"When You're Gone"
http://www.youtube.com/watch?v=otMB3WVQNVg
I always needed time on my own/I never thought I'd need you there
when I cried/And the days feel like years when I'm alone
And the bed where you lie/Is made up on your side
When you walk away/I count the steps that you take
Do you see how much I need you right now?
** When you're gone/The pieces of my heart are missing you
When you're gone/The face I came to know is missing too
When you're gone/The words I need to hear to always get me through
the day/ And make it okay
I miss you
........
================= 1 ============
"Bang, kita bicara dirumah saja, ada apa kok marah-marah seperti
ini, malu dilihatin kawan-kawan," ujar Mawar, sementara Magda
menatapku tajam, hingga akhirnya sedikit cairan bening melabur bola
matanya, "Iya, bang kita bicara dirumah saja," ujarnya tersendat.
Magda berdiri dan menarik tanganku lembut, " ayo bang, kita bicara
dirumah." ( Bersambung)
=================================
Aku menolak ajakan Magda bicara dirumahnya, itu hanya menambah
penderitaan, pikirku."Terimakasih Magda, kita bicara disini sajalah,
aku nggak marah, hanya kesal lihat tingkah kalian berdua. Aku janji
tidak akan marah, duduklah Magda," bujukku.
Aku memulai "investigasi" kenapa Magda dan Mawar menjauhiku.
" Kalian terlalu kejam, tak punya hati, meninggalkanku sekarat
menanggung beban, itukah artinya sahabat. Tolong kalian uraikan apa
dosa-dosa ku.?" Magda dan Mawar saling beradu pandang, tampak
keduanya ingin menyampaikan sesuatu. Akhirnya, Mawar mengutarakan
kekecewaan hatinya.
" Bang, aku dan Magda tak tega menggangu ketenangan hubunganmu dengan
wanita itu."
" Wanita....?...Mawar, Magda...., jerat apalagi yang kalian lilitkan
keleherku. Itu hanya tuduhan yang sangat menjijikkan,fitnah." ujarku
kesal.
" Bang, pagi minggu lalu, aku mau mampir kerumah abang menghantar
catatan kuliah seminggu sebelumnya. Tetapi aku urung masuk setelah
melihat wanita itu keluar dari kamar abang, aku tak tega mengusik
ketenangan abang dengan wanita cantik itu." ujar Mawar sendu.
Aku kaget luar biasa atas tudingan Mawar, belum ada seorangpun wanita
yang pernah kutemani apalagi pacaran dalam kurun waktu dua bulan. Aku
hampir berteriak mendengar hujatan ini.
"Sungguh bang, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Ketika aku
mau masuk kamar abang, dia memandang tajam kearahku, aku ketakutan
dan aku pergi." ucap Mawar.
Akhhhhh...akhirnya aku tertawa....sadar kalau mereka tidak
kuberitahu, aku sudah pindah dari kamar yang kutempati hampir lima
tahun itu. Dua minggu sebelum Mawar bertemu dengan wanita itu, aku
telah pindah jauh kerumah "mewah" ( mepet sawah) ujung desa
kecamatan. Aku tak kuasa menempati ruangan di wilayah "menteng" (
mencirim tengah) sendirian tanpa Magda dan Mawar. Kamar itu menjadi
saksi sejuta kenangan yang terukir didalamnya.
Magda dan Mawar semakin sewot melihat aku tertawa, pikiran mereka,
aku tak bisa lagi mengelak karena tertangkap basah dengan seorang
wanita.
" Ada yang lucu bang,?" tanya Mawar, sementara Magda menatapku dengan
wajah marah, terlihat dari kelopak matanya terbuka lebar.
Aku mohon maaf kepada Magda dan Mawar, aku masih tertawa lepas, belum
bisa menghentikan rasa geli. Akhirnya semuanya terjawab, ternyata
kebencian mereka terhadapku karena salah pengertian.
" Oh...iya, aku minta maaf, tidak memberitahukan kepada kalian, kalau
aku telah pindah dua minggu lalu."
" Jadi.......wanita itu..." Mawar tak meneruskan kalimatnya. Mawar
Magda menunduk malu, akhirnya merekapun tertawa bersamaan.
Keduanya mencubit pinggangku kiri kanan, tetapi cubitan Magda paling
terasa dibanding Mawar. Kini suasana menjadi cair, aku tidak lagi
uring-uringan seperti orang pesong. Melihat suasana sudah cair, ibu
pemilik kantinpun ikut "merayakan" pulihnya susana itu dengan suguhan
minuman fanta merah buatku dan teh manis dingin untuk Magda dan
Mawar.
****
"Ayo bang kita berlomba siapa duluan selesai skripsinya," ujar
Magdalena ketika suasana kembali pulih.
"Aku pusing nih, dosen pembimbingku banyak maunya. Tadinya sudah
rampung tinggal perbaikan, tetapi kemarin malam dia minta supaya
mengganti bab akhir."
Kali kedua Magdalena mengingatkanku, " hati-hati bang, jangan sampai
terjebak. Ibu itu semakin genit sepulang dari Amerika menyelesaikan
masternya."
Tak pedulilah aku, kalau itu maunya, aku siap daripada skripsiku
digantung terus."
" Halah...maunya abang itu," tukas Mawar
" Sekalianlah, sekali mendayung dua pulau terseberangi, tak ada rotan
plastikpun jadi," ucapku
Magda menatap tajam kearahku tapi tak berucap kecuali Mawar, "dosa
lho bang," ujarnya.
" Dosa......? dosa kalian paling banyak, kalian tega membiarkanku
sendirian. Lagian, kan enak pacaran dengan ibu-ibu, dosen lagi."
ucapku sengaja angekin mereka.
Tiba-tiba Magdalena berdiri," Mawar, ayo pulang sebelum penyakit
abang kumat."
"Siapa duluan meninggalkanku, dosanya paling besar."
`Siapa pegajul dan pemabuk, jatuh cinta dengan isteri oarang dosanya
maha berat," ujar Magda seraya menarik tangan Mawar, pulang.
Aku benar-benar ditinggal sendirian, nasib.
Aku siap melayani "tantangan" Magdalena adu cepat menyelesaikan
skripsi kami yang tertunda gara-gara asmara meradang.
Aku berusaha mengurangi "jam terbang" kehidupan malam kecuali malam
minggu, sukar aku meninggalkannya. (Bersambung)
Los Angeles. August 14, 2008
Tan Zung
Dosenku Pacarku (2)
Label:
Kisah Sahabat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar