Dosenku Pacarku (4)


Well, you can tell by the way I use my walk,
Im a womans man: no time to talk.
Music loud and women warm, Ive been kicked around
Since I was born.
And now its all right. its ok.
And you may look the other way.
We can try to understand
The new york times effect on man.

Whether youre a brother or whether youre a mother,
Youre stayin alive, stayin alive.
Feel the city breakin and everybody shakin,
And were stayin alive, stayin alive.
Ah, ha, ha, ha, stayin alive, stayin alive.
Ah, ha, ha, ha, stayin alive.
.....................
http://www.youtube.com/watch?v=CuebK6SzEfA

================= 3 ===============
Susan, ibu dosenku mendekatkan bibirnya ketanganku ketika memantik
zippo miliknya. Kepalanya kembali disandarkan ke atas dada suaminya,
tetapi matanya binar kearahku. Mataku tak mampu menatap ibu dosen
yang kesehariannya "galak" didalam kelas. (Bersambung)
===================================

Buru-buru dia menyerahkan sisa rokoknya kepada suami setelah
mendengar sebuah lagu "the bee gees" yang populer kala itu, "Staying
alive." Ibu dosen menarik tanganku setengah memaksa "turun"
mengikuti irama lagu yang dibawakan group band lokal discotik itu.



Sungguh, aku kikuk dan menyesal kenapa minuman tadi kubuang ketoilet.
" Zung, nggak usah malu-malu... aku melihatmu beberapa kali berdansa
ditempat ini," ujarnya pelan di kupingku.

Sial, aku ditantangin bagai membangunkan singa tidur. " Susan, aku
mau pesan minuman, kita sebentar counter/kemeja bar yuk?". Sekali
mandi, basah, pikirku; akupun tak peduli kalau suaminya ada
bersamanya.

Aku dan ibu dosen yang lagi "gatal' duduk di meja/ counter bar
menunggu usai lagu sambil menenggak minuman pesanan, sengaja minuman
kupesan murni, agar tembakannya segera "membakar".

Susan, meminta dinyanyikan ulang lagu kesayangannya. Perlahan, dia
menarik tanganku ke "floor" tangannya melingkar ke pinggangku.
Bedebah...., perempuan satu ini kerasukan pikirku, kenapa pula aku
menjadi sasaran yang kebetulan sedang"menganggur" dan "menderita"
batin.?

Minuman mulai "merasuk" ke syarafku sekaligus melenturkan tubuhku
mengikuti "tambur" yang Susan perdendangkan di kebekuan kalbu. Susan
mulai memantik gelora, malam itu aku menggeliat binal mengikuti sukma
irama liar ibu dosenku, gila.

" Bang, aku capek," desisnya ke telingaku
" Susan, sebentar lagi," jawabku, kakiku terus melangkah mengikuti
irama musik, kepalanya merebah disisi kepalaku.
" Zung, aku capek....." desisnya lagi.

Aku tak peduli.... hingga irama musik beralih ke irama lembut.
Gerakanku terus bergerak mengiringi irama ditengah puluhan pasangan
yang semakin hanyut menjelang tengah malam, hingga akhirnya ibu
dosenku itu rebah diatas dadaku. Kedua tangannya menggelantung
dileherku yang dibalur keringat.

Tubuhku hampir limbung menahan tubuhnya yang bertumpu di dadaku,
akhirnya aku menyerah, " Susan aku lelah...ayo kita duduk .." bisikku
ketelinganya. Kini giliran dia tak perduli, kepalanya tetap melekat
disisi kepalaku, kakinya lemah mengikuti irama, hingga pada pada
ujung irama. `Terimakasih Zung," ucapnya setelah ujung bibirnya
mengecup dan menggigit pelan daguku.
*****
Dengan perasaan terpaksa aku mengambil sebatang rokok yang Susan
tawarkan, meskipun aku sudah lama meninggalkan kebiasaan merokok
setelah Magda,dulu, rewel setiap aku merokok.

Susan memantik zipponya keujung rokok buatan luar negeri kesukaannya.
Hanya beberapa kali dia menyulut rokoknya ,kemudian menyulutkan
kemulutku. Kembali jari lentiknya mengambilnya dari bibirku, dia
selipkan diantara dua bibirnya; menghisapnya dalam, mulutnya
memainkan asap rokok membentuk bundaran putih kemudian raib.

Susan tertawa renyah ketika aku terbatuk-batuk akibat asap rokok yang
dihembuskannya kewajahku. Ditengah alkohol masih merasukiku, bayangan
Magda dan Mawar datang silih berganti, ingat ketika keduanya menyuapi
aku makanan; tapi malam ini ibu dosenku "menyuapi"ku nikotin
jahanam. Pengaruh minuman dan asap rokok semakin menyesakkan alur
pernafasan, semaput.

Aku hampir tak mendengar ketika Susan mengajakku pulang, " bang ayo
aku antar pulang ," ajaknya. Suaminya memopongku dari kursi, leher
seakan tak mampu lagi menahan kepalaku. Aku coba bertahan dengan mata
berkunang-kunang.

Susan melingkarkan tanganku keatas pundaknya sembari memapahku
berjalan kearah mobilnya. Aku melihat - samar-- dua sosok wanita
mendekati Susan dan suaminya.

" Biar kami yang ngantar pulang om," ujar kedua perempuan itu.
" Iya bang, kamu diantar pulang sama mereka.? tanya Susan
Antara sadar dan tidak, aku menundukkan kepalaku tanda setuju, pada
hal aku tak jelas siapa kedua perempuan itu.

Esok harinya menjelang siang, aku kaget setengah mati. Ketika aku
terbangun, ternyata semalaman aku tertidur diantara dua orang
perempuan. Akhhh...mereka perempuan pramuria diskotik tempatku
nongkrong.

Malam itu mereka berhasil "menculik"ku setelah beberapa kali gagal
mengajakku pulang bersama. Keduanya - Sari dan Ira ( bukan nama
sebenarnya) adalah mahasiswi semester enam disalah satu perguruan
tinggi swasta. Aku tidak mengerti apa maunya kedua perempuan
pramuria ini, kenapa mereka berulangkali mengajakku pulang sama dan
akhirnya tidur bersama pula.

Ketika aku bangun, pakaianku utuh sebagaimana kukenakan sebelumnya.
Juga pakaian mereka yang tak ada yang aut-autan bekas di" vermak."
Lalu muanya apa? Aku tak habis pikir. Sari dan Ira terjaga dari
tidurnya ketika aku bangkit dari pembaringan yang hanya dilapis
selimut tipis diatas ubin.

" Bagaimana aku ada sisini,?" tanyaku kepada Sari dan Ira
" Tadi malam, abang kami "culik" ketika abang mabuk berat." ujar Ira.
" Siapa perempuan teman abang tadi malam. Tampaknya abang menikmati
irama musik dengan perempuan itu."
Keduanya kaget ketika kuberitahu, perempuan itu adalah dosen
sekaligus pembimbing skripsiku. " oh...iya tetapi wajahnya masih
muda, tapi "style" nya seperti anak remaja, "ujar Ira tertawa
(Bersambung)

Los Angeles. August 21, 20008

Tan Zung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar