mengawal" Sari dan Ira
di diskotik.

Susan melorotkan wajahnya kepangkuanku setelah "menghabisi"ku; dia
menarik tanganku ke atas keningnya, " zung, tolong pijitin, aku
pusing ," ujarnya. Aku ikuti permintaannya, tetapi tak ada satupun
kalimat benuansa cinta meluncur dari mulutku, gersang.

Susan memutar tubuhnya meraih cangkir minumannya. Dia sodorkan
kemulutku, aku menolak, "minuman mu terlalu ringan,"ujarku. Segera
dia mengganti, meraih cangkir minumanku dan menyodorkan lagi
kemulutku.

Sebelum habis kuteguk, dia bangkit dari pangkuanku, mulutnya
dirapatkan kemulutku, ah..."ilmu" baru pikirku, sambil membiarkan
minuman dari dalam mulutku pindah kemulutnya, tuntas.

Badannya sedikit gemetar, kali kedua mulutnya mengecup dan menggigit
daguku gemas. "Zung, brewoknya biarin tumbuh seperti ini, jangan
dikelimisin,"ujarnya usai memagut daguku. Perempuan yang satu ini
seleranya berbeda, Magda dan Mawar maunya kelimis.

Sejak aku tiba tak sedikitpun disinggungnya mengenai skripsiku dan
bahan kuliahnya yang aku ketinggalan, kecuali "ilmu"baru, memindahkan
minuman " mouth to mouth".

Meski aku dan Magda sudah sering"olah tubuh" versi asmara, tapi belum
pernah tahu yang satu ini, maklum sama-sama "pemain" baru. Perempuan
yang satu inipun menurutku aneh, "kesukaannya"dagu dan jari jemariku
sering dimainkan dengan jari tangannya, entah dimana pula nikmatnya;
sementara mantan pacarku, sukanya cium di pipi, kening dan cubitan
sisi lambungku.

Los Angeles. August 21, 20008

Tan Zung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar